TYFY 1

19 4 1
                                    

"Astagfirullah Wanda. Bangun udah siang ini" Seru seorang wanita yang merupakan ibu dari gadis yang masih bergelung dengan selimutnya.

Gadis yang bernama Wanda itu tetap pada pendiriannya enggan untuk membuka matanya. Hingga sang ibu menarik selimutnya dan menariknya untuk beranjak dari tidurnya.

"Wanda, ayo bangun nak. Kamu itu udah gadis masa iya habis subuhan tidur lagi. Contoh tu anak tetangga yang setiap pagi membantu ibunya bukannya tidur lagi" Kata ibunya.

"Iya bu, ini Wanda udah bangun kok"
"Iya bangun tapi matanya merem" Kata ibunya sembari melipat selimut, "sekarang cepat mandi, ayah udah nungguin buat sarapan di bawah" lanjutnya dan segera keluar dari kamar anaknya itu.

Setelah beberapa saat Wanda turun ke bawah menuju meja makan yang mana di sana sudah ada ayah dan abangnya serta sang ibu yang menata makanan di atas meja makan. Segera ia duduk di kursi sebelah abangnya.

"Pagi ayah, pagi bang" Ucap Wanda sembari mengambil nasi ke piringnya.

"Adek berangkat sama abang ya, ayah ada ketemu sama temen ayah dulu dan rumahnya beda arah sama sekolahnya adek" Kata ayahnya.
"Iya, yah" Kata Wanda menyetujui.
"Loh kok sama abang sih, abang mau bareng sama temen nih" Protes abangnya yang bernama Zaki.
"Yee bilang aja mau jemput kak Putri dulu" Kata Wanda dengan mulut yang tetap mengunyah.
"Apaan sih dek"
"Udah-udah gapapa sekalian bareng adekmu kan Putri satu sekolah sama adek, kan?" Kata sang ibu melerai mereka dengan memberi saran.

Zaki hanya menghembuskan napas dan mengangguk mengiakan "iya bu".

"Ya udah abang berangkat dulu" Zaki beranjak dari kursinya dan menghampiri ayah ibunya guna berpamitan dengan mencium tangan mereka.
"Wanda juga" Kata Wanda yang segera beranjak sembari meminum air putih dan buru-buru berpamitan kepada orang tuanya.
"Assalamu'alaikum" Ucap Wanda dan Zaki.
"Wa'alaikumsalam, hati-hati bang nyetirnya"

---

Setibanya di sekolah Wanda tidak langsung menuju kelasnya. Dia duduk di kursi taman. Sudah menjadi kebiasaannya setiap tiba di sekolah hanya untuk menunggu temannya yang merangkap sebagai pujaan hatinya.

Namun sayang hanya Wanda yang menganggap seperti itu. Miris memang berjuang sendiri tanpa mendapat balasan. Tapi apa boleh buat Wanda memang anak yang pantang mundur sebelum apa yang ia mau didapatkan.

Sembari menunggu Wanda membaca novel koleksi terbarunya yang tak jauh dari tema fiksi remaja yang disukainya. Sudah menjadi kebiasaannya jika tidak ada kerjaan dia membaca novel yang sengaja ia bawa ke sekolah.

Sesekali Wanda melihat sekeliling untuk memastikan orang yang ditunggu sudah datang apa belum. Namun sampai bel berbunyi ia tidak melihat orang itu, dengan rasa kecewa ia berjalan menuju kelas. Tepat saat melewati salah satu kelas tidak sengaja ia melihat orang yang dicarinya sejak ia tiba di sekolah.

"Got it!" serunya seraya tersenyum puas. Dikarenakan semua siswa telah masuk ke kelasnya masing-masing dan hanya Wanda yang ada di luar, dengan perasaan senang ia melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.

"Assalamualaikum" seru Wanda saat memasuki kelas dan segera duduk di bangkunya.
"Waalaikumsalam"
"Tumben kamu baru masuk Wan?" Tanya Erika sahabat Wanda, "mana senyum-senyum lagi" sambungnya.
"Biasa nungguin dia" jawab Wanda sembari mengeluarkan alat tulisnya.
"Iyelah yang lagi kasmaran mah beda"  kata Erika.

---

Jam istirahat pun tiba.

Seperti biasa, Wanda dan Erika selalu ke kantin pas jam istirahat. Mereka memesan makanan terlebih dahulu. Namun, ketika mereka selesai dengan pesanannya tidak ada satu pun kursi yang tersisa. Ada sih tapi di sana sudah ada sekelompok kakak kelas dan Wanda tidak yakin untuk duduk di sana karena ada seseorang yang membuatnya enggan untuk bergabung bersama mereka.

"Gimana nih, kita duduk di mana? Pegel tangan bawa nih makanan" tanya Wanda.
"Kita gabung sama mereka saja daripada kita berdiri, emang kamu mau makan sambil berdiri?" Jawab Erika sembari melirik sekelompok kakak kelas. Dengan berat hati Wanda mengangguk tanda setuju.

"Kak boleh gabung?" Tanya Erika.
"Boleh kok, duduk aja" jawab salah satu dari mereka.
"Terima kasih"

Wanda dan Erika makan dengan keadaan canggung. Sesekali Wanda melirik kakak kelas yang duduk di depannya. Dia bernama Haikal Al Faruq.

Wanda merasa deg-degan saat berdekatan dengan Haikal. Namun tidak dengan Haikal, dia merasa risih saat berdektan dengan Wanda. Karena Wanda secara terang-terangan menunjukkan kalau dia menyukainya. Dulu mereka dekat bahkan sering pulang bersama saat Wanda tidak ada yang menjemputnya.

Benar memang mereka yang mengatakan tidak ada pertemanan antara perempuan dan laki-laki tanpa melibatkan perasaan. Pasti salah satu dari keduanya ada yang melibatkan perasaan. Banyak yang mengatakan juga kalau pertemanan yang sudah ada yang terlibat perasaan tidak akan bertahan lama, terbukti dengan Wanda dan Haikal. Dulu mereka sangat dekat bahkan bisa disebut sebagai sahabat namun semuanya terliahat berbeda saat Wanda memperlihatkan ketertarikannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thank You For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang