Dia datang lagi. Lelaki jangkung misterius itu datang lagi ke cafe tepat pukul 11 malam. Biasanya dia bersama teman-temannya kesini saat pukul 5 sore sampe pukul 7 malam. Dan akan kesini lagi sendirian saat pukul 11 malam.
Sebenarnya itu tidak masalah, justru bagus karena bisa menambah pendapatan cafe tempatku bekerja dan tak menutup kemungkinan gajiku bisa naik tahun depan. Yang aneh adalah, saat bersama teman-temannya dia banyak tertawa dan aku tahu dia tipikal orang humoris. Temannya banyak, dia terlihat seperti orang yang sangat menyenangkan. Tak sepertiku, yang membosankan dan hanya punya teman beberapa saja.
Tapi saat dia kesini sendirian, dia lebih banyak diam. Dia hanya akan pesan kopi pahit satu lalu melamun dan pernah sekali aku melihatnya menangis. Itulah sebabnya bagiku lelaki jangkung itu misterius.
Cafe tempatku bekerja buka 24 jam dan kebetulan aku sering mendapat shift sore dan malam karena saat pagi aku harus membantu ibu menjaga anak bayi dari bibiku. Saat dia datang aku langsung memberikan satu kopi pahit untuknya. Dia mendongak, agak terkejut karena aku datang tiba-tiba membawa kopi tanpa dia memesan dulu.
"Maaf, aku sudah hafal apa yang akan kau pesan. Jadi aku langsung membuatnya."
Dia tersenyum sangat manis, lalu memberikan sejumlah uang padaku. Aku bingung setelah menerimanya karena uangnya lebih banyak dari harga kopi itu.
"Uangnya lebih, aku akan segera kembali."
"Itu untukmu."
"Eh? Untukku?" aku kaget tentu saja, karena di cafe tak boleh ada yang menerima uang bentuk apapun dari pelanggan selain pembayaran yang dipesan.
"Ya, ambillah."
"Tapi ini melanggar aturan. Aku tak mau kena tegur manager. Lagipula untuk apa kau memberiku uang?"
"Sebagai ucapan terima kasih karena kau perhatian padaku. Aku terlalu lama melamun sampai aku lupa untuk pesan minuman. Untung kau tak mengusirku." dia tertawa.
Hm... Dia tampan juga saat tertawa dari jarak dekat seperti ini.
"Ah tidak apa-apa. Itu salah satu bentuk pelayanan terbaik kami." aku tersenyum manis, jika image cafe bisa makin membaik karena orang ini itu akan jadi awal yang bagus untuk pertimbangan manager menaikkan gaji.
"Begitu ya." dia tampak berpikir. "Kau suka minuman apa?"
"Hah?" aku melongo. Salah satu dari sekian banyak kekuranganku adalah lemot.
"Minuman apa yang kau suka?"
"Huh?" aku masih bingung kenapa dia tiba-tiba menanyakan itu.
"Jawab saja." dia tersenyum geli. Aku sudah sangat biasa melihat orang lain geli dengan kelemotanku ini.
"Milkshake stroberi."
"Kau suka stroberi?"
"Sangat suka."
"Aku pesan milkshake stroberi satu. Apa uang itu masih cukup?"
"Iya cukup." aku semakin bingung. Kenapa dia menanyakan minuman kesukaanku dan memesannya? Dia orang aneh.
"Baiklah, tunggu sebentar, tuan."
Aku melangkah menuju rekan kerjaku, namanya Biy, dia sedang memeriksa mesin kasir.
"Ini uang kopi meja nomer 4 dan tambah 1 milkshake stroberi."
Aku memberikan uang lelaki itu pada Biy.
Biy menulis catatan pesanan dan memberikannya pada Byuna, salah satu koki di cafe ini.
Aku masih memperhatikan lelaki jangkung itu yang kembali melamun. Aku masih penasaran.