Bagaikan gayung bersambut, niatku menjadikan Jaya responden pertama mendapat respon baik. Malam ini dia akan datang ke acara pernikahan keluargaku. Sudah cukup lama menunggu kedatangannya. Ku coba mengirimkan pesan.
[Udah sampai mana?]
[Ini udah di depan, kamu di mana?]
[Di hatimu.]
Balasku, saat aku sudah melihatnya. Terlihat seorang pria menggunakan kemeja biru berdiri di depan pintu masuk, sibuk melihat ke kiri dan ke kanan. Aku lambaikan tangan saat dia menoleh ke arahku."Kalau orang cantik di cari gampang banget, ya!" Godaannya receh. Sayangnya gak bisa buat aku berbunga.
"Bisa aja. Mau makan dulu atau minum?" Tawarku basa basi.
"Kalau aku maunya kamu, gimana?"
"Ya udah, maunya di mana?" Terlihat wajahnya menegang, dan jakunnya naik turun seperti menelan ludah.
"Maksudku, kamu mau duduk dimana biar enak bicaranya!"
Jaya menggaruk-garuk kepalanya, aku yakin itu tidak gatal."Di mana saja,"
Kami memutuskan duduk agak jauh dari keramaian. Hingga kami bisa leluasa bicara."Kapan pulang ke Jakarta?"
"Gak suka ya kalau aku di sini?" Aku pura-pura merajuk.
"Suka lah, kamu itu orangnya asik. Bahas apa aja, seru. Walau masih muda, tapi wawasannya luas."
"Banyak banget mujinya, gak di sisain buat orang rumah?"
Dia tersenyum getir. Aku bisa mencium sesuatu yang tidak beres."Ra, aku tahu ini salah, tapi aku benci harus membohongi perasaanku sendiri." Jaya meraih tanganku dan meremasnya lembut. Walaupun aku tak menyukainya, darahku berdesir juga dengan sentuhan itu.
"Aku suka kamu," aku gak menyangka umpanku secepat ini mendapatkan mangsanya. Rasanya aku mau tertawa, tapi aku harus bisa menahannya.
"Jangan bercanda, ntar aku dibilang pelakor. Gak ah," aku harus terlihat jual mahal dong, walau aku senang rencanaku berjalan lancar.
"Kamu kan gak merebut, tapi aku yang datang." Pandai sekali dia ngeles.
"Sama aja," perlahan aku melepaskan genggaman tangannya.
"Ya, memang terlalu cepat dan salah." Jaya terdengar frustasi.
"Kamu sudah menikah, bagaimana bisa kita menjalin hubungan."
Jaya menjawab dengan senyum kikuk."Kamu benar. Ayo, kita makan!" Dia menarik tanganku, namun aku menahannya. Tentu membuat keningnya sedikit berkerut.
"Disini akulah tuan rumah, kenapa jadi seperti aku tamunya!" Kami terkekeh, kemudian melenggang bersama menuju meja hidangan.
Hampir tiap pagi, Jaya menyapaku melalui pesan singkat. Seperti pagi ini, pukul enam pesannya sudah menghiasi layar pipih yang terletak di nakas.
[Pagi cantik, aku harap senyum manis itu selalu terkembang di wajahmu.]
[Sungguh kehadiran mu menjadi racun di hidupku, sekaligus memberi warna baru. Aku merindukan mu.]
[Aku ingin bertemu denganmu,]
Aku tersenyum membaca rentetan pesannya. Waktuku tak banyak, aku harus mendapat data secepat mungkin. Mengingat tak lama lagi aku akan kembali ke Jakarta.
[Malam ini jam 8, aku share alamatnya]
Sebuah cafe yang tak terlalu ramai menjadi pilihannya, dia terlihat bersemangat sekali saat menjemputku. Pandangannya menyusuri bingkai wajahku. Tersenyum penuh makna.
"Kenapa melihat ku seperti itu? Apa lagi ingat istri di rumah?"
Ejekku, mencoba mencairkan malam yang pekat. Sedari tadi dia hanya menatap tanpa bicara."Aku menyesal terlambat mengenalmu. Seharusnya dari dulu saja kita bertemu."
"Sedang berusaha melawan takdir, ya?"
Belum sempat dia menjawab, handponenya berdering. Sempat kulirik nama penelpon, 'Ibu anak-anak'. Kata maaf sempat dia berikan sebelum menjawab panggilan itu. Aku hanya tersenyum dan mengangguk.
"Ada apa, Ma?" Tanya Jaya dengan nada biasa saja. Tak seperti saat dia menelponku. Suaranya akan terdengar gurih dan lembut.
"Ini lagi mau makan malam sama rekan kerja. Sekalian bahas kerjaan." Matanya melirikku, namun aku acuh. Tak lama panggilan mereka berakhir.
"Maaf," ucapnya lirih.
"It's, ok." Aku pura-pura kesal. Agar dia sedikit membujukku dan mau bercerita lebih dalam.
"Kami di jodohkan. Kala itu aku belum memiliki pekerjaan yang layak. Namun, orangtua istriku tetap menjodohkan kami dengan alasan amanah dari kakek. Menurutku itu konyol. Dan dia setuju saja dengan perjodohan itu. Dia wanita baik, hingga akhirnya lulus tes sebagai pegawai pemerintahan. Tentu membuat gajinya lebih besar dariku yang saat itu hanya sebagai sales rokok," sesat dia menjeda ceritanya, menyesap jus alpukat untuk membasahi tenggorokannya.
"Mulai saat itu dia lupa fitrahnya sebagai seorang istri. Dia menjadi bebas, tak mau di atur. Hingga anak kedua kami lahir, dia tidak berubah. Dia wanita gila kerja, hampir tiap hari melakukan perjalan dinas. Anak-anak tidak terurus. Kalau pulang, dia kembali disibukan dengan pekerjaannya."
Aku memperhatikan raut wajah yang nampak mendung. Walaupun dia masih mampu menyembunyikan kesedihannya."Sudah, jangan di lanjutkan."
Beberapa saat kami menikmati makan malam. Hampir tanpa kata, kami sibuk dengan pikiran masing-masig."Pertama melihatmu di bandara, aku langsung jatuh cinta."
"Oh, ya! Mas-sa?" Aku sedikit menggodanya dengan kedipan.
"Jangan menggoda gitu. Buat aku gemes, pengen ..." dia menggantungkan kalimatnya.
"Pengen apa?" Aku memajukan wajah lebih mendekat ke arahnya, dia juga membalasnya. Hingga jarak kami tinggal dua jengkal.
"Pengen segera halalin kamu." Bisiknya membuat bulu kudukku remang. Seketika aku tertawa, begitupun dengannya.
"Aku gak tertarik jadi yang kedua. Udah ah, pulang yuk!" Saat aku berpaling, terasa ada yang menggenggam pergelangan tanganku.
"Kau akan pergi?" Aku kembali duduk dan melepaskan genggamannya.
"Jay, aku pasti akan pergi. Tempat ku bukan di sini, aku harus kembali ke Jakarta besok." Kupaksakan bibirku mengukir senyum. Aku tahu ada luka di hatinya.
Kufikir aku harus memacarinya dulu, agar bisa mendapatkan data. Prediksiku kali ini meleset, dia pria yang mudah terbuka. Tak perlu berlama-lama lagi di sini.
Perpisahan dengannya tak meninggalkan kesan yang berarti. Sepertinya dia belum bisa melupakanku. Sempat beberapa kali mengirimkan pesan singkat, namun tak ku respon.
Maafkan aku, Jaya. Semoga keluargamu bisa kembali harmonis.
Siapa ni yang pernah di selingkuhin atau nyelingkuhin?
Mau tahu dong,
kenapa bisa selingkuh?
Kepo 😆👇
🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL MISTAKE
AdventureApa yang terjadi jika seorang wanita memacari pria beristri dengan sengaja, demi penelitian tugas akhirnya???? Dan pada akhirnya dia jatuh cinta pada salah satu pria itu. Bagaimana kisahnya ... ? PROLOG Saat menyebut kata PELAKOR, dibenak langsung m...