Chapter -1

29 2 1
                                    

Azka POV
-----------------------------------------------------
Sekarang gue lagi ada di markas sambil
ngotak Atik hp. Sesekali gue cekikikan karna baca chat dari Nadine.

"Ini bos uang di pasar." Ucap anak buah gue yang badannya besar.

Gue ngambil uang yang ada di tangannya. "Lo?" Tunjuk gue sama orang di samping yang tadi.

"Si Tony Sama si Deva kemana?" Tanya gue pada keduanya menanyakan kedua sahabat gue.

"Gak tau bos. Mungkin masih di terminal godain cewek di sana." Ucap yang kepalanya botak. Lalu mereka tertawa.

Gue ngibasin tangan nyuruh tuh dua orang pergi. Gue duduk di kursi yang ada di sana lalu melanjutkan aktivitas gue yang tadi.

Nadine : bisa ke sekolah?

Azka : bisa. Otw

Gue bawa motor trail kesayangan gue dengan cepet. kalo Nadine tahu bisa abis gue kebut-kebutan di jalan.

Asal kalian tau, gue di markas sama di depan Nadine itu beda, beda 100%. Kalo di markas atau di jalanan gue bakalan kelihatan sangar. Tapi kalo di depan Nadine beh muka serem tapi tetep ganteng yaa hatinya hello Kitty.

Gue berhenti di depan sekolah Nadine. Gue liat cuma ada beberapa murid yang lewat lewat. Gue coba telpon Nadine.

"Halo. Kamu dimana?"

"Di kelas, cepet kesini tapi mampir dulu yaa beliin aku kiranti sama pembalut."

"Hah pembalut? Masa preman di suruh beli pembalut." Kata gue.

"Cepetan kamu mau aku di liatin anak-anak yang lagi Eschol."

"Kamu tembus?" Tanya gue.

"Cepetan jangan tanya tanya!"

Haduh, abis gue di marahin singa yang lagi dapet. Batin gue

"Iya tapi belinya dimana?" Tanya gue yang sudah panik takut dia beneran marah.

"Di minimarket depan Deket pertigaan."

"Jauh yank."

"Cepetan!"

"I-iya iya."

Gue berhenti di minimarket. Gue masih diem di atas kotor karena gue lihat kasih banyak motor yang terparkir di depan minimarket.

Saat motor yang ada di depan minimarket cuma ada dua. Baru gue turun dari motor dan langsung masuk.

Yang jaga kasirnya cewek lagi! Bangsat! Batin gue.

Gue gak langsung ambil yang di suruh Nadine. Gue keliling minimarket dan gue ambil satu-satu makanan nunggu ibu-ibu yang lagi belanja selesai.

Setelah di rasa cukup sepi gue ambil pembalut ,si Ranti itu sama jajanan yang gue ambil asal tadi.

"Ini uangnya, cepetan gak pake lama." Ucap gue sambil naro duit seratus ribu di atas meja kasir.

"Semuanya jadi hab—"

"Ambil kembaliannya." Potong gue. Gue langsung ke motor dan pergi ke sekolah ayang Ebeb.

Gue langsung masuk karena sekolah memang sudah jam pulang. Gue tau kelas nya Nadine karena gue pernah nyusul dia bahkan di saat ada guru yang lagi ngajar. Hehe waktu gue kebablasan boy karena panik. Soalnya dia telpon gue lagi sakit perut dan gak enak badan 'yaa gue susul, dia juga gak bilang kalo lagi ada guru lagi kan jadi malu.

Gue masuk kedalam kelas. Gue liat Nadine lagi duduk sambil main hp. Gue duduk di depan dia. Gue taro belanjaan yang entah tadi gue ambil apa aja. Bodo amat lah.

"Banyak banget beli apa aja?" Tanya pacar kesayangan gue.

"Hehe tadi di minimarket banyak orang jadi nunggu sepi dulu. Biar gak cuma keliling-keliling doang ya aku ambilin aja." Ucap gue dengan cengiran.

"Huh." Dia buka plastik putih yang terdapat logo khusus minimarket. Dia ngambil siranti.

"Bukain." Ucap dia sambil menyodorkan botol langsing itu.

Gue ambil dan gue buka tutupnya. Dia minum itu walau mungkin hanya sedikit. Gue ngeri ngebayangin gimana jadi cewek.

"Kamu kenapa?" Tanya dia sambil tutup kembali tuh botol.

"Gak. Enak gak?" Tanya gue.

"Cobain aja." Ucap dia.

Dia berdiri. Pacar gue ambil pembalut. "Ini pembalutnya banyak banget lagi. Buat apaan?"

"Hehehe udah gak papa buat stok ini kan ada lima Pak berarti kepake buat beberapa bulan kedepan."

Gue liat dia masukin pembalut kedalam tasnya. "Tunggu di sini aku mau ketoilet."

Gue hanya ngangguk. Gue nunggu dua sambil main game di ponselnya dia. Mulut gue dari tadi gak bisa diem karena dari tadi terus ngunyah nih ciki.

Gue ngelirik orang yang baru Dateng. "Udah?"

Dia ngangguk. "Udah ayo."

Gue ambil tuh plastik dan bekas jajanan gue lalu gue buang ketempat sampah. "Ini ambil. Buat stok di pulkas."

Gue naik keatas motor lalu di susul dia. Gue bawa motor nya slow karena gak mau kena omel dia. Gue tau kalo dia lagi pms tingkat kegalakannya meningkat berkali-kali lipat.

"Di rumah kamu ada siapa?" Tanya gue.

"Kaya biasa, sepi kata bunda sahabat ayah ada yang sakit mungkin pulangnya malem." Kata dia.

Gue cuma manggut-manggut. Gue ngelirik kaca spion yang langsung bisa lihat wajah chaby pacar gue.

Orang tua Nadine sudah tau kalo gue pacar anaknya. Tapi mereka belum tahu kalo gue adalah preman. Itu sebabnya gue jarang banget nongkrong di terminal dan di pasar karena gue takut ada yang kenal sama gue dan ngadu sama orang tua nya Nadine.

"Kapan kamu bakal cari pekerjaan yang halal?" Tanya Nadine.

Gue cuma diem. Gue diem bukan berarti gue gak dengerin apa katanya. Gue ingin nurutin apa kata Nadine tapi apa boleh buat gue cuma lulusan SMA sedangkan sekarang yang di cari itu orang-orang yang sarjana.

"Aku gak mau kamu kerja itu lagi. Aku takut bunda tau pekerjaan kamu. Umur kamu kasih muda pasti ada yang Nerima kamu buat kerja." Ucap Nadine.

"Iya." Gumam gue lesu. Tapi gue tau Nadine pasti denger karna dia taro kupingnya di punggung gue.

"Jangan iya doang, kamu tau gak sih aku tuh takut kalo Ayah sama bunda tau kalo kamu itu preman." Ucap Nadine dia mengeratkan pelukannya di perut gue.

"Iya, aku bakal cari pekerjaan."

🌼🌼🌼🌼🌼

Part satu selesai...

Beri kesan pada part ini...

Lanjut or No 💬

Preman SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang