Tiga Serangkai

53 9 1
                                    

Jangan lupa tekan tombol vote sebelum atau sesudah membaca yaa!

Happy reading^_^

.

.

.

.

.

.

Mentari pagi mulai menunjukkan dirinya malu-malu. Deru kendaraan di salah satu jalan ibu kota saling bersautan, seakan menggemakan semangat memulai hari. Mengabaikan rasa dingin yang menyelimuti tubuh, seorang gadis cantik dengan seragam putih abu dilapisi jaket denim serta helm di kepala, menarik gas motor pelan setelah lampu lalu lintas berganti warna menjadi hijau.

Tepat di belakangnya, terdapat seorang laki-laki bertubuh besar yang memakai seragam sama dengannya. Ia sedang menikmati lezatnya roti brownies buatan Ibunya. Bukan, dia bukannya belum sarapan. Justru sebenarnya ia telah menghabiskan dua piring nasi goreng, namun hal tersebut tak kunjung membuatnya merasa kenyang. Ketika mau nambah lagi, ia keburu diseret oleh sepupunya yang tak lain adalah gadis di depannya ini. Alhasil, ditengah adegan seret menyeret tersebut ia sempatkan untuk mengambil beberapa roti di meja ruang tamu.

Dua sejoli itu ialah Nada dan Oji. Dikarenakan motor milik Oji yang pekan lalu baru saja menabrak tiang listrik masih berada di bengkel, Nada harus berangkat bersamanya atas permintaan Tante Dina. Entah apa yang sedang dilakukan oleh Oji kala itu. Membuktikan sebuah ilmu fisika? Atau membalas dendam pada tiang listrik di sekitar komplek rumahnya? Nada benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Oji.

Di tengah perjalanan, banyak pasang mata melayangkan tatapan heran ke arah mereka berdua. Mungkin karena merasa sedikit aneh melihat yang cewek mengendarai motor, sedangkan yang cowok enak-enakan membonceng, sambil makan pula. Perbedaan tubuh mereka juga sangat menonjol. Nada bertubuh kurus dan mungil, sedangkan Oji bisa dikatakan gemuk. Memang lebih cocok jika Oji yang mengendarai. Tapi Nada tak menghiraukannya. Jikalau Oji memaksa untuk berkendara, ia tak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia tak ingin motor kesayangannya ini bakal bernasib sama seperti motor Oji.

Dengan tampang polos, Oji menawarkan roti yang sedang ia makan kepada anak SD di pinggir jalan. Anak tersebut sontak balik arah dan berlari menjauh. Oji menatap kepergiannya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Apakah ia terlihat seperti seorang penculik? Pikirnya.

Tak mau ambil pusing, Oji kembali memasukan roti tersebut kedalam mulutnya. Nada yang melihat kejadian tersebut lewat kaca spion hanya menggelengkan kepalanya pelan. Anak dari kakak bundanya ini memang sangat ajaib!

Tak lama kemudian, sampailah mereka di kawasan SMAN 1 Bangsa. Dari jauh pun sudah terlihat bahwa gerbang sekolah tengah dipadati oleh siswa-siswa yang berdatangan. Dengan otak jahilnya, Nada menekan klakson berulang kali, membuat siapa saja yang di depannya berangsur minggir memberi jalan dengan perasaan kesal. Menjadikan suasana gerbang di pagi hari ini berubah gaduh.

Oji menyuapkan potongan roti terakhirnya ke dalam mulut lalu melambai-lambaikan tangan ke sekitar bak artis papan atas. Saat ia tak sengaja melihat ke pos satpam,
"PAGI PAK SURIP!! TAK MAIN API, PALA BOTAK MINUM KOPI!!!" Dengan mulut penuh ia menyapa pak satpam. Lebih tepatnya ngatain, mungkin?

Pak Suripto yang hendak menyeruput secangkir kopi itu terkejut sampai kopinya hendak tumpah.

"WOI! BOCAH SEMPRUL!!"

Oji tertawa terbahak-bahak. Namun sayangnya karma datang terlalu cepat. Dia tersedak!

Kini gantian Pak Suripto yang tertawa lepas, bahkan siswa siswa disana termasuk Nada ikut tertawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NADAVIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang