Space of Life (1)

15 2 0
                                    

Fania membaca diktat tebal di pojok perpustakaan. Sesekali mencoret dan menggaris bawahi hal yang menurutnya penting. Ini sudah halaman ke-300. Tinggal 450 halaman lagi untuk menamatkan. Sandainya dia tak ikut membantu Profesor Alex dalam penelitiannya, pasti dia sudah pulang sejak 2 jam lalu. Mendesah lelah. Ia melepas kacamatanya sebentar, kemudian kembali tenggelam dalam bacaan.

Sesekali mahasiswi tingkat akhir itu membenarkan posisi kacamata yang melorot di pangkal hidung. Kantuk yang menyerang amat luar biasa tak bisa ditahan. Ditambah lagi buku yang dipegangnya saat ini berisi tulisan kecil-kecil yang butuh kesabaran lebih untuk memahaminya. 'Meracik Parfum' Judul bukunya.

Ponsel Fania berbunyi. Notifikasi whatsapp bersautan. Sudah ia duga. Pasti isinya obrolan tak penting dari grup kelas. Karena itulah Fania malas mengikuti banyak grup yang menurutnya berisi hal-hal unfaedah. Satu notifikasi lain masuk. Dari Kafa, adiknya.

From : Kafa 

Mama lagi sakit. Gak bisa ngirim uang lagi minggu ini.

Menggigit bibir, Fania mencoba meneguhkan hati. 

Tinggal di perantauan memang sangat merepotkan. Selain belajar mandiri, Fania juga belajar banyak hal. Prinsip Fania yang tidak mau membebani kedua orang tuanya membuat ia harus belajar lebih keras untuk mempertahankan beasiswa kampus yang ia dapat sejak semester tiga. 

Fania segera membereskan buku-bukunya dan beranjak meninggalkan meja begitu bel peringatan berbunyi. 15 menit lagi perpustakaan akan tutup. Setidaknya ia sudah cukup belajar hari ini. Setelah ini dia harus merangkum sebanyak mungkin teori yang ia dapat dari buku dan diberikan pada Prof. Alex sebagai bahan penelitian.

Fania harus cukup istirahat.

Besok hari yang melelahkan. Praktikum kristalisasi ekstrak mawar yang digunakan dalam berbagai produk kecantikan. Prof. Alex, ingin membuat sebuah parfum dari ekstrak mawar itu khusus untuk istrinya, katanya. 

Jujur, Fania iri dengan Nadya. Istri Prof. Alex yang baru saja diwisuda dan sekarang tengah hamil besar. Kegagalan di kehamilan pertama membuat Prof. Alex amat sangat menyayangi dan menjaga Nadya dengan ketat. Nadya pernah koma sebulan lebih dan menjalani masa pemulihan hampir menghabiskan setengah semester. 

Siapa tak mendengar berita itu? Kesalahpahaman yang menyebabkan beberapa kakak tingkat menyerang Nadya sepulang bimbingan.

Sudahlah, untuk apa memikirkan rumah tangga orang lain. Pikirkan saja kehidupanmu sendiri yang butuh ditolong, Fania! Rutuknya pada diri sendiri.

Fania berdiri di teras perpus. Mendung. Fania lupa membawa payung. 

Angin bertiup kencang, menyapu rambut hitam panjang Fania yang lupa dia ikat. Sebal. Satu hal yang paling Fania tidak sukai dari dirinya sendiri adalah, dia pelupa.

Iya, dia hafal rumus gugus-gugus senyawa kimia dan sejenisnya, tapi dia selalu lupa tentang hal kecil, seperti no. hapenya, nama teman sekelasnya, terkadang malah dia lupa membawa ponsel ataupun dompet tapi tak pernah lupa membawa buku lengkap dengan alat tulisnya.

____***____

Fania berjalan di koridor lantai 3 gedung F. Ada kelas sepuluh menit lagi. Cewek itu melirik arlojinya kemudian berhenti sejenak. Memilih berdiri di balkon depan kelas. Terus terang, ia malas masuk kelas sebelum kelas dimulai.

"Putus lagi? Kali ini kenapa?" Terdengar suara Putra menggema dari dalam kelas.

"Gue diporotin!" Sahut seorang cowok dari dalam.

"Halah, udah biasa lu mah."

"Holang kaya mah bebas."

Dan deru tawa menggema. Tak perduli cowok atau cewek, warga kelasnya memang hobi 'ngrumpi'. Sekarang Fania juga mendengar sekumpulan cewek yang membicarakan trend Fashion terbaru ala artis korea. Sepatu, ponsel, tas, gaun, make up, tak ada yang luput.

Space of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang