Chakatagir

10 0 0
                                    

Aku kuliah di salah satu universitas terbesar di Indonesia. Saat masa pengenalan kampus aku dan teman sekelompokku diberikan tugas untuk membuat sebuah proyek yang berdampak pada lingkungan sekitar kampus. Akhirnya, kami memilih proyek untuk membersihkan saluran air di sekitar rumah warga. Sejak saat itulah aku dekat dengannya. Ia sangat humoris, pengertian, dan teman bercerita yang asyik. Sebenarnya aku tidak satu jurusan dengannya, hanya saja pada saat tahun pertama kami sekelas. Ia cukup tampan jadi tidak heran kalau banyak yang tertarik dengannya.

Anehnya setiap pembagian kelompok di semua mata kuliah, aku dan dia selalu berada dalam kelompok yang sama. Jodoh, katanya. Aku sih tidak terlalu memikirkan hal itu. Bagiku cinta belum menjadi prioritas saat ini.
Di luar waktu kuliah kami berkomunikasi melalui sosial media. Kami tidak pernah menunjukkan kedekatan di depan orang-orang terutama teman sekelas. Hingga timbul gosip kalau ia sedang dekat dengan salah satu teman sekelas kami. Aku tidak percaya hal itu karena yang kutau mereka berdua hanya teman satu SMA.

Tahun kedua perkuliahan kami mulai berpisah karena sudah belajar di jurusan masing-masing. Memang sih, kami masih sering bertemu karena ada beberapa mata kuliah yang harus diambilnya berasal dari jurusanku atau kami sering juga bertemu di kantin. Kedekatan kami terus terjalin lancar hingga tahun terakhir perkuliahan. Disinilah ia mulai mengajakku untuk serius, sedangkan aku masih belum berpikir untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Aku lebih senang menjalani hubungan yang seperti ini dengannya. Tanpa status, tidak harus selalu komunikasi, membebaskan pilihan masing-masing, dan tidak saling membatasi ruang gerak.

Ia meyakinkanku bahwa tidak akan ada yang berubah setelah kami memutuskan untuk berkomitmen serius. Akhirnya aku menyetujuinya. Dan benar saja memang tidak ada yang berubah. Semua masih berjalan sama seperti sebelumnya. Hingga suatu hari, aku tidak tau bagaimana awalnya ada seseorang yang mengetahui hubungan kami. Perempuan itu tiba-tiba saja menyerang media sosialku. Aku sih menanggapinya dengan santai. Untungnya masalah itu cepat selesai.

Aku menceritakan hal ini kepadanya. Ternyata perempuan itu menyukainya. Dia bilang kepadaku untuk tidak khawatir karena sampai saat ini ia masih menyimpan hatinya untukku. Aku senang. Karena ia tidak pernah menunjukkan perasaannya secara berlebihan dan tidak pernah menuntutku pula. Ia membuatku sangat nyaman dalam menjalani hubungan ini. Meskipun tidak ada kata cinta atau sayang yang diungkapkan diantara kami tapi aku tahu keinginannya mengajakku serius sudah lebih dari itu.

Dia dan semua sikap manisnya membuatku sulit berpaling. Ia yang tiba-tiba datang membawakan sekantong plastik penuh cemilan. Atau kiriman bingkisan kecil yang tiba-tiba dibawakan kurir untukku. Ia menjanjikanku ketika saatnya tiba, seluruh dunia akan tahu bahwa kami saling memiliki. Namun, kalau ternyata kami tidak ditakdirkan untuk bersama, tidak ada perasaan yang harus kecewa. Dari awal kami saling meyakinkan bahwa hubungan ini tidak bisa dipastikan akhirnya. Semua terserah pada Sang Pemilik Skenario Terindah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 07, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KurzgeschichteWhere stories live. Discover now