Eva

218 26 12
                                    

Ban-ban dari van hitam yang baru saja menurunkanku tepat di depan bangunan Higgins Reform School berdecit di aspal saat berbalik untuk menarik keluar dari gerbang. Aku menatapnya menghilang di tikungan dari jalan yang panjang dan akhirnya aku menghembuskan napas dramatis. Koperku berada di sebelah kakiku dan angin dingin Conecticut membuatku menggigil. Aku menggosok kedua lenganku, sudah merindukan pantai hangat California. Memutar bahuku untuk membuat tubuhku lebih santai, aku berbalik, melihat bangunan yang akan menjadi tempatku tinggal untuk beberapa tahun ke depan. Aku menghembuskan napas dramatis yang lain saat menatap bangunan di depanku, itu lebih mirip manor mewah sialan dari pada sekolah asrama. Higgins Reform School mungkin adalah sekolah untuk anak-anak bermasalah, yang artinya itu penuh bajingan dan orang berengsek, tapi hanya orang-orang super kaya yang mampu melempar anak mereka ke sekolah ini. Aku mengembuskan satu napas dramatis untuk yang ke tiga kalinya sebelum mengalihkan perhatianku pada pria yang berada pada usia awal empat puluhan. Dia menungguku di bawah patung pria lain—yang sangat mungkin adalah patung Mr. Higgins, pendiri sekolah bajingan ini.

"Ms. Gallagher selamat datang di—" Aku melambaikan tanganku menghentikannya dari ocehan dan menghilangkan senyum megawatt dari wajahnya di saat yang sama aku menaikkan alisku. Aku sudah terlalu sering menghadapi penjilat dan aku tidak dalam suasana hati pada saat ini.

"Tunjuk-kan saja kamarku dan mari kita selesaikan ini!" Dia terengah-engah saat aku mengibaskan rambut hitam panjangku dengan ujung blonde yang mulai pudar. Dia marah, terhina, dan mungkin ingin menusuk mataku, tapi aku hanya berkedip bosan padanya.

"Ms. Gallagher jaga sikapmu!" Dia mendesis dan aku mengambil satu langkah untuk masuk ke ruang pribadinya. Wajahnya benar-benar merah karena marah. Kepala Sekolah jelas tidak mengharapkan aku menjadi jalang berengsek pengacau di sini, kasihan.

"Hati-hati Patrick," aku menggunakan nama depannya dan lubang hidungnya berkobar, "ayahku mungkin menanda tangani formulir bodohmu untuk mengirimku ke Higgins High, tapi selalu ingat ini," aku mengangkat jari telunjukku, "satu, aku putrinya," lalu aku membiarkan jari tengahku bergabung, "dua, dia senator negara bagian Washington dan calon potensial untuk kursi presiden. Hanya ... hati-hati."

Aku menepuk bahunya, merapikan sedikit kusut pada setelannya, dan mundur. Puas dengan rahangnya yang hampir jatuh. Setelah beberapa menarik napas yang panjang dan mengembuskannya dengan perlahan, akhirnya Mr. Fitzgerald dapat mengendalikan emosinya dan mengangguk untuk memimpinku ke dalam bangunan. Begitu kami sampai pada kamar asramaku, dia membuka pintu dan menyerahkan kunci padaku bersama kertas yang berisi jadwalku selama aku berada di Higgins High dan peta.

"Semua buku dan peralatan yang kamu butuhkan akan berada di lokermu, dan aku akan mengirim seorang siswa untuk menjadi pemandumu hari ini." Aku mengedikkan bahu tidak peduli dan akhirnya Mr. Fitzgerald menyerah untuk mendapatkan sisi baikku, dia mendesah dan pergi.

Aku mencampakkan koperku ke sudut, tidak repot-repot untuk membongkarnya, dan membanting pintuku tertutup di belakangku. Ada dua ranjang di dalam ruangan, yang di sebelah kiri dekat dengan jendela masih memiliki seprai putih yang tak tersentuh sementara di sisi yang lain adalah kekacauan warna yang membuatku hampir muntah. Maksudku siapa sih gadis remaja yang masih tidur di dalam seprai merah muda dengan cetakan unicorn? Sungguh?

"Setidaknya aku tahu teman sekamarku punya selera yang menarik, atau itu hanya menyedihkan?" gumamku. Aku jatuh di atas ranjang, tidak menginginkan apa pun selain tidur setelah penerbanganku yang melelahkan, tapi tentu itu tidak terjadi.

Ketukan keras dan tanpa henti menghancurkan pintuku dan aku harus menyeret pantatku untuk membukanya. Anak laki-laki itu berdiri di sana, memeriksaku dari atas ke bawah sebelum seringai persetujuan meringkuk bibirnya, dia jelas suka apa yang dia lihat. "Tidak buruk, Gadis baru."

Tricky Girl : The Filthy Boys from Higgins Reform SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang