Author POV
Jennie terkesiap melihat Lisa. Ia memasuki ruangan dengan penuh percaya diri. Tidak ada Lisa yang kutu buku saat ini. Yang terlihat di mata semua orang adalah Lisa yang begitu tegap dengan sebuah pedang di tangannya. Jennie mengenali pedang itu. Pedang yang biasa ia gunakan saat berlatih dengan Kakek.
Jadi, Kakeknya merahasiakan hal ini? Jennie benar-benar mengira kalau Kakeknya memang tidak berhasil melatih Lisa. Tapi apakah mungkin gadis itu bisa melawan Cameron hanya dengan berlatih selama 2 hari bersama Kakek?
Sementara itu Yoonhae dan Nenek Kim tampak mengagumi pilihan putrinya. Sebagai seorang perempuan, Lisa tak kalah menawan dibandingkan dengan Cameron. Mereka ikut senang melihat keberanian Lisa masuk ke 'sarang' penghisap darah dan energi di kastil ini. Itu pertanda kalau Lisa bersungguh-sungguh memperjuangkan Jennie.
Lia turun ke lantai dan sang Kakek segera menghampiri.
"Apa ia sudah meminum ramuan itu sampai habis?" bisiknya. Lia dan Yeji mengacungkan ibu jari mereka.
"Untung saja rasanya sangat enak, Kakek. Jadi ia menghabiskannya dalam waktu singkat," jawab Lia.
"Kakek, sebenarnya ramuan apa itu?" tanya Yeji penasaran. Kakeknya menyeringai konyol.
"Itu ramuan khusus andalanku. Setelah meminumnya, tubuhmu akan terasa lebih kuat 100 kali lipat. Lisa nanti akan sangat bersemangat, agresif, percaya diri dan bergairah. Huh, biar Pangeran tengik itu tahu rasa," jelas sang Kakek dengan santainya.
"Tapi Kakek, Lisa Eonnie kan belum terlalu mahir menggunakan pedang! Yang bisa dilakukannya hanya mengelak!" Yeji menahan suaranya agar tidak meninggi. Kakek mengibaskan sebelah tangan.
"Jangan pikirkan hal itu, Yeji. Sekarang Lisa dalam keadaan bersemangat sekali. Itu akan menambah kekuatannya. Nah, sekarang mari bersama-sama kita menonton duel ini. Pasti mengasyikkan."
Lisa dan Cameron sudah berada di tengah-tengah aula. Masing-masing memegang pedang dengan kuat. Pedang Cameron tampak sangat indah dan istimewa dengan ukiran-ukiran khusus dari bangsa Roma kuno. Ketajamannya sudah tidak diragukan lagi, bahkan mengandung racun.
Racun tersebut yang akan mematikan lawan. Biasanya Cameron menggunakan pedang tersebut untuk menebas kepala binatang yang diburunya. Ia terkekeh melihat Lisa. Selain tekad yang dimiliki Lisa di sorot matanya, Cameron yakin tidak ada lagi yang patut dibanggakan dalam diri Lisa. Dalam hati ia berdecak, mengejek pilihan Jennie.
Cameron bersikap masa bodoh dengan perjodohannya sebab ia menyukai Yeji. Bahkan telah jatuh cinta. Akan tetapi ia tidak bisa menjilat ludah sendiri. Beberapa hari lalu ia bersikukuh untuk menerima tantangan kekasih Jennie. Jadi ia harus melaksanakannya sekarang. Ayahnya juga harus melihat kalau calon King berikutnya ini tidak terkalahkan.
Lisa tampak sangat berbeda, menurut Jennie. Wajahnya tidak menunjukkan rasa gugup lagi. Sorot matanya tampak tajam seperti seekor singa yang akan memangsa lawannya. Jennie tidak mempunyai ide darimana keberanian itu diperoleh Lisa. Setidaknya ia harus tahu kalau di pesta ini tidak ada satupun yang sama seperti dirinya.
"Apa kau siap?" tanya Cameron lantang.
"Aku bahkan sudah tidak sabar. HYAAAAA!!!"
Lisa menyerbu Cameron dengan pedang terangkat di sebelah kanannya. Jennie menutup mulut. Gerakan Lisa terlalu serampangan dan ceroboh. Cameron bisa saja mengalahkannya dengan mudah.
Tapi Cameron tidak langsung melukai Lisa. Ia ingin bermain-main dulu dengan rivalnya, menahan serangan serta sesekali mengayunkan pedang ke arah leher Lisa. Beruntung Lisa pandai mengelak. Lisa mengayunkan tangannya dengan lincah dan berhasil menahan serangan Cameron.