Part 05

2.2K 119 0
                                    

**

"Kalo aja ayah sama bunda gak jodohin aku, mungkin aku sama Ali masih bersama," ucap Prilly. Tanpa terasa, kini airmata pun mulai mengalir membasahi kedua pipi chubby nya. Prilly meraih foto pernikahannya itu, menatapnya sendu dan penuh luka. Prilly 'tak menyangka, jika pernikahannya dengan Ali akan berujung dengan perceraian. Padahal dalam hatinya, Prilly masih sangat mencintai Ali, dan berharap akan tetap menjadi satu ikatan. Namun nyatnya, kini Prilly harus kembali menjalin rumah tangga dengan Rangga tanpa adanya cinta dihatinya. Ya, tanpa cinta!

Prilly beralih mengelus lembut foto itu, kemudian mengecupnya lembut. Bibir Prilly bergetar menahan isakannya. Namun tak lama kemudian, Prilly tersadar bahwa ia sudah terlalu lama berada disini. Prilly kembali meletkkan fotonya dan menghapus airmatanya sendiri. Setelah itu, ia langsung bergegas keluar.

***

Prilly memasuki rumahnya dengan gontai, ia duduk di sofa ruang tengah dengan lemas. Semangatnya hilang seketika. Bahkan sampai saat ini, yang ada dipikirannya hanya; Ali, Ali, dan Ali! Ya, hanya Ali yang mampu memenuhi seluruh ruang pikirannya. Prilly terkesiap saat melihat jam ditangannya menunjukkan pukul 11.30, Prilly teringat akan rutinitas setiap siangnya; mengantar makan siang untuk Rangga. Prilly menghela nafas berkali-kali berupaya untuk me-rilexkan hatinya, setelah merasa cukup, Prilly bangkit menuju dapur untuk memasak makanan yang akan ia bawa ke kantor suaminya nanti.

***

"Jadi ini Restoran papa?" tanya Livia seraya menatap seisi Restoran dengan kedua matanya yang berbinar. Memang sepulag sekolah, Pak Diwa--supir pribadi Livia-- langsung membawa Livia ke Restoran milik Ali.

Ali tersenyum simpul menatap Livia yang terlihat tengah sibuk menyapu seluruh isi ruangan yang sedang ia pijaki ini dengan tatapannya. Ali semakin menggenggam erat sebelah tangan Livia, "Via suka?" tanyanya. Livia sedikit mendonggakkan wajahnya menatap wajah Ali yang jauh lebih tinggi darinya, kemudian mengangguk antusias dengan seulas senyumnya.

Ali duduk berlutut menyamai tingginya dihadapan Livia, "sekarang Via boleh makan apa aja yang ada di Restoran papa, sepuasnya." ucapnya, membuat kedua bola mata Livia membulat dengan binaran-binaranbahagia.

"Beneran?"

Ali terkekeh pelan dan mengacak-acak rambut Livia, kemudian menganggukkan kepalanya.

"Yeayy!" Livia memekik senang saat Ali menggendongnya dan membawanya berkeliling dalam Restoran papanya ini.

***

Prilly menatap pintu ruangan Rangga dengan ragu. Tadi sekertarisnya bilang, Rangga masih sibuk berhadapan dengan file-filenya. Padahal, ini sudah menunjukkan jam makan siang. Prilly menghela nafas pelan kemudian mengetuk pintu ruangan Rangga.

"Masuk!"

mendengar teriakan dari dalam yang Prilly yakini adalah suara suaminya, Prilly pun memasuki ruangan Rangga.

"Eh, sayang?" Rangga terkejut, ternyata yang datang adalah istrinya. Langsung saja, Rangga bangkit dari kursi kebesarannya dan menyambut kedatangan istri tercintanya itu dengan pelukan hangatnya. Kemudian Rangga buru-buru memindahkan kursi yang tadinya berada berhadapan dengan kursinya, kini berpindah ke sampingnya dan mempersilahkan Prilly duduk.

"Kalau aku tau yang datang itu kamu, aku yang bakal bukain pintunya,$ ucap Rangga membuat Prilly terkekeh pelan. "Gak usah berlebihan deh," sahut Prilly, ditanggapi dengan senyuman Rangga. Prilly terpaku melihat Rangga yang kini sedang tersenyum menatapnya. Bahkan, saat melihat Rangga tersenyum pun Prilly malah membayangkan wajah Ali. Sungguh, sepertinya Prilly mulai tertular virus 'Mantan Suaminya' sendiri.

"Oh iya, kamu bawa makanan kan? Aku udah laper banget nih."

Prilly mengangguk kemudian mulai membuka rantang makanan yang ia bawa dan memperlihatkan hasil masakannya siang ini.

"Wah, pasti enak tuh." ucap Rangga menatap makanan dengan berbinar kemudian menerima suapan yang Prilly berikan.

"Tadi abis nganter Livia sekolah, kamu kemana dulu?" tanya Rangga dengan mulut yang dipenuhi makanan. Prilly mengerutkan keningnya bingung, kenapa Rangga bertanya seperti itu? Apa Rangga tau kalau ia sempat membereskan kamar Ali dan menangis cukup lama disana.

"Kenapa nanya gitu? Ya, aku langsung pulang," jawab Prilly membuat Rangga mengangguk mengerti. "Gapapa, aku cuma nanya aja."

"Hmm aku boleh gak nganter Livia ke sekolah setiap pagi?" tanya Prilly setelah selesai menyuapi Rangga. Prilly menatap Rangga dengan tatapan memohon. "Boleh ya?" Rangga menghela nafas sejenak, kemudian menganggukkan kepalanya membuat Prilly langsung memeluk tubuh kekar suaminya itu.

"Makasih ya sayang," ucapnya dalam pelukan suaminya. Rangga tersenyum seraya mengelus rambut dan punggung Prilly, "anything for you, sayang," bisiknya terdengar sangat lembut di telinga Prilly.

***

Selama satu tahun ini, Prilly menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dari Rangga dan sebagai Ibu dari Livia dengan baik. Prilly tak pernah lelah mengantar Livia sekolah setiap pagi, mengantar makan siang untuk Rangga, mengajak Livia bermain setiap sore, dan juga melayani Rangga sebagai suaminya. Hal itu terus Prilly lakukan hingga selama satu tahun ini semuanya terasa baik-baik saja. Bahkan sepertinya, Ali juga mulai sudah terbiasa tanpa adanya seorang istri dalam hidupnya.

Namun, satu hal yang mengganjal pikiran Prilly hingga saat ini. beberapa hari yang lalu Ali sempat berbicara mengenai perasaannya kepada Prilly. Ali berterus terang jika ia memang masih sangat mencintainya, sampai-sampai Ali rela menjadi kekasih gelapnya. Sungguh, hal itu benar-benar membuat Prilly tak habis pikir, kenapa tiba-tiba Ali ingin menjadi kekasih gelapnya? Tentu saja Prilly menolaknya, karena ia tak ingin mengkhianati suami sebaik Rangga. Tapi, Ali terus saja memaksanya hingga Prilly terpaksa meninggalkan Ali begitu saja.

Bersambung.

Tangerang, 13 November 2019.

Mantan SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang