Ketika selesai makan Naiza pun membantu umi nya membereskan meja makan dan mencuci piring.
"Nay nanti kamu antar umi ya beli stok bulanan kita" ucapnya sambil jalan menuju ke arah dapur.
Maklum saja karena rumah mereka tidak memiliki pembantu eh ralat uminya lah yang tidak ingin memiliki pembantu, karena berfikir agar anak-anaknya bisa mandiri.
Tetapi tidak untuk sopir, kalau sopir pasti ada karena itu sangat butuh jika tidak ada orang untuk mengantarnya belanja, maklum lah uminya tidak bisa menyetir.
Oke, kembali ke topik :v
"Siap umii, Nay juga pengen keliling, kangen rasanya"ucapnya bergembira.
Uminya hanya tersenyum mendengar sang anak berbicara seperti itu."Ya udah sekarang kamu ganti baju dulu sok umi tunggu di ruang tamu".
"Siap umi" ucapnya sambil menggerakan tangannya seperti sedang hormat ke bendera.
Naiza pun langsung berjalan ke arah kamarnya dengan senyuman yang tak pernah hilang di wajahnya.
Ia pun membuka lemarinya dan mengambil salah satu gamis berwarna mocca yang dipadukan dengan hijab berwarna hitam. Lalu berjalan ke arah meja riasnya, ia hanya memakai bedak tipis dan lipcream agar tidak terlihat pucat.
Setelah ia rasa sudah siap ia pun berjalan ke luar kamar untuk menemui uminya.
"Umi, udah siap?"
"Udah, ayo kita berangkat" ajak uminya.
"Kita naik apa umi?" tanyanya sambil berjalan.
"Kita naik mobil diantar pak Maman".
(Pak Maman supirnya ya)°~°
Saat berada di perjalanan Naiza hanya memandangi jalanan seperti mencari sesuatu tetapi tidak, dia hanya sedang melihat pemandangan yang sudah lama tidak dia lihat.
Saat telah sampai di pasar mereka langsung berjalan ke ruko yang menjual bahan-bahan makanan yang ingin mereka beli.
Saat sedang melewati ibu-ibu penjual makanan khas daerah Naiza tidak sengaja mendengar suara anak kecil menangis dan ada seorang ibu yang memarahi anak kecil itu. Naiza merasa tidak tega sampai-sampai ia menghampiri kedua orang tersebut.
"Permisi bu, kenapa adik kecil ini menangis dan kenapa ibu memarahinya?"
"Maaf nak kalau kamu merasa terganggu, anak saya meminta jajanan itu tapi saya tidak punya cukup uang untuk membelinya" jawab sang ibu.
Naiza yang mendengarnya pun merasakan iba."Bu mari ikut dengan saya, saya akan membelikan anak ibu jajanan itu" ucap Nay lembut.
"Apakah tidak keberatan nak?" ucap ibu itu tak enak hati.
"Tidak apa-apa anggap saja saya sedang ingin berbagi dengan ibu dan anak ibu, ayo adek kita kesana" ajaknya pada anak kecil tersebut.
Setelah itu mereka membeli beberapa makanan, untungnya saat itu Naiza sedang membawa uang jadi tidak perlu repot meminta pada uminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The first and the last
Teen Fiction- Jangan Menyimpulkan Apapun Di Awal Cerita - *Aku tak pandai membuat deskripsi, pandai ku hanya mencintai Mu* Kisah seorang santriwati yang dipaksa pindah sekolah karena pekerjaan ayahnya yang di pindahkan ke suatu kota. Apakah dia menuruti kemauan...