II.Senja, aku mendobrak satu pintu di depanku

1 0 0
                                    

Seorang gadis dengan rambut ekor kuda berdiri di depan kelas nampak tetap tersenyum walaupun ssemua mata tertuju kepadanya, tak ada rasa gentar di dalam benaknya, gadis manis. “Namaku Kiara Atlanta Widuri, kalian bisa memanggilku Kiara tanpa embel-embel apapun. Semoga kita bisa berteman, mohon bantuannya..” ucap Kiara dengan suara selembut desau angin.

Kiara beranjak duduk di kursi tersisa, nampaknya dia akan duduk sendirian, tanpa teman sebangku, atau mungkin..

Seorang anak lelaki berlari masuk dengan suara bergaduhnya, “Aduh maaf pak tadi ada kecelakaan. Saya tadi nabrak sepeda, lebih tepatnya sepeda anak kecil. Jadi trouble gitu,” terang anak lelaki itu dengan napas tersengal-sengal. Kiara tersenyum tipis, menatap anak lelaki itu penuh minat. Pria paruh baya berseragam batik dinas itu nampak mendelik, memainkan penggaris panjang di tangannya.

“Siapa yang tanya kenapa kamu terlambat?!” Anak lelaki itu nampak salah tingkah, menggaruk tengkuknya sementara derai tawa mengalun di ruangan berbentuk kubus tak sempurna itu. Kiara menundukkan kepalanya sejenak dan tersenyum sebelum menatap anak lelaki itu. “Duduk sana! Mengganggu pelajaran saya saja!”

“He, iya pak maaf.” Baru selangkah kaki anak lelaki itu melangkah, pria paruh baya bernama Wicaksono itu menghentikannya.

“Itu apa-apaan baju dikeluarin?!” bentak Pak Wicak sembari memukul pelan pinggang anak lelaki itu menggunakan penggaris kayu. Anak lelaki itu meringis.

Fashion ini mah pak.. model kayak gini lagi tren di sosmed loh pak.” Pak Wicak menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum memukul pinggang anak lelaki itu lebih keras, membuat anak lelaki itu segera lari ke tempat duduknya. Kiara tak dapat menghentikan tawa gelinya, begitupun juga dengan tawa anak-anak lain yang sedari tadi mengalun tanpa henti.

Tanpa sadar ketika Kiara mengentikan derai tawanya, anak lelaki itu menatapnya sedari tadi dan sekarang menopang kepalanya dengan satu tangan sembari tersenyum memuja tanpa disembunyikan. “Manis,” ucap anak lelaki itu dibalas tawa pelan Kiara. “Sayangnya permen karet sepet kalo udah kelamaan dikunyah,” lanjut anak lelaki itu dengan sarkas sebelum menarik tas dan menutup kepalanya rapat, memejamkan mata dan terlelap.

Kiara bahkan sampai memiringkan kepalanya melihat respon itu. Kiara meluruskan pandangannya tanpa minat, sebelum akhirnya manik coklat pekatnya menemukan ukiran nama yang tertera di gelang yang melingkar manis di pergelangan tangan kiri anak lelaki itu, Linggar Prasasti.

Kiara mengalihkan perhatiannya, menatap papan tulis dengan senyum tipis yang membingkai bibir mungilnya.
*****

Sudut pandang Kiara
Senja, lihatlah aku, aku mengikuti kata-katamu. Aku mendobrak satu pintu yang menghadang mimpiku, tapi sayang, aku belum mampu melepaskan jeratan ini. Dan ya, aku merasa waktu mempertemukanku dengan bintangku, lelaki yang tak dapat kutebak isi pikirannya, lelaki yang baru ku kenal, Linggar Prasasti. Semoga waktu mau berteman denganku.

Aku menoleh ke arah belakang layaknya burung hantu, ayahku berdiri di ujung dermaga kecil ini dengan raut cemas. “Key, ayo pulang. Sebentar lagi hujan.” Aku tersenyum sembari melambaikan tangan ke arahnya, membagi kebahagiaan yang ku dapat. Aku dapat melihat ayah menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum. “Kemarilah, ayah sudah lelah mencarimu ke mana-mana.”

“Iya iya ayah, aku datang,” ucapku sembari bangkit dan berlari pelan tanpa menghiraukan pelototan ayahku. Aku merangsek ke dalam pelukan hangatnya. Kami beranjak melangkah pergi.

“Bagaimana sekolahmu? Apa menyenangkan? Ayah harap kamu tak menyesali keputusanmu.” Aku melebarkan senyumanku, ayah selalu seperti ini, terlalu mengkhawatirkanku.
*****

Biarkan aku mencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang