Reni Part 1

214 3 0
                                    

Aku, memulai dengan beberapa kata,Mulut sedikit bergetar, kata yang menghubungkan hubungan kita menjadi Halal, kata yang memberikan kita hak untuk bersentuhan.kata itu kurangkai menjadi kalimat


" Saya terima nikahnya, Reni, dengan mas kawin tersebut tunai"Semua orang yang ada disekelilingku, mengucap serentak " Sah !" Hari yang tak pernah aku lupa, kamu orang yang dulu selalu berjarak 1 m dari tempatku berdiri memandangmu.

Kini bersanding, saling menatap dan menggenggam tangan mesra.

tanganmu erat ditanganku, sesekali kamu berdiri menerima tamu, menarik ku juga untuk berdiri dan menyalami para tamu yang naik ke atas pelaminan kita.

Mata ini sedikit tidak percaya dengan pemandangan yang kulihat sekarang, betapa indahnya, bahkan tak pernah aku bayangkan sebelumnya.

" Bagaimana nanti" bisiku pelan ditelingamu, Kamu hanya tersenyum dan sedikit mencubit pipiku. kemudian kamu membalas membisiku

"Kita tau harus bagaimana " kamu terus tersenyum menatapku, membelai pipiku lembut, dan kembali memandangi para tamu, yang sedang sibuk berlalu lalang di Hidangan Pernikahan kita.

Semua sudah selesai, para tamu sudah pulang, kini tinggal kita berdua didalam kamar, entah apa ini bisa dikatakan kamar pengantin, karena tak ada hiasan sama sekali, hanya kamar.Itu pun hanya ada kasur dilantai. gantungan baju baju mejadi pelengkap.

"Mas? aku bahkan belum tau nama lengkapmu " Reni tiba tiba mengucapkan itu,

"Lalu bagaimana kamu mau menikah denganku? " tanyaku balik,

"Nama bukanlah penghalang untuk menikah mas " aku terdiam

"Aku hanya ingin tahu nama lengkapmu saja" lanjut Reni,

"Orang tuamu atau Orang tuaku tidak memberitahu mu ?" Reni tersenyum

"Bagaimana mereka mau memberitahu ? sedangkan jarak pernikahan kita dengan proses Taaruf saja hanya 3 hari " Reni terkekeh dan membisikan ditelingaku

" sebutkan nama panjangmu mas, dan malam ini untukmu sampai subuh menjelang" Malam pertama, yang dibahas nama panjang, aku tersenyum, membelai rambutnya.

Dan membisikan "Aku mencintaimu" Reni langsung menarik kupingku kuat, dan beranjak dari pelukanku, memalingkan wajahnya

"Begitu susahnya kah mas ? " suaranya agak sedikit terlihat seperti menangis.

"Reni, bukankah nama bukanlah penghalang untuk menikah?" Reni menutup telinganya. aku tersenyum, menarik tangannya dan meletakannya di dadaku,

"Nama panjangku Mahmud Zaelani Abdul Qohar " mata Reni yang sedari tadi ditundukannya, ternyata mengeluarkan air matanya turun deras,

"Nama yang indah mas" mata Reni masih dengan kesedihannya, aku mencoba menyekanya, namun tangan Reni mencegah tanganku,

"Biarkan saja mas, aku bahagia " Reni memelukku

"Kamu tahu mas, namamu itu mengingatkan tentang abangku, namamu persis sekali denganya. raut mukamu pun sama seperti dia, gaya bahasamu, dan semuanya

Reni masih terus memeluku

" Abang ?" tanyaku, Pertanyaanku itu membuat Reni melepaskan pelukannya,

"Bukankah Reni tidak punya Abang, Reni hanya punya dua orang kaka perempuan kan " Reni meletakannya tangannya dipundakku, kedua tanganya

" Itu Orang lain yang sudah ku anggap Abangku sendiri Mas" Reni memelukku lagi,

" Dan kamu adalah orang yang sangat mirip denganya" lanjut Reni

" bagaimana kabarnya?" tanyaku, Reni tak menjawabnya, tubuhnya terasa seperti lemas, Reni lelap memeluku, tertidur.

Aku merebahkanya dan memberikan kecupan dikening, mukanya terlihat kelelahan setelah seharian diatas pelaminan. tubuhkupun kelelahan, malam pertama ini sangat indah, walau masih ada pertanyaan, siapa orang yang pernah ada dihati istriku itu.

" Abang, Abang Abang, jangan lari, Reni kangen " Reni mengigau,

" Jangan lari, Reni kangen " begitu seterusnya, aku mencoba membangunkan Reni, namun aku menghentikannya ketika Reni seperti sedang mengobrol dengan seseorang di mimpinya

" Bagaimana kabarmu bang, Reni kangen, kalo Reni hitung kita sudah 19 tahun tidak bertemu " aku memperhatikannya, Reni terdiam, mukanya seperti menyimak sesuatu yang penting

" Bagaimana Abang bisa meninggalkan Reni?" mataku tak terasa megeluarkan air mata, hati ini terasa seperti ada yang menusuk, walau Reni mengatakan bahwa aku sangat mirip dengan seseorang yang dia panggil Abang, tapi .....

Cerbung ReniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang