10

4.5K 292 4
                                    

Mereka bertiga memasuki ruangan yang penuh dengan senjata. Awalnya, Jimin ragu untuk masuk ke sana, tetapi dia tidak mungkin menunggu di luar sendirian, bukan?

"Hmm, bagaimana dengan ini?" tanya Hoseok sambil menunjukkan sebuah pistol. Yoongi menggelengkan kepala dan melihat sekelilingnya.

"Bagaimana dengan yang itu?" tunjuk Yoongi sambil mengambil sebuah pistol. Hoseok berdiri di depan Yoongi dan melirik rekannya.

"Smith & Wesson 500 Magnum, ya?" Yoongi tersenyum miring. "Jelaskan tentang senjata genggam ini."

"Smith & Wesson 500 Magnum. Pistol ini adalah revolver yang memiliki kekuatan hampir sama dengan Desert Eagle. Namun, pistol ini memiliki keunggulan lain, yaitu akurasinya yang mematikan." Yoongi menepuk bahu Hoseok dengan lembut dan menganggukkan kepalanya.

"Kita harus pergi ke ruangan itu. Si wanita tua dan tangan kanannya pasti sedang menuju ke sini." Yoongi menarik lengan Jimin dengan kasar, dan sekali lagi mereka memasuki ruangan yang penuh dengan komputer.

"Sopan lah sedikit, dia masih ibu kandungku, Jey," Hoseok tertawa, lalu dia mulai menghidupkan beberapa sistem komputer yang tidak dimengerti oleh Jimin.

"Jimin sayang, Daddy akan bekerja dulu, oke? Duduklah di sini dan jangan pergi ke mana-mana. Di kulkas ada banyak makanan dan minuman, ambil sebanyak yang kamu mau." Jimin menganggukkan kepala dan segera duduk di kursi yang telah disediakan oleh Daddy.

'Daddy nda akan dol dol dol, kan?' tanya Jimin dalam hati.

"Cari keberadaan Taeyeon dan Namjoon. Sekarang aku yang akan mengambil alih komando. Panggil yang lain dan jika sudah menemukan Taeyeon dan Namjoon, bawa mereka ke pantai. Aku akan menemui mereka di sana." Dengan tatapan tajam, Yoongi tersenyum miring dan mereload pistolnya.

"Target ditemukan, mereka berada di sebuah kafe. Sepertinya mereka sedang berbicara serius." Yoongi mendekati Hoseok dan mengerutkan alisnya. "Dekatkan dirimu dan coba nyalakan perekam suara." Hoseok mengangguk, mendekat, dan menyalakan perekam suara untuk mendengarkan pembicaraan antara kedua target.

"Anak itu, tidak kusangka sifatnya sama seperti ayahnya. Bajingan."

"Tenanglah. Aku yakin dia tidak secerdas ibu nya." Yoongi terkekeh ketika mendengar pembicaraan kedua targetnya.

"Mereka sedang membicarakanmu, ternyata."

"Tentu saja, aku adalah target mereka mulai hari ini. Dan mereka adalah targetku. Kalau ayahku masih di sini, pasti dia akan membantuku melawan eomma dan si tiang itu."

"Ya, kau benar. Semoga berhasil, teman."

Yoongi mengangguk dan segera menyembunyikan pistolnya di balik bajunya. Dia mendekati Jimin yang terdiam.

"chim? kenapa hm?" tanya yoongi sembari duduk di samping jimin dan mengubah posisi jimim yang tadinya sedang duduk di sampingnya kini menjadi pangkuan.

"Chim, ada apa, hm?" tanya Yoongi sambil duduk di samping Jimin dan mengubah posisi Jimin menjadi pangkuannya.

"Daddy, nda akan dol dol dol, kan?" tanya Jimin sambil menatap mata Yoongi dengan penuh harap. Yoongi tahu bahwa dia akan melawan ibunya sendiri dan juga temannya, dan kemungkinan akan terjadi baku tembak. Hal ini membuatnya bingung.

"Tidak, sayang. Daddy tidak akan melakukannya," jawab Yoongi sambil tersenyum pada Jimin. Jimin membalas senyuman dan meletakkan kepalanya di pundak Yoongi.

'Maaf, aku sedang berbohong padamu lagi, Park Jimin,' batin Yoongi sambil mencium rambut Jimin. Mungkin karena kelelahan, mereka akhirnya tertidur dengan Yoongi memangku tubuh Jimin.

 ▬▬▬▬▬▬  ▬▬▬▬▬▬

"Anak itu, mau tak mau aku yang akan membawanya, Yeon."

"Anak itu? Menjadi seorang detektif? Bodoh. Lebih baik dirinya menjadi seorang mafia." Wanita itu tertawa lalu menatap tajam pria yang ada di hadapannya.

"Lebih baik dia menjadi seorang detektif daripada menjadi mafia dan menjadi buronan polisi." Pria itu melipat tangannya di dada. Mendengar perkataan 'calon mantan' suaminya, wanita itu memutar bola matanya dengan malas.

"Dengar, aku berterima kasih kepada kakekmu karena telah menyelamatkan kedua orangtuaku dari kecelakaan waktu itu."

"Dan aku tidak menyangka kalau aku akan dijodohkan dengan pria sepertimu, detektif tampan. Sekali lagi, maaf. Anak itu akan ikut bersamaku, dan kamu akan mati, sekarang juga." Wanita itu menjentikkan jarinya dan...

 ▬▬▬▬▬▬  ▬▬▬▬▬▬

BRAK!

Yoongi terbangun dari tidurnya dan melihat pintu yang sedang berusaha didobrak. Hoseok mendekati Yoongi dengan cepat, memintanya untuk segera membawa Jimin pergi dari tempat itu.

Pria itu berusaha menggendong Jimin yang masih tertidur, akhirnya mereka meninggalkan tempat tersebut melalui sebuah lift.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Yoongi.

"Aku sudah mencoba membangunkanmu sejak tadi, ibumu sudah tiba. Aku telah mematikan beberapa sistem penting dan mengunci ruangan senjata," jawab Hoseok.

"Keparat, lalu?" sergah Yoongi.

"Kau harus membawa Jimin pergi jauh, Yoongi. Ibumu sangat membencinya." Yoongi menatap tajam sahabatnya dan mereka saling bertukar kode melalui tatapan mereka. "Apa maksudmu?" tanya Yoongi.

— —
asek panjang wkwk, jarang-jarang kan update panjang
jangan lupa vomment ya! see u in next part!

btw,









ceritanya mau aku abisin bentar lagi, ehehehe :D

RESTA CON ME • YOONMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang