#1

6 0 0
                                    

Berjalan cepat menuju perpustakaan. tangan membawa banyak buku, seperti ibu rumah tangga yang kelelahan dan harus menggendong anak kecilya. Terasa berat. Langkahku terhenti. Mataku fokus memandang seorang wanita berada ditengah  lapangan sekolah yang sangat luas. Matahari siang ini membuat keringat wanita itu bercucuran. Entah apa yang membuat seorang lelaki kutu buku sepertiku berani melangkah ke arah wanita di tengah lapang itu. Bahkan orang orang sekitar lapangan saling membisik melihatku, aku tahu mereka sedang mengusik ku. Tapi langkahku tak berhenti, terus berjalan menuju wanita di tengah lapang dan melupakan perpustakaan.

"kenapa berdiri didepan gue?"

Dengan congkaknya wanita tengah lapang bertanya padaku.

"Kok diem, ikut kena hukuman?"

Kali ini meninggikan satu alisnya.

aku menggelengkan kepala mendengar pertanyaan kasarnya, berbalik meninggalkanya dan pergi menuju kelas. Sudah ku bilang aku melupakan perpustakaan.

Meletakan buku yang membuat tanganku pegal saat ini, dan duduk di bangku guru. Melamun. Jangan tanya aku sedang melamuni apa.
Tentu saja, wanita congkak, wanita tengah lapang itu.

"Tring tring.."

Suara bising bel sekolah berbunyi. ya, sudah waktunya pulang sekolah. Aku harus cepat pulang sebelum bis nomor 62 meninggalkanku seperti minggu lalu. Duduk di halte depan sekolah, hari itu hujan sedang,sekitar halte sunyi dibuatnya. Hanya ada suara ketukan sepatuku dan bunyi air hujan jatuh menabrak aspal.

"Ah itu dia bisnya "

Seruku sambil berdiri dari tempat duduk halte. Menaiki bis dan duduk di kursi paling depan, sebelah jendela.

Melihat seseorang wanita dari jendela bis, dia berlari dari gerbang sekolah menuju bis. Badan dan bajunya basah karna air hujan. Dia memasuki bis, langkahnya terhenti, matanya fokus melihatku dan entah apa yang dipikirkan wanita itu, ia langsung duduk, tepat disampingku.

"Yang tadi berdiri didepan gue pas di tengah lapangan?"

Sambil menunjukan jari telunjuknya ke arahku. Ternyata dia wanita congkak itu, wanita tengah lapang itu.

Aku mengangguk keheranan, apakah dia akan memarahiku hanya karna aku menghampirinya tadi. Ternyata tidak. Dia hanya duduk disampingku, membuat tubuhku sedikit gemetat dibuatnya.

Di sepanjang perjalanan, sesekali aku menatapnya saat dia lengah menatap hal lain.

"Kenapa?"

Jawabnya congkak, ketika dia sadar  aku menatapnya.

Aku hanya menggelengkan kepala ragu ragu, jujur aku takut. Dia seperti preman pasar yang ditakuti bapak bapak sekalipun.

Aku benar benar menahan rasa takut. Akhirnya bis berhenti di halte tujuanku, akhirnya juga aku terbebas dari preman wanita itu, wanita congkak itu, wanita tengah lapang itu.

Sebenarnya aku sedikit tahu profil wanita itu. Bagaimana tidak, hampir setiap upacara bendera hari senin ia dipanggil kedepan karna ulahnya. Amelia Putri, biasa dipanggil Puput. Wanita yang menjadi ketua geng paling sangar disekolahku yang beranggotakan 5 siswa laki laki bertubuh tinggi besar.



Semoga suka yaaa :v jan lupa vote yaa, komen komen sesuka kalian boleh dahhhh, sampe jumpa di part selanjutnya.... mumumumu😽

Semestinya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang