🍁 LUKACITA 🍁

551 16 2
                                    

Gadis itu seperti gadis gila yang selalu duduk dibalkon kamar nya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong yang selalu terpancar dari matanya. Seringkali gadis itu menangis tiba tiba dan menjerit ketakutan ketika mendengar suara suara yang sering membentak dan mencaci makinya.

Begitu rumit hidup yang ia jalankan harus menghabiskan masa kanak- kanaknya dengan siksaan membuat dia seakan ketakutan akan keramaian, dan membuat gadis itu selalu tertekan. Bahkan banyak yang bilang gadis itu seperti orang gila tapi tidak gadis itu tidak gila gadis itu hanya butuh waktu untuk memulai semuanya dari awal dan melupakannya.

Kejadian yang menimpa nya begitu sangat membuat dia tertekan, hingga membuat gadis itu hanya menangis dan menangis ketika mengingat semua kejadian kejadian yang dialaminya. Berusaha melupakan? bahkan gadis itu melakukan itu namun apa nyatanya? memori itu bahkan semakin berputar diotaknya.

Seperti hari hari sebelumnya, gadis itu masih berada di atas balkon kamarnya padalan malam semakin larut, menatap bintang bintang yang berkelip kelip seakan tidak mempunyai masalah apapun, mereka indah tidak seperti kehidupannya.

Sebuah mobil terhenti didepan rumahnya hingga tak membuat gadis itu mengalihkan pandangannya.
Karna tanpa dilihatpun dia sudah tau jika yang pulang larut gini adalah orangtua nya, gadis itu pernah berfikir bahwa orangtuanya tidak pernah menyayanginya buktinya dalam keadaan seperti ini mereka masih bekerja.

Apa dia harus mati dulu baru mereka memperdulikan kehadiran mereka?kehadirannya disini seperti tidak dianggap bahka mereka lebih mementingkan pekerjaan nya dari pada diriny entah kapan akan pulih dari depresinya.

"Hai, anak mama kok belum tidur, udah malem lho, yuk masuk. Angin malem nggk bagus buat kesehatan kamu" Sonya wanita paruh baya adalah ibunya yang selalu tidak ada dirumah karna pekerjaannya.

Sonya membuang napas kasarnya saat tidak mendapat respon dari Vanya Argesya Aditi, anak dari Sonya dan Aditi selalu saja tidak merespon
Ucapan siapa saja yang mengajaknya bicara, selalu saja begitu Vanya hanya memandang datar Sonya setelah itu memandang lagi kedepan dengan tatapan kosong.

"Yuk masuk," Sonya memampah Vanya untuk masuk tanpa ada penolakan dari vanya, bahkan Vanya hanya mengikuti langkah Sonya pandangan nya ia jatuhkan ke lantai, menunduk.

"Tidur ya, besok bibi Salma akan menjengukmu." Vanya tak membalas yang dilakukan Sonya, Sonya melakukan apa yang dia lakukan, menyelimuti Vanya, mencium dahinya dan mematikan lampu kamar Vanya setelah itu keluar dari kamar Sonya membiarkan gadis itu terlelap.

Ya Salma adalah psikolog faktanya psikolog atau mahasiswa yang menempuh pedidikan di fakultas psikologi sama sekali bukan peramal, dukun atau tukang tebak, tetapi orang yang mempelajari tentang jiwa manusia, yang tampak dari perilaku manusia.

Vanya memandang langit langit kamarnya dia mencoba tidur tapi untuk apa? memori memori itu kembali berputar dikepalanya. Menangis dalam diam didalam gelapnya malam itu yang dilakukan Vanya.

Tanpa sadar mata nya tertutup dan akibatnya Vanya masuk kedalam mimpinya.Vanya berharap satu semoga mimpi mimpinya indah tidak seperti kehidupan nyata nya. Setidak nya Vanya merasaka indahnya kehidupan walaupun itu hanya mimpi.

🌺🌺🌺

Pagi yang cerah ini semua keluarga Aditi sedang berkumpul dimeja makan yang sangat luas dan dipenuhi makanan, semua bercanda ria dimeja makan, tidak dengan vanya dia tanpa nafsu hanya mengaduk ngadukan nasi goreng yang tampak lezat itu. Tapi entah kenapa Vanya tidak tertarik dengan nasi goreng itu.

"Kak, kenapa nggk dimakan?" Suara saudara kembarnya siapa lagi kalau buka Rara Devina Aditi gadis cantik itu menegur Vanya ketika Rara melihat Vanya yang sedang mengaduk aduk nasi gorengnya tanpa minat.

Tapi Vanya menatap dengan tatapan dingin setelah itu kembali menatap lurus kedepan
Dengan tatapan kosong seperti biasa, melihat hal itu semua keluarga membuang nafasnya kasar.

"Hai, liat papa sini. Makan yaa nanti kamu sakit."
Vanya menatap bola mata hitam pekat itu dan setelah itu memandang nasinya dan mulai memakan nya, hal itu membuat semua tersenyum senang setidaknya Vanya mendengarkan ucapan Aditi.

"Hari inikan libur kita pergi kemana gitu yuk? Bosen dirumah." Satu lagi anak lelaki satu satunya dikeluarga Aditi siapa lagi kalau bukan Alvaro Sevan Aditi yang biasa dipanggil Al. Wajah tampan yang diturunkan ayahnya sangat nampak dari lekuk wajah.

"Kaya nya kita dirumah aja deh, Soalnya Bibi Salma mau kesini." mendengar itu membuat Al mendesah kecewa sedangkan Rara mengangguk paham.

"Assaallamualaikum." Sapaan yang sangat mereka kenal itu membuat mereka menoleh kecuali Vanya dia tetap dengan makanan nya.
Tak mau ambil pusing siapa yang datang, baginya saat ini dia hanya ingin melakukan apa yang menurut nya penting.

Disana seorang wanita yang sedikit lebih muda dari Sonya sedang berjalan dengan senyum di wajah cantik nya, ya wanita itu adalah salma adik kandung dari Aditi.

"Lagi pada makan ya,? Wah boleh dong ikutan makan." Mendengar itu membuat semua terkekeh dan sekali lagi kecuali Vanya dia hanya menoleh Salma setelah itu memakan lagi makanannya.

"Hai, Vanya cantik ya? Gimana kabarnya?" Sapaan dari Salma tidak digurbis oleh Vanya dia terus memakan makanannya dengan pelan tidak terburu buru. Melihat hal itu membuat Salma membuang nafasnya mungkin tugasnya saat ini sangat susah.

"Kenapa diam saja? Nggak mau ngobrol sama bibi Salma cantik kamu ini? Nanti kita beli es krim mau nggk? Bibi ingat kalau kamu dulu suka sama rasa vanila kan?" Ocehan Salma membuat Vanya sangat kesal, dia tidak pernah mendengar wanita bawel ini.

"Bisa diam?" Pernyataan keluar dari mulut Vanya
Membuat keluarga mereka tersenyum bahagia,
Walaupun suara yang di keluarkan Vanya sangatlah dingin dan tanpa irama tapi mereka dapat mendengarkan suara Vanya lagi.

"Coba lihat ini." Salma memperlihatkan Vanya selembar foto yang membuat Vanya seakan lemas dan meneteskan air matanya. Bagaimana tidak disana foto keluarga yang beberapa tahun menyiksanya.

Vanya menyambar selembar foto itu yang ada di tangan Salma dan meremas remasnya sehingga membuat foto itu hancur, setelah itu Vanya membuang nya.

Menangis itu lah yang Vanya lakukan, tapi Vanya tanpa suara hanya air mata menetes dari pelupuk matanya. Air itu terus terusan keluar dari mata indahnya membuat hati kedua orang tuanya seakan teriris melihatnya.

"Kamu kenal siapa mereka?" Mendengar itu membuat Vanya menatap Salma dengan tatapan tajam dan tidak suka.

"Jangan pernah membahas tentang mereka!" Tatapan tajam dan ucapan dingin diberikan Vanya kepada Salma yang hanya menatap Vanya dengan santai sambil memakan apel.

"Tapi dia orang baik lho." Mendengar itu membuat Vanya sangat tersalut emosi kenapa Salma mengatakan bahwa mereka baik, padalan mereka yang sudah menyiksa Vanya.

Brukkk

Gelas yang tadinya ingin Vanya gunakan untuk minum dilemparkan sehingga membuat gelas itu pecah dan membuat semua orang yang ada dimeja makan terkejut melihat tindakan Vanya yang sangat jauh dari pikiran mereka.

"Mereka jahat, kalian juga jahat, semuanya jahat!" Setelah mengatakan itu Vanya meninggalkan mereka dengan air mata terus menerus mengalir dari matanya.

Sedangkan semua orang yang berada di meja makan hanya membuang nafas kasar, sangat susah membuat Vanya menceritakan apa yang ada di dalam hatinya padalan sudah dipancing dengan melihatkan foto keluarga yang menyiksanya.

Cerita baru ku nihh semoga suka yaa
Jangan lupa vote dan komen yaa...
Makasih😊

LUKACITA (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang