Bagian 40

305 24 0
                                    

Bagian 40













Lo pasti punya satu, dua, tiga, atau beberapa lagu yang menjadi kesukaan lo sampai lo muter lagu itu berulang kali tanpa rasa bosan. Lo pasti punya entah berapa lagu yang membuat lo merasakan aura yang berbeda. Ketika mendengarkan lagu A, lo akan merasakan semangat. Ketika lo mendengarkan lagu B, lo akan merasakan bahagia dan ceria. Ketika lo mendengarkan lagu C, lo ingat bahkan kangen berat sama masa kecil, ketika lo mendengar lagu D, lo ingat seseorang, tempat, makanan, suasana, pengalaman, dan kenangan. Tapi, kadang lagu juga bisa menipu. Lagu juga bisa dijadikan alat untuk menutupi perasaan seseorang yang sedang berkelabu. Gengsi lah men, kalau nyetel lagu galau terus-terusan padahal memang sebetulnya dia butuh lagu ballad yang galau-galau. Jadilah, dia malah menyetel lagu berisik seperti rock ataupun yang hajep-hajep macam EDM.

Nih. Ada contohnya.

Samapta Wibi Bagaskara.

Sejak dua puluh menit di perjalanan menuju studionya bersama dengan Ruby yang nebeng di kursi penumpang yang ada di sebelahnya, lagu dari One Direction yang berjudul Steal My Girl, yang masih diingat betul oleh Wibi kalau Sani pernah bilang lagu ini adalah lagu kesukaan Elnath selaku fanboy garis kerasnya One Direction. Lagu yang selalu mampu membuat anak itu semangat lagi. Lagu yang selalu membuat Elnath enggak bisa nahan hasrat buat ikutan nyanyi dengan suaranya yang pas-pasan, lagu yang enggak pernah absen ada di playlist dan selalu diputar oleh cowok itu setiap hari seolah sebuah lagu wajib, tanpa bosan.

"Lagunya ceria, yang dengerin murung," sindir Ruby. Walaupun dia melihat ke arah jalanan lewat jendela yang dia buka sedikit, Wibi tahu kalau cewek itu sedang menyindirnya. Karena sebagaimana yang sudah-sudah, lagu apapun itu, mau rock, ballad, jazz, indie sampai regae, selalu dinyanyikan bersama oleh mereka berdua yang mengubah mobil Wibi seperti tempat karoke dadakan. Sekarang malah enggak. Wibi diam saja ketika Ruby menyindirnya halus. Dia malas menyeluarkan banyak omongan sekarang.

"Ternyata bener ya, apa yang dibilang sama orang kalau lagu tuh bisa memanipulasi perasaan orang demi keliatan baik-baik aja padahal mah sebenernya udah ancur gak berbentuk perasaannya." kata Ruby lagi. Sekarang tangannya disilangkan di depan dada. "lo lagi kayak gitu kan Wib, sekarang?" tanyanya kemudian menatap Wibi dari samping.

Wibi membuang napasnya pelan. "Lo mau makan dulu nggak?" tanyanya mengalihkan pembicaraan dengan terang-terangan.

"Nggak laper. Nanti juga bisa delivery gue."

"Yaudah."

"Lagi ada masalah lo?"

"Nggak."

"Mau cerita nggak?"

"Gue nggak ada masalah. Buat apa cerita?"

"Nanti kalau udah siap cerita, sokin aja cerita. Masa lo terus sih, yang gue jadiin tong sampah tiap gue ada masalah?"

"Anjir, tong sampah."

Ruby hanya diam. Dia dan Wibi memang sama-sama keras kepala. Lihat deh. Ruby enggak ada takut dan sungkannya menerobos Wibi yang berusaha mengatakan kalau enggak ada yang salah pada dirinya padahal sudah luluhlantak itu hati.

Akhirnya mereka sama-sama diam dalam perjalanan Wibi mengantarkan Ruby sampai rumah. Setelah mengantar cewek itu pulang, dia enggak langsung ke rumah. Melainkan mampir sejenak ke studio untuk mengecek sesuatu yang sudah lama ia buat.

Sebuah lukisan.

Ya. Kalau kalian ingat, dulu Ruby saat pertama kali ke galeri Wibi bertanya siapa gerangan sosok gadis yang Wibi lukis di atas kanvas dengan warna monokrom alias hitam putih itu. Wibi tidak menjawab dan Ruby langsung menembak-dan sayangnya tepat sasaran-kalau gadis yang Wibi lukis adalah sosok gadis yang disukai cowok itu.

Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang