chapter 1

39 9 6
                                    


               Menurutku keindahan alam pagi ini cukup berbeda dibandingkan hari-hari biasanya. Kicauan burung terdengar keras seakan ada sesuatu yang ingin disampaikannya, ditambah lagi pemandangan pegunungan kulihat dari kejauhan, hanya penglihatanku yang dapat melihatnya, Tak bisa kumendekati, karna jeruji hitam yang dipasang oleh ayah berdiri tegak tepat didepan kamar tamanku. Hingga menghalangiku untuk lebih dekat melihatnya.

Tapi...!

Itu semua tak menghalangiku untuk melakukan hobby menulisku.

Aku terdiam merenung di kursi taman yang berada dihalaman rumah ku. Disinilah tempat favoritku, dimana seluruh permasalahanku ku pikirkan disini. Buku dan pensil menjadi genggaman tanganku saat itu ,dengan menatap langit seakan dikelilingi oleh ribuan awan membuat hatiku merasa lebih tenang, Secangkir teh hangat buatan bunda dengan rasa tak terlalu manis slalu setia menemaniku.

                                                                                           ####

"Nak...."

ujar Desta mahendra sambil menepuk bahu ku. Kuputarkan kepalaku mengarah pada sumber suara itu "ayah", seketika kuangkat kepalaku menatap manik kecokletan yang kini balik menatapku dengan tenang, aku hanya terdiam tanpa membalas ucapan dari ayah yang cukup singkat itu.

Dengan raut wajah serius mahendra mengucapkan maksud mendatangi Aqilla, Wanda aqilla seorang anak bungsu dari Desta mahendra, tak lama sebelum Mahendra ingin mengucapkan, Natasha rista seorang ibunda Aqilla, tiba-tiba mendekati mereka berdua walaupun belum sempat berbicara sedikitpun.

"ayah ingin kamu mempersiapkan untuk pindah pesantren" ujar ayah sambil mengarah padaku.

"tapi ayah,  Aqilla sudah daftar sekolah negeri dan bagaimana dengan biaya?, aku berusaha untuk mengelak ajakan ayah.

"kamu tak perlu memikirkan biaya nak..., biar itu jadi urusan ayah" dengan ucapan sedikit memaksa.

"dari mana uangnya ayah?"

Dengan tegas mahendra menjawab, "Dari allah" ujar ayah dengan singkat.

Nak.... Meskipun ayahmu ini bekerja serabut kadang bekerja kadang tidak, akan tetapi ayah akan terus berjuang demi membiayai kehidupanmu dipondok.

"kenapa harus kepesantren ayah?" kataku, padahal aku tak suka dengan kehidupan pondok, tak pernah terbesit sedikitpun di fikiranku masuk pesantren .

Anakku....! dengarkan ayah, semua ini sudah menjadi keputusan ayah dan bunda, orang tua Aqilla memiliki alasan mengapa Aqilla melanjutkan sekolah dipesantren, rasa resah dan khawatir dengan kehidupan masa depannya. karna sudah pasti kehidupan pondok lebih banyak religi dan kamu akan hidup dengan teratur. tegas Mahendra sambil meninggalkan Aqilla.

                                                                                     ####


Keinginan orang tua Aqilla sudah pasti terbaik untuknya. 

mungkin aku harus mengikuti kemauannya orangtuaku, walaupun itu ku jalani dengan terpaksa. lirih Aqilla dalam hati. Sejujurnya keinginan tersebut begitu mebebani pikiran Aqilla. tak tahu harus berbuat apalagi. Ini sudah bukan lagi persoalan mengenai  dirinya, tapi juga persoalan mengenai harapan kedua orang tuanya. Sungguh persoalan ini membuat dirinya enggan melakukan banyak hal. Mengurung diri didalam kamar, memikirkan mana yang akan ia pilih, apakah tetap pada egonya? atau kah beralih pada harapan orang tuanya.? kedua nya sama- sama kuat saat ini. Aqilla kehilangan selera makannya karna masalah ini. Ia pun memutuskan untuk merebahkan diri di kasur, mungkin tidur lebih baik. pikirnya dalam hati. pasrah.  Jujur, ia lelah. Sangat lelah. Allah bantu aku menyelesaikan masalah ini.


unexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang