Chapter 04

160 18 0
                                    

Jimin baru saja turun dari halte yang berada dekat dari rumahnya.

Dari tadi ia tak berhenti lagi di goda oleh lelaki genit di dalam bus, karna beberapa tanda yang Yoongi buat dilehernya, juga jangan lupakan baju seragam sekolah yang robek dibagian dada dengan rok yang sedikit memendek karna Yoongi potong menggunakan gunting yang ada di nakas ruang rawatnya, sehingga membuat Jimin tak henti lagi menutupi dada dengan tangan kemudian rok dengan tasnya walaupun masih tetap terlihat.

Jimin baru bisa pulang jam tujuh pagi ini, dan bisa dipastikan ia tak bisa sekolah karnanya, semalaman ia tidak bisa tidur karna Yoongi yang tiba-tiba bangun dan menggodanya ataupun tiba-tiba mendorongnya kebawah membuat Jimin terjatuh, namun setelah itu kembali menyuruh Jimin menaiki tubuhnya.

Yoongi sungguh orang yang tak pernah bisa terbaca oleh Jimin. Untung saja hal yang Yoongi lakukan semalam tidak sampai ke tahap yang mengerikan untuknya, Tuhan masih berpihak pada Jimin, tangan Yoongi yang masih terluka membuatnya tak mampu berbuat banyak.

Sekarang yang hanya Jimin pikirkan adalah bagaimana cara bisa selamat dari sang Kakak.

Jimin sampai di depan rumah, ia menoleh ke kanan dan kiri sebentar, melihat adakah gerangan tetangga yang segera berjaga-jaga menonton keributan yang sebentar lagi akan terjadi karna Kakaknya.

Diketuk pelan oleh Jimin pintu rumahnya yang bercat putih dengan tekanan disetiap ketukannya, ia sudah siap dengan semua konsekuensi jikalau ia akan dimarahi oleh sang Kakak.

"Ambil ini. Dan pergilah dari rumah."

Badan Jimin terhuyung ke belakang, sebuah tas yang cukup besar hinggap didadanya. Seokjin, Kakak Jimin, baru saja membuka pintu dan melemparkan tas itu tanpa melihat kearah Jimin sedikitpun.

Tak lama pintu dibanting dengan begitu kasar oleh Jin, Jimin yang untungnya masih sadar sepenuhnya pun dengan cepat mengetok pintu tersebut dengan kuat seraya menahan isakan.

"Eonnie?! Aku akan tidur dimana Eonnie?!" Teriak Jimin, tak peduli akan tetangga yang sekarang sudah mulai mengerumuni halaman rumah. Menatap introgasi Jimin dari atas sampai bawah, persis seperti gelandangan yang baru saja menemukan rumah kembali. "Eonnie buka pintunya." Tubuh Jimin merosot di depan pintu seraya menangis menutupi dadanya yang tersingkap.

Pintu terbuka, Jimin membalik tubuhnya dengan segera.

"Eonnie maafkan aku," Jimin memeluk sebelah kaki Kakaknya segera, seakan takut akan ditinggalkan pergi bermain seperti dahulu kala.

"Astaga apa yang terjadi padamu?!" Seokjin menunduk, mensejajarkan tubuhnya dengan Jimin. Memastikan bahwa Wanita yang tengah memeluk kakinya ini benar Adiknya, diangkatnya wajah Jimin yang menunduk. "Apa yang kubilang Park Jimin?!!"

Dengan kasar, Jin menarik tubuh Jimin ke dalam dan membanting pintu rumah sekuat tenaga, Jin begitu emosi dengan mata yang begitu merah, dihempasnya Jimin ke atas ranjang.

"Aku sudah bilang berapa kali! Jauhi Yoongi! Jauhi Yoongi! Apa susahnya mendengar ucapanku Park Jimin!!" Jimin masih menunduk seraya menangis, tak berani menatap Jin karna ia merasa memang bersalah. "Apa yang Yoongi lakukan padamu hah?! Lihat seragammu yang seperti orang habis diperkosa!"

Jimin tetap diam sesekali mencoba menahan isak tangisnya, karna emosi tak dijawab akhirnya Jin pun menarik seragam Jimin dengan kasar yang mana membuat seragam Jimin terlepas menyisakan bra hitam milik Jimin.

"Astaga Jimin,"

Jin menutup mulutnya yang terbuka, sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata kala melihat tubuh Adiknya menampakkan beberapa lebam dengan leher dan dada yang dipenuhi kissmark Yoongi, seketika ia menangis.

"Apa yang dilakukannya Jimin-ie." Diusap matanya sendiri yang menangis oleh Jin, sungguh tak ingin ia terlihat lemah di depan Adiknya. "Kau tidak lupa kan siapa yang membuatmu memasuki rumah sakit beberapa minggu yang lalu?"

"A-aku hanya ingin Yoongi Oppa segera sembuh Eonnie, hiks."

Akhirnya mulut Jimin yang dari tadi terkatup terbuka juga untuk menyuarakan isi hatinya.

"Iya dia akan sembuh. Lalu kau akan segera menyusul Ayah dan ibu disana. IYA?!" Jimin menggeleng pelan. "Jangan kau samakan aku dengan dirimu Jimin. Biar aku saja yang merasakan kelamnya dunia. Aku tidak ingin kau merasakannya juga, namun melihatmu seperti ini aku sungguh merasa gagal menjadi Kakakmu. Apa kau tak memikirkan perasaanku?"

Hati Jimin terenyuh kala mendengar ucapan Kakaknya, kilas balik tentang masa lalu sang Kakak kembali terulang di otaknya. Seokjin dulunya seorang wanita malam, demi membantu kebutuhan ekonomi keluarganya yang tak berkucukupan karna sang Ibu dan Ayah yang telah meninggal. Seokjin juga sering mendapatkan perlakuan kasar dari beberapa tamunya namun tidak lagi saat ia menemukan lelaki baik yang mencintai dirinya dan membuatnya berhenti dari pekerjaan haram tersebut.

Kim Namjoon, pria itulah yang sekarang sudah menjadi tunangan Seokjin, juga sering menyuntik dana untuk keperluan keluarga Seokjin. Maka dari itu Seokjin takut, takut bila Adiknya juga akan terjebak dalam dunia kelam sepertinya dahulu, bila mengingat kelakuan sang Adik seperti ini.

"Kau akan kupindahkan ke sekolah lain."

Hanya kalimat itu yang terakhir kali Jimin dengar dari mulut Jin sebelum ia benar-benar meninggalkan kamar Jimin. <>

Forgive Me (YOONMIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang