chapter 3

13 4 0
                                    

Jreek....

               Dengan cepat aku membuka pintu kamar dan ku kunci pintunya supaya aku dapat menyendiri dengan leluasa. Kurebahkan seluruh badanku dikasur yang nyaman dan empuk, perlahan mataku memandang langit-langit kasur seakan melihat ribuan bintang walaupun semua itu hanya kayalan semata, gerah rasanya memikirkan hal ini hingga aku memutuskan untuk mandi dan berendam, setelah beberapa menit rasanya cukup dingin tubuh rentang ini.

                                                                                              ####

Tok... tok... tok...

"Aqilla ini bunda buka pintunya"

"gamau bun!,  Aqilla ingin sendiri" teriak Aqilla dari dalam kamar.

"Bunda ingin bicara sebentar aja denganmu." 

"Beri Aqilla waktu buat sendiri dulu bun pliss..." 

Dengan posisi yang sama, berdiri didepan pintu kamar anak bungsunya.

"Yasudah bunda beritahu kamu segera mempersiapkan diri dan barang-barang untuk kamu bawa ke pesantren, karena nanti malam jam 18.00 wib kita harus segera berangkat ke sana nak. Jangan lupa bawa gamis bukan malah celana jeans!" sindir bunda kepadaku.

"ihh... bun itu kan celana kesayangan" lirih ku dalam hati.

"Kamu pasti dengerin omongan bunda."

"Iya... bun" dengan singkat aku menjawab.

Banyak keperluan harus kusiapkan.

"Sungguh semua ini membosankan " gerutuku.

Telapak kaki ku menaiki kursi mungil yang selalu berada di samping lemari besar dikamarku untuk mengambil benda besar yang berada diatas lemari. Cukup tinggi untuk menggapainya, koper ini tak pernah ku sentuh, terakhir ku pegang saat bunda mengajak untuk pindah rumah, hingga hari ini kedua kalinya aku memegangnya.

Aku harus membersihkannya karena banyak debu yang menempel hingga aku bisa menulis namaku diatas koper dengan jari telunjuk. Semua kebutuhan perlahan ku masukkan dalam koper pink bermotif flamingo.

 "hanya satu yang kubimbangkan untuk kumasukkan atau tidak."

Celana jeans!
Jika ku bawa pasti jelas tak boleh sama bunda, tapi ini celana pemberian dari Nadia sahabat kecilku.

Ahh... biarin aja kan cuman satu asal gak ketahuan sama ayah dan bunda. 
sreettt...... ku tutup koper dan kupindahkan ke atas kasur, aku duduk dan terdiam mataku mengarah ke arah jam dinding melihat sudah jam 17.00 wib.

Hahh.... teriakku dengan raut wajah panik. Apa ini jam nya mati ? apa aku yang salah melihatnya, kenapa rasanya cepat, apa karena aku tak pernah mengingingkan untuk berangkat hingga waktu lewat begitu saja.

Aqilla segera mempersiapkan diri sebelum berangkat ke pesantren.

"Nak Aqilla makan malam dulu sebelum berangkat" ucap desta mahendra.

"Baik ayah sebentar lagi Aqilla turun" teriak ku dari kamar.   

ketika ku beranjak mendekatinya, ucapan ayah membuatku terdiam.

Ayah dan bunda akan selalu merindukanmu dengan senyuman terukir di raut wajah madendra.

unexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang