***Charisa menatap bangunan di depannya dengan malas apalagi saat berpasang-pasang mata menatapnya dengan penuh tanya.
"Charisa?"
Gadis itu menatap seorang guru yang menghampirinya dan bertanya. Charisa mengangguk.
"Ikut saya!"
Dia melangkah bersama guru itu memasuki ruangan yang Charisa tahu itu adalah ruangan kepala sekolah setelah membaca plat di depan ruangan.
"Silahkan duduk, Charisa!"
Gadis itu menurut.
"Kamu saya tempatkan di kelas XII-IPA2."
"Terima kasih, bu!"
"Pak Raditya baru saja menelpon saya dan meminta agar anda nyaman bersekolah di sini. Jadi, bagaimana? Kamu suka dengan keadaan sekolah di sini?"
Charisa tersenyum paksa, "Suka."
"Bagus. Sebentar lagi bel dan bu Dira yang akan mengantar kamu ke kelas. Dia wali kelas kamu."
Charisa menoleh ke sampingnya dan tersenyum sopan pada guru yang mengantarkannya ke ruangan ini tadi.
Nyatanya setelah bel berbunyi, Charisa tidak kunjung beranjak dari sana karena dia harus mendengar beberapa petuah serta peraturan-peraturan dari ibu kepala sekolah tentang sekolah ini.
Gadis itu menghela nafas lega saat celotehan itu selesai. Dia bersama bu Dira pamit keluar dan berjalan menuju kelasnya. Walaupun wajahnya kelihatan santai namun jantung Charisa berdegup cepat. Dia meremas tali tasnya sebagai pelampiasan rasa gugup.
Saat memasuki kelas saat itulah jantung Charisa semakin berdetak dengan cepat. Semua pasang mata menatapnya semakin membuat gadis yang dikenal tak gentar itu gugup.
"Kalian kedatangan siswi baru. Ayo, Charisa perkenalkan diri kamu."
Charisa berusaha tersenyum, "Saya Charisa Indriyana. Pindahan dari SMA Kartika."
Seusai memperkenalkan diri, Charisa dimintai duduk di samping seseorang yang Charisa baru tahu namanya Ninaya karena wali kelas menyebutkannya tadi.
"Ok, anak-anak kembali perhatikan ke depan."
Semua siswa yang tadi menatap Charisa kembali fokus ke depan. Keadaan sunyi, hanya terdengar suara guru menjelaskan. Charisa mendengarkan dengan baik. Hingga dua pelajaran terlewati dan harus berganti guru. Keadaan kelas menjadi ricuh.
"Woy!"
Charisa merasa pundaknya ditepuk dengan kencang. Ia menoleh ke samping dan mengerang kesal saat tahu siapa menjadi tersangkanya.
"Sakit tau!" Gerutu Charisa.
"Sialan! Lo pindah ke sini nggak ngasih tahu gue. Gue pikir lagi mimpi lihat lo di depan tadi."
"Lebai." Cibir Charisa.
"Lo kenal William?" Tanya Ninaya heran.
"Kenal. Rumahnya dekat rumah gue." Jawab Charisa cuek.
"Dan dia ini pacar gue." Aku William yang langsung mendapat cubitan pedas di perutnya dari Charisa.
"Jangan ngaku-ngaku!"
"Bercanda, Cha!" Ringis William.
"Semua lo bilang pacar." Sahut Ninaya.
"Begitu?" Tanya Charisa tak percaya. Ninaya mengangguk.
"Gue pikir dia bertingkah kayak gini di dekat rumah doang sampai pembantunya juga dibilang pacar dia. Ternyata di sekolah juga." Ujar Charisa.
Ninaya tertawa sementara William merengut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle
Teen FictionKata orang cinta itu rumit. Benar! Karena membangun sebuah rasa itu tidak mudah.