Dua

1K 93 2
                                    


***

"Hubungan satu tahun itu pasti nggak mudah menjalani, pernah nggak kamu sama Joa berantem? Terus biasanya karena apa?"

"Pernahlah. Tapi berantem sebentar doang sih. Biasanya karena masalah sepele aja."

"Oh gitu! Terus yang biasanya ngalah duluan siapa?"

"Lebih banyakan Joa yang ngalahnya. Aku itu keras kepala banget jadi kadang-kadang suka gengsi mau minta maaf duluan sama dia."

"Jangan diseringin kayak gitu. Kasihan Joa-nya."

"Hahaha, iya."

"Nah, untuk hal romantis. Apa hal romantis yang pernah kamu lakukan untuk Joa yang paling berkesan?"

"Apa ya? Kayaknya nggak ada deh, aku itu orangnya nggak romantis makanya Joa sering ngeluh."

"Yahhh, gimana sih! Kalau main film atau sinetron kamu bisa seromantis itu sama lawan mainmu."

"Itu karena tuntutan skenario. Ya bedalah sama kehidupan nyata."

"Hahaha, iya juga sih. Ok, sahabat Kepo, jangan kemana-mana, tetap nantikan Kepo Show setelah ini!"

Joa mematikan TV-nya, wajah jenuh yang sejak tadi dia pasang tidak kunjung hilang. Memang yang di layar sana tadi adalah pacarnya. Tapi, karena pacarnya itulah yang membuat Joa malas. Tidak bisakah Clinton sedikit mengarang cerita kalau pemuda itu pernah bersikap romantis, contohnya candle light dinner berdua. Jadi, Joa tidak merasa miris-miris amat. Joa yakin setelah ini bakalan banyak artikel yang muncul dengan judul : 'Joana Febryana tidak pernah diperlakukan romantis oleh kekasihnya, Clinton Andreaksa'.

Joa mengambil handphone-nya yang berbunyi, menerima panggilan dari orang yang selalu ada untuknya.

"Halo." Sapa Joa dengan malas.

"Gue tahu lo badmood."

"Terus?" Tanya Joa.

"Gue di depan rumah lo sekarang. Buka pintunya."

Gadis itu mematikan panggilannya, bergegas memakai sendal rumahnya dan berlari menuju pintu utama. Setelah membuka, dia mendapati seseorang dengan senyum manis sambil menggoyangkan paper bag di mukanya.

"Tadaaaaa!"

"Apa itu?" Tanya Joa.

"Izinin gue masuk dulu baru gue kasih tahu."

"Kayak rumah siapa aja pakai izin-izin segala. Masuk!" Ucap Joa kesal, menyingkirkan tubuhnya agar tamu tidak diundang ini bisa masuk.

Saat tamu tidak tahu diri itu masuk dan duduk di sofa tanpa dipersilahkan, Joa langsung berteriak memanggil pembantunya untuk membuatkan minuman. Lalu gadis itu menyusul duduk di sofa.

"Mama buat nastar tadi dan suruh gue buat ngasih ke elo."

Wajah Joa berubah sumringah, dia mengambil paper bag itu dan mengeluarkan isinya. Menatap nastar dalam toples seolah-olah menatap kekasihnya.

"Tante Prita memang paling tahu apa yang gue mau."

"Kadang gue mikir, anak mama itu elo atau gue sih!"

Joa tertawa pelan dan melihat pemuda di depannya itu, "Lo cuma anak angkat kali."

"Sialan! Nih, wajah gue mirip mama. Enak aja lo bilang gue anak angkat." Omel pemuda itu.

Joa menggedikkan bahu lalu membuka tutup toples itu, memasukkan satu persatu nastar itu ke dalam mulutnya.

"Den."

CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang