PENULIS

43 2 0
                                    

Disebuah jalan yang agak padat dipinngir jalan tersebut terdapat dua anak yang sedang bermain.
"Ra apakah kita sahabat selamanya." Tanya salah satu anak tersebut.
"Anu... maaf kita nggak bisa jadi sahabat selamanya maaf yan." Balas salah satu anak tersebut dan anak tersebut berlari. Anak satunya pun mengejarnya.

"Ra tunggu ra Ira......" Teriak anak yang sedang mengejar tersebut.
Bryan pun terbangun dari tidur dan mengusap air matanya akibat mimpi tadi. Setelah sadar Bryan berada ruangan terasa asing baginya. Ruangan tersebut terdapat banyak boneka yang lucu. Dan warna dinding nya bernuansa Merah jambu. Ketika ia melihta jendela di luar tampak sudah malam.

"Aku dimana ini?." Gumam Bryan.
Bryan pun ingin berdiri dari tempat tidur tersebut tetapi badannya masih sangat sakit. Jadi ia pun mengurung kan niatnya tersebut. Tak beberapa lama kemudian datang seorang perempuan yang tak terasa asing bagi Bryan yaitu Karin.
"Akhirnya kau bangun juga, apakah kau baik-baik saja yan?" Kata Karin sambil memeriksa badan Bryan apakah sakit atau tidak.
"Ah.. ah... sakit rin sakit itu jangan dipegang itu." Kata Bryan sambil ia memegang tangan Karin. Ketika Bryan memegang tangan Karin karin pun menatap Bryan. Bryan dan karin pun saling bertatap muka. Tak lama kemudian pintu ruangan tersebut terbuka dan masuklah ibunya Karin.
Rin ini ada camilan untuk teman mu kas..." ibunya karin tak bisa meneruskan katanya tadi karena melihat Bryan dan karin saling bertatap muka di kasur tersebut.
"Maaf ya mengganggu ibu keluar dulu." Jahil ibunya Karin sambil ia keluar dari kamar Karin.
"Bu ini tak seperti yang engkau pikirkan bu." Kata Karin sambil ia keluar kamar untuk mengejar ibunya.

Bryan pun akhirnya agak lega karena ia ditinggalkan sendirian di kamar tersebut. Tak beberapa lama Bryan ingin berdiri karena suatu hal. Jadi ia pun berdiri walaupun semuanya badannoya sakit semua. "Ah... aduh." Keluh Bryan. Disaat bediri ia pun menuju rak buku karena ia terlalu bosan disana. Bryan pun mengambil salah satu buku dari rak buku tersebut. Dia pun membaca buku tersebut. Sambil membaca dia pun duduk dikursi yang ada di meja belajar Karin.

Dia terus membaca.... membaca... membaca terus sampai setengah buku. Tak terasa hari sudah semakin malam. Tiba-tiba Karin masuk dan melihat Bryan yang tengah membaca buku di meja belajarnya.
"Hei apa yang kau baca itu?, sampai serius begitu." Tanya Karin. Tetapi Bryan tak menghiraukan kata Karin tadi. Karin mendekati Bryan yang sedang membaca Tersebut tetapi Bryan masih saja fokus membaca buku tersebut. Terlalu jengkel sama Bryan, ia pun mencubit pipinya.
"Ah... ah... aduh." Kata Bryan yang sedang kesakitan karena pipinya dicubit oleh Karin.
"Kamu itu tak menghiraukan ku dari tadi." Kata Karin.
"Ya maaf rin aku tadi fokus membaca buku ini." Kata Bryan sambil menunjukkan buku tersebut ke Karin.
"Oh... buku ini emang buku bagus menurut mu." Tanya Karin.
"Bagus sekali sih buku ini, ceritanya bagus, gaya bahasa nya juga bagus, dan seolah-olah cerita ini hidup." Jawab Bryan.
"Oh baguslah, coba kau tebak siapa pengarangnya tapi kamu gak boleh lihat cover dulu." Tanya Karin.
"Kayaknya pengarangnya orang dewasa yang menguasai kosa kata dengan baik." Jawab Bryan.
"Bub bub salah, coba kau periksa di covernya." Kata Karin.
"Hmmm coba ku lihat." Kata Bryan.

Bryan pun membaca cover buku tersebut. Ia pun mencari nama sang pengarang tersebut dan ternyata namanya tak asing bagi Bryan yaitu Karin sendiri. Ia pun melihat karin dengan pandangan tak percaya apa yang dilihatnya. Dan Karin ternyata pengarang buku.
"Wow itu sangat hebat rin." Puji Bryan.
......................... tapi Karin tak menjawab pujian "Rin kau kenapa?." Tanya Bryan.
Tiba-tiba air mata pun menetes dari pipinya Karin.
"Rin kenapa rin?." Bryan semakin kebingungan.
"Rin kau kenapa rin" Semakin Bryan Bertanya Tangisan Karin pun semakin tersedu-sedu.
Tiba-tiba Bryan langsung memeluk tubuh kecil Karin walaupun ia tak tahu alasannya Karin menangis. Tapi ia tahu bahwa Karin menangis karena buku ini.

"Kenapa dia menangis, apa ada hubungannya dengan buku ini." Gumam Bryan.
Karin masih menangis di pelukan Bryan. Akibatnya Bahu Bryan basah karena air mata Karin. Setelah beberapa saat Akhirnya Karin pun terdiam karena ia tidur di pelukan Bryan. Bryan pun langsung menggendong Karin ke tempat tidur tersebut. Setelah Bryan menggendong Karin ke tempat tidur, ia pun menyelimuti tubuh Karin dengan selimut. Ketika ia menyelimuti tubuh Karin, Ia melihat wajah Karin yang tertidur pulas.
"Dia seperti malaikat, ketika tidak bertingkah." Gumam Bryan.

Bryan pun langsung bergegas pulang agar tidak merepotkan Karin.
Ia pun keluar dari rumah Karin sambil memeriksa dijalan manakah ini. Ternyata Rumah Karin tak jauh dari Rumah Bryan. Bryan pun langsung bergegas berjalan dan meninggalkan rumah Yang mewah tersebut. Rumah Karin terletak di perumahan mewah. Jadi jalannya disitu agak sepi. Tetapi Bryan masih saja santai berjalan. Beberapa saat kemudian, tak terasa Bryan sudah sampai ke rumah. Ia pun mengambil kunci di tasnya dan membuka pintu tersebut.
"Assalamualaikum." Seru Bryan. Tapi tak ada jawaban. Karena orang tua Bryan sedang ada keperluan di luar kota. Rumah tersebut sangat gelap gulita karena Lampunya mati. Bryan pun menghidupkan lampu tersebut. Bryan pun langsung mengganti seragam yang pakai dengan pakaian sederhana. Bryan pun langsung menuju kamarnya. Bryan mengerjakan tugas sekolah yang diberikan oleh bapak ibu guru di sekolah tadi. Setelah 1 jam berlalu tugas sekolah Bryan akhirnya sudah selesai dan ia pun segera merebahkan diri di tempat tidur.
"Karin tadi kenapa ya." Gumam Bryan.
Sambil merenung ia pun mengambil kotak kecil yang ada di meja belajarnya Bryan yang tak jauh dari tempat tidur Bryan. Ia pun mengambil isi dari kotak kecil tersebut dan melihat isinya adalah jepit rambut Ira. Dan ternyata jepit rambut tersebut masih dalam keadaan baik. Setelah melihat isi dari kotak kecil tersebut. Bryan pun meletakkan kotak kecil tersebut di tempat semula. Setelah ia meletakkan kotak kecil tersebut, ia pun bergegas tidur agar ia tidak terlambat masuk sekolah













BENANG TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang