"AAAAAHHHH!!!"
"Yah! Yah! Ada apa denganmu, Eonnie? Bangunlah!"
Byur!
Lisa melompat duduk setelah segelas air menerpa wajahnya. Ia menoleh ke kanan kiri dengan sangat cepat, meraba-raba tubuhnya sendiri, terutama di bagian lehernya. Ia masih bisa merasakan betapa nyerinya gigitan itu. Napas Lisa tersengal seperti seseorang yang baru saja selesai berlari kencang. Adrenalinnya meningkat drastis karena rasa takut.
"Dimana...dimana perempuan itu? Dia menggigitku!" racau Lisa.
Yeji dan Lia yang masih berdiri di samping ranjang Lisa hanya saling pandang heran. Gadis itu tampak kacau.
"Eonnie, sepertinya kau bermimpi buruk," ucap Lia.
Mendengar suara asing di dalam kamarnya, Lisa terlonjak kaget. Ia rasa mungkin sebentar lagi ia akan terserang penyakit jantung.
"Yaa! Kenapa kalian bisa berada di kamarku? Mengagetkan saja!" sembur Lisa seraya memegangi dadanya yang bergemuruh.
Alih-alih merasa menyesal, kedua gadis itu mengedikkan bahu serentak.
"Eonnie ceroboh sekali tidak mengunci pintu depan. Oleh sebab itu kami langsung masuk saja," jawab Yeji.
Lisa mengatur napasnya agar lebih tenang. "Tapi tetap saja tidak sopan. Ada apa kalian kesini?"
"Tentu saja untuk menjemputmu. Sudah waktunya berlatih pedang dengan Jennie Eonnie. Hurry up!" jawab Yeji penuh semangat.
**
Lisa berdiri tegap di hadapan Jennie. Senyumnya terbentuk begitu lebar sehingga Jennie dapat melihat seluruh giginya. Jennie tahu kalau gadis itu sedang menarik perhatiannya, jadi ia tidak boleh tergoda.
"Ehem!" Jennie berdehem dan memasang ekspresi datar. Yeji dan Lia saling lirik melihat kegugupan keduanya.
"Aku harap hari ini kau berlatih lebih keras, Lisa-ssi. Perhatikan gerakanku. Kau juga harus bergerak dengan gesit agar dapat memukulku atau menghindari pukulanku."
Lisa mengangkat kedua alisnya. "Memukulmu? Yang benar saja! Tidak, aku akan mengalah."
Jennie menggeram. "Sekarang bukanlah saat yang tepat untuk bersikap sok lembut. Anggap saja aku adalah musuhmu. Mengerti?"
Lisa melirik Yeji dan Lia dengan bimbang. Kedua gadis itu langsung menganggukkan kepala seakan-akan Jennie tidak bisa diajak berkompromi. Lisa pun akhirnya mengangguk.
"Baiklah. Tapi aku akan tetap berusaha lembut padamu," ujar Lisa lemah.
Sebenarnya orang yang lemah tidak termasuk dalam tipe idaman Jennie, tapi entah mengapa Lisa mampu menggelitik hatinya. Jennie menyerahkan salah satu pedang kayu yang mereka gunakan kepada Lisa. Selanjutnya mereka berdiri berhadapan dengan masing-masing pedang di tangan.
"Hei, Yeji. Apa menurutmu Lisa Eonnie mampu mengalahkan Son Cameron? Setelah melihat Son Cameron kemarin, aku rasa laki-laki itu sangat tangguh. Mustahil Lisa yang kikuk ini mengalahkannya," ujar Lia. Mereka berdua duduk di salah satu bangku lapangan basket indoor itu. Merasa tidak ditanggapi oleh Yeji, Lia pun menoleh.
Yeji menatap Jennie dan Lisa yang sedang bersiap-siap di tengah lapangan, namun Lia tahu kalau sebenarnya Yeji sedang melamun. Gadis itupun menyenggolnya.
"Yeji, kau melamun lagi! Tadi saat di bathtube kau juga melamun. Ada apa denganmu?" tegur Lia.
Yeji mengerjap. Ia memalsukan senyumnya pada Lia. "Tidak, aku hanya memikirkan bagaimana jadinya duel minggu ini."
![](https://img.wattpad.com/cover/205028985-288-k754162.jpg)