Nothing in this world can stop us tonight

360 50 34
                                    

"Wuf!"

Seekor anjing jantan kecil berjenis cavalier king charles spaniel bercorak cokelat putih menyapa sang majikan di dalam kamar.

Ia kecil bukan karena ia adalah seekor anak anjing. Melainkan jenis anjing kecil dan akan tetap berada dalam ukuran tubuhnya yang sekarang meski telah menginjak usia dewasa.

Ia berlari dan mendudukkan diri di atas pangkuan Woojin yang duduk di tepi tempat tidurnya.

Menyemat senyum tulus, Woojin mengelus punggung hewan peliharaan kesayangannya– karena memang hanya anjing itu yang ia pelihara–dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Hari melelahkan lainnya hari ini, Romeo."

"Wuf!" Hanya dengan suara demikian makhluk kecil yang akrab disapa Romeo itu mampu menanggapi apapun yang Woojin ceritakan.

Kacamata Park Jihoon yang masih Woojin pakai itu sedikit melorot ketika ia menggerakkan depresor leher untuk menunduk guna menatap Romeo.

Yah, pasca insiden kloset itu ia tentu segera mencuci benda kelewat berharga itu.

Ia kemudian mendongak untuk menatap sebuah gambar besar yang tertempel di dinding kamarnya.

Foto Park Jihoon.

Ia mendapatkan beberapa data foto pujaan hatinya itu dengan berbagai macam pose layaknya seorang fotomodel, dari komputer di ruang dosen ketika secara kebetulan minggu sebelumnya ia dimintai bantuan untuk menyelesaikan tugas-tugas milik dosen wali kelasnya.

Setelah mencuri foto-foto itu ia langsung mendatangi sebuah tempat percetakan terdekat rumah dan mencetak lima foto terbaik Jihoon seukuran poster.

Menempelkan seluruh poster besar itu di dalam kamarnya, dan beginilah hasilnya. Ia yang tidak pernah berhenti menatapi keindahan sang pujaan hati selama tujuh hari terakhir. Membuatnya senyum-senyum sendiri seperti manusia tidak waras.

"Since forever, aku menginginkanmu Park Woojin..." Entah sejak kapan Park Jihoon berada di dalam kamar itu bersama sang empunya kamar. Ia berbisik sedikit seduktif tepat di telinga Woojin.

Yang dibisiki itu tersenyum malu-malu. Ia merasa tidak memiliki nyali sekadar menatap sosok Park Jihoon yang kini tengah memamerkan torso.

Bertelanjang dada karena hanya celana dalam satu-satunya helaian kain yang membalut tubuhnya saat ini. Seakan telah bersiap untuk melakukan sesuatu yang besar bersama Woojin.

Tapi dengan begitu Woojin segera menanggalkan bagian atasan pakaiannya karena merasakan hawa di sekitarnya memanas.

Salahkan Park Jihoon yang begitu indah dan menggoda.

Jihoon melingkarkan sepasang lengannya di leher Woojin. Mendekapnya erat di atas ranjang itu seakan jika ia melepaskannya, kiamatlah dunia.

"Jangan tinggalkan aku..." Suara Jihoon setengah mendesah dengan tingkat seduktifitas yang lebih dinaikkan ketika mengelus pipi Woojin menggunakan punggung telunjuknya. Masih berupaya untuk menggoda.

Tapi sayang sekali. Itu semua hanyalah sebuah bayang-bayang ilusi. Park Jihoon hanyalah sebuah persona yang kabur yang tidak mampu Woojin jangkau. Terlalu jauh.

Sekarang poster-poster Park Jihoon di dalam kamar itu berubah menjadi sebuah ejekan baginya.

Dengan demikian Woojin hanya bisa menertawakan dirinya sendiri secara mental.

Kau lucu sekali Park Woojin. Kau hanyalah seorang pemimpi. Dan akan selamanya begitu.

Menyedihkan sekali.

.

.

.

.

You've Driven Me Nuts 🥜 2Park [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang