Part 08

2.1K 116 1
                                    


"Kalo emang kamu gak bisa ninggalin Rangga, kamu bisa terima aku sebagai selingkuhan kamu," ucap Ali setelah melepas ciumannya.

"Gak, aku gak bisa khianatin Rangga." 

"Kamu gak mau khianatin Rangga, tapi kamu malah khianatin aku!"

"Sekarang, keadaannya gak kayak dulu lagi Li. Please, kamu ngertiin posisi aku." Prilly menatap Ali sendu.

"Apa cuma aku yang harus ngertiin kamu? Sedangkan kamu, gak mau ngertiin perasaan aku," balas Ali seraya menundukkan wajahnya. 

"Aku ngerti perasaan kamu, tapi aku bisa apa? Semuanya udah berubah Li," Ali terdiam. Mengapa Prilly sulit sekali untuk ditaklukkan? Prilly meraih kedua tangan Ali untuk ia genggam. Namun, Ali menepisnya dan meninggalkan Prilly menuju kamar Livia, dan Prilly berjalan menyusul.

***

"Sayang, kamu udah siap kan?" tanya Ali saat memasuki kamar Livia dan melihat Livia yang sedang berjongkok memakai sepatunya.

"Yaudah yuk, kita berangkat." Livia kembali berdiri dan menatap Ali heran.

"Papa mau anterin Via?" tanya Livia dan diangguki oleh Ali.

"Livia biar aku yang anter Li," ucap Prilly yang kini sudah memasuki kamar Livia.

"Gak usah, aku bisa anter Livia sendiri. Kamu urus aja suami kamu," jawab Ali dengan nada ketus dan dingin. Prilly terdiam mendengarnya, mengapa Ali berkata seperti itu? Apa dia marah? Prilly menatap Ali yang sudah keluar dari kamar seraya menuntun tangan mungil Livia. Prilly menghela nafas pelan, sepertinya Ali memang marah. 

***

"Pa, kok Mamah ditinggalin sih?" tanya Livia. Saat ini Livia dan Ali sedang berada di perjalanan menuju sekolah. 

"Gapapa, Mamah kamu lagi ada urusan," jawab Ali tanpa menatap Livia.

"Papa sama mamah berantem ya?" pertanyaan yang dilontarkan oleh Livia, mampu membuat Ali menatap Livia yang sedang menatapnya sendu.

"Eng ... enggak kok. Mamah sama papa gak berantem," 

"Bohong! Tadi Via denger papa marahin mamah," diusianya yang kini menginjak 7 tahun membuat Livia sedikit mengerti dengan apa yang terjadi pada keluarganya.

Livia menundukkan wajahnya sesaat, kemudian kembali menatap Ali. "Via gak mau sekolah," ucapnya membuat Ali merem dadak mobilnya dan menatap Livia.

"Loh, kenapa?" tanya Ali cepat.

"Percuma Via sekolah, nanti di sekolah Via terus-terusan kepikiran mamah sama papa." jawabnya membuat Ali menghela nafas gusar dan mengusap wajahnya dengan kasar.

"Papa jahat! Kenapa papa marahin mamah?"

"Sayang, papa gak berantem sama mamah. Papa janji, abis nganter Via ke sekolah, papa bakal minta maaf sama mamah," ucap Ali berusaha menenangkan Livia yang mulai terisak.

"Gak mau, Via gak mau sekolah!"

"Ayo dong sayang, jangan bikin papa tambah pusing," keluh Ali seraya memijit pelan keningnya. Livia menatap Ali tak tega, akhir-akhir ini Livia memang sering sekali melihat Ali melamun dan tak jarang pula, Livia melihat Ali meneteskan airmatanya. Ia memang tak mengerti masalah apa yang sedang dialami orang tuanya. Tapi, Livia cukup mengerti dengan keadaan mereka. Livia melepas seatbelt nya dan memeluk Ali.

"Hiks, maafin Via pa. Via gak ngertiin papa" ucapnya dalam pelukan Ali. Ali tersenyum membalas pelukan Livia dengan erat.

"Yaudah, masih mau sekolah kan?" tanya Ali melepas pelukannya. Livia mengangguk antusias membuat Ali bernafas lega.

***

Sesampainya di rumah, yang dilakukan oleh Prilly hanyalah diam di dalam kamar. Karena, hari ini Rangga sudah mendapatkan pekerja rumah tangga untuk menghandle semua pekerjaan rumah selama Prilly hamil. Prilly mendengus kesal karena ia tak bisa melakukan apa-apa. Belum lagi, pikirannya masih tertuju pada Ali.

Ia benar-benar masih mencintai Ali. Hanya saja, keadaannya kini sudah berubah. Jika kalian bertanya mengapa Prilly bisa mengandung benih dari Rangga? Itu karena Prilly hanya ingin menghormati Rangga dengan memberikan haknya pada Rangga. Bukan! Bukan karena cinta. Prilly bisa saja menggugurkan kandungannya saat ini, karena ia tak menginginkan anak dalam kandungannya. Tapi, ia tak ingin menyakiti Rangga. Karena Rangga tak pernah menyakitinya.

Sungguh, kini Prilly berada dalam posisi tersulit dalam hidupnya. Dimana ia harus menyakiti satu hati demi menjaga hati yang kini terikat dalam janji suci pernikahan.

Tanpa terasa, airmata mulai mengalir deras membasahi pipinya. Keadaan ini bukanlah hal mudah.

***

Setelah mengantar Livia ke sekolah, Ali kembali ke rumahnya. Hari ini, ia memutuskan untuk tidak berangkat ke Restoran. Karena suasana hatinya tak mendukung.

"Kenapa semuanya jadi kayak gini? Gue gak suka keadaan yang sekarang" gumam Ali yang kini duduk bersender di sofa ruang tengah. Ia memijat kepalanya seraya memejamkan matanya.

"Apa gue harus singkirin Rangga demi mendapatkan Prilly?" 

Sungguh, berada diposisinya yang sulit ini, kadang membuat Ali berfikir untuk melakukan tindakan kekerasan untuk menyakiti orang yang telah menghalangi kebahagiaannya. Ali merasa otaknya tak dapat berfikir dengan jernih.

Bersambung.

Cuman mau ngasih tau, Sweet Husband masih dalam proses pengetikan. Sabar, ya.

Ayolah, vote!

Tangerang, 19 November 2019.

Mantan SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang