Lo Siento

648 95 6
                                    

Moment 6

.

.

.

Kyuhyun bersiap dengan perlengkapannya. Beberapa buku serta alat tulis dimasukan ke dalam sebuah kain dan diikatnya kuat. Obsidiannya melirik Donghae yang masih berdiri kaku pada daun pintu seraya memasang ikat kepala.

Setelah siap Kyuhyun mulai menjauhi penginapan diikuti Donghae. Berbagai pemikiran silih berganti memenuhi kepalanya, terlalu banyak hingga kebimbangan perlahan melingkupi.

"Kasim Lee."

"Ya, Pangeran?"

Kyuhyun kembali memikirkan hal yang terus memberatkannya. Terselip keraguan pun Kyuhyun menolak mundur "Tunggu aku di pelabuhan."

Donghae terbelalak terkejut "T-tapi, Pangeran..."

"Setidaknya jika aku tidak berhasil, kau harus memastikan Chansung Hyungnim kembali bersamamu. Masa depan Silla berada ditangannya dan kau harus berjanji untuk melindungi beliau apapun yang terjadi!"

Donghae hendak menolak permintaan Kyuhyun, namun kembali tertelan begitu melihat obsidian sang junjungan yang menampilkan kesungguhan. Biar bagaimanapun keputusan Kyuhyun sangat sulit dihalangi terlebih dicegah. Donghae hanya dapat menunduk dalam kemudian meninggalkan Kyuhyun seorang diri.

Obsidian Kyuhyun memastikan Donghae yang menghilang diantara pepohonan tinggi sebelum kembali melanjutkan perjalanannya. Kini Kyuhyun harus mempercepat langkahnya agar segera tiba pada tempat yang hendak dituju. Rencana ini mulai berjalan sejak Kyuhyun meninggalkan Silla dan menyusup pada salah satu kapal yang membawanya ke Nagasaki.

Kepalanya mendongak tanpa gentar dan terus melangkah dengan pasti. Demi tanah kelahirannya serta kedamaian Silla. Jika pada akhirnya dia harus mati di tempat ini, Kyuhyun rela.

Menangkap sebuah pondok yang dipenuhi oleh sekumpulan pemuda, mereka adalah para calon sarjana. Mengenakan pakaian serupa dengan milik Kyuhyun, yang mana tanpa ikat kepala seperti yang kini menghiasi surai sang Pangeran Joseon.

Kyuhyun melewati setiap pria yang saling berdiskusi, entah tentang pemerintahan ataupun sebatas rumor yang berhembus. Mulai pagi ini Kyuhyun akan kembali menjadi seorang pelajar. Membicarakan politik, berpedang, memanah, bahkan perekonomian selayaknya hal yang pernah dilakukannya dulu.

"Semua berkumpul!" seru seorang pria baya dengan lantang.

Kyuhyun mengikuti calon teman-temannya untuk membentuk barisan di depan sebuah aula yang cukup luas. Obsidiannya mengedar kesekeliling, berusaha mencari celah sekaligus memperhatikan sekitar. Setidaknya, kali tempat tersembunyi untuk berlindung dibutuhkan Kyuhyun.

Kyuhyun terlalu sibuk melihat sekitarnya hingga mengindahkan kehadiran seorang pria dengan hiasan khusus di kepalanya, menandakan sosoknya sebagai guru besar di pondok. Obsidiannya tersadar begitu pria-pria didekatnya mendadak terdiam sunyi dengan arah pandang terfokus ke depan. Sempat dibuat mengerut tak paham hingga sosok yang dicarinya mengambil seluruh fokus Kyuhyun tengah berdiri di hadapan.

Terlihat Chansung yang tengah memberikan arahan bersama beberapa petinggi pondok. Kyuhyun sama sekali belum mempercayai keberuntungannya hingga dapat dengan mudah melihat kembali sang Putra Mahkota Silla. Perasannya membuncah begitu mengetahui saudaranya masih hidup, utuh tanpa kekurangan sedikitpun.

Bibir tebalnya mengulaskan lekuk haru tanpa bisa tertahan. Kyuhyun rasa nasib baik tengah berpihak kepada mereka, meski kecemasan itu masih membelenggu oleh hari-hari kedepan.

...

Kyuhyun melangkah gesit dengan kewaspadaan akan sekitar. Obsidiannya melirik seksama keadaan sebelum menyelinap diantara dinding-dinding temaram. Melewati belasan prajurit yang berjaga sekaligus menolak untuk menghasilkan keributan yang menghebohkan.

MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang