Penasaran

32 1 0
                                    

Di pagi hari itu suasana hati bryan sangat ingin mengetahui apa yang terjadi pada Karin. Jam menunjukkan pukul setengah enam pagi. Bryan pun langsung bergegas menuju ke sekolahnya dengan berjalan. Disaat ia berjalan ia tengah melamun kejadian tentang kemarin.

"Apa ada hubungannya dengan buku tersebut?." Gumam Bryan.
Setelah mencapai ke sekolah aku terus melangkah kelas. Tak seperti biasanya tak ada mengganggu ketenangan bryan saat di sekolah. Saat ia tiba dikelas ternyata benar karin tak masuk hari itu. Bagi Bryan hari itu serasa damai tanpa ada seseorang yang mengganggunya. Tapi dihati kecil Bryan merasa kesepian karena tidak hadirnya Karin di sekolah. Seperti biasa disaat istirahat Bryan berbaring dibawah rindangnya pohon besar sambil melihat langit yang sangat cerah.

"Kenapa  Karin menangis saat itu ya? Apakah ada kaitannya dengan buku itu? Aku jadi penasaran." Gumam Bryan.
"Aku pun saat membaca buku tersebut masih setengah nya cih... kalau tak salah judulnya kebohongan."
Tak beberapa lama terdengar suara bel berbunyi tanda istirahat pun berakhir. Bryan lekas bangun dari tidur nya dan menuju ke kelas.
"Ah... bikin penasaran aja." Kesal Bryan.

Setelah sore hari....
Waktu sekolah pun usai Bryan langsung menuju ke rumah. Setelah sampai di rumah. Bryan pun berangkat lagi entah kemana sambil membawa sepeda.
"Aku harus cari tahu." Kata Bryan saat ia mengendarai sepeda.
Tak beberapa lama tibalah Bryan di toko buku.

"Selamat datang di toga perak." Kata salah satu karyawan di toga perak.
Bryan pun mencari buku itu di rak buku novel. Akhirnya ia menemukan buku tersebut yang berjudul "alone". Bryan pun segera menuju ke kasir. Setelah membayar ke kasir ia pun langsung pulang ke rumah karena ia sangat penasaran dengan buku tersebut. Setelah ia pulang, ia pun tak sabar ingin segera membaca buku tersebut. Tak beberapa lama Bryan pun samapai di rumah. Setelah meletakkan sepedanya Bryan pun membaca buku yang sudah ia beli tersebut. Ia terus membaca sampai lupa waktu. Akhirnya ia selesai juga membaca, ia menoleh ke jendala tak terasa hari sudah malam tapi menurutnya buku tersebut cukup membuat orang terharu. Tapi ia berpikir lagi apakah alasan karin menangis waktu itu ada hubungannya dengan buku ini.

Tiba tiba Bryan keluar dari rumahnya.
Brak....
Suara ia membuka pintu dengan buru buru. Ia pun mengambil sepedanya kembali dan ia berangkat entah kemana membawa buku yang bejudul "alone". Ia pergi mengendarai sepedanya dengan cepat sekali. Dan ia hampir hampir menabrak seseorang. Dan akhirnya ia berhenti di suatu rumah yang tak asing baginya yaitu rumah karin. Setelah memakirkan sepedanya ia memencet lonceng elektronik yang ada di dekat pagar rumah tersebut. Tak beberapa lama sosok ibu karin keluar dari rumah yang mewah tersebut.

"Oh ada temannya karin, maaf ya karin sekarang ada di rumah sakit jadi dia.."
Tiba tiba Bryan memotong ibu karin yang sedang menjelasakan.
"Anu... dimanakah letak rumah sakit tersebut."
Setelah ibu Bryan memberitahu kan alamat rumah sakitnya. Bryan pun bergegas ke rumah sakit tersebut.
"Aku harus menemui karin." Gumam Bryan.

Bryan mengendarai sepedanya dengan cepat dan badan penuh dengan keringat karena ia begitu kelihatan kelelahan tapi Bryan terus mengayuh sepeda tersebut. Setelah lama bersepeda akhirnya ia sampai di rumah sakit tersebut. Ia pun langsung berlari ke kamar Karin yang sudah di beritahu oleh ibu Karin. Akhirnya ia menemukan kamar Karin yang bernomor 76.

Setelah menemukan kamar Karin dan Bryan ingin membuka pintu kamar tersebut. Awalnya Bryan tak berani untuk masuk ke dalam kamar tersebut. Tapi setelah memberanikan diri untuk masuk ke kamar tersebut. Ia pun membuka kamar tersebut. Terlihat Badan kamar yang lemas diatas tempat tidur dan ditangan nya terdapat jarum infus. Bryan pun mendekati karin. Dan tiba tiba Karin sadar bahwa Bryan sedang menjenguknya.
"Oo Bryan kenapa kamu kesini, kangen aku ya."
"Apakah kamu baik baik saja."
"Oo aku disini hanya untuk pengecekan kesehatan ku karena orang tua sering khawatir."

"Apakah benar pengecekan kesehatan perlu di infus." Gumam Bryan.
Bryan tak percaya Karin dirawat hanya untuk pengecekan kesehatan. Jadi menurut Bryan Karin berbohong pada kondisinya sendiri. Tapi ia tak ingin mengungkit hak tersebut dan membicarakan yang lainnya.
Setelah bercakap cakap cukup lama akhirnya Bryan pun berpamitan pulang kepada Karin. Di tengah perjalanan menuju ke rumah Bryan pun menyadari ia lupa untuk bertanya buku tersebut.
"Ah bodohnya aku." Teriak Bryan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BENANG TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang