"M... maaf sa.. ya te.. lat," ucapku terbata-bata.
"Yasudah, cepat kamu naik ke lantai tiga. Masuk ke ruangan pak Reynan."
"Baik bu," aku langsung menuju lantai tiga menggunakan lift.
Hanya ada dua ruangan. Ku tebak, ruangan pak Reynan ada di sebelah kanan yang ada meja di depannya.
Aku mengetuk pintu ruangannya. "Masuk," ucapnya.
Aku membuka pintu dan segera menghampirinya.
Kayaknya dia lagi sibuk, batinku.
"Saya lagi gak sibuk," katanya.
OKE AKU MAKIN BINGUNG SAMA JAWABANNYA.
"Hah?" tanpa sengaja aku lontarkan.
"Saya bilang, saya lagi gak sibuk," dia mengulangi perkataannya.
"Oh, ada yang bisa saya bantu pak?" tanyaku agar terlihat rajin.
"Tidak, kamu duduk saja di sana," dia menunjuk meja yang ada di depan ruangannya.
"Baik pak," aku sih ngikut aja apa perintahnya, selama aku tidak membuat masalah.
Sebenernya udah buat masalah, cuman belagak lupa.
Aku selalu menyiapkan post-it di tasku, hanya untuk berjaga-jaga. Ketika aku duduk, mataku langsung melebar melihat banyak buku dan kertas di atas meja.
Wow, Ni tugas atau laporan? Banyak banget, batinku.
Dengan ke-sok tau-anku, aku mempelajari semua dokumen dan buku yang ada di atas meja. Dan ada beberapa dokumen yang harus aku berikan ke Reynan.
Mungkin kalian belum mengetahui apa tugasku di tempat ini, ketahuilah aku menjadi babunya Reynan selama enam bulan.
"Flavi," panggil Reynan dari ambang pintu.
"I... ya pak?" tanyaku sedikit terkejut.
"Tolong rapikan meja rapat, lagi 30 menit rapat akan dimulai." Ucapnya dengan wajah santai.
TIGA PULUH MENIT MAKJANGG!!
"Baik pak."
"Umm... jangan lupa siapkan kopi," dia langsung kembali ke mejanya.
Aku langsung menuju ruangan rapat yang berada di sebelah ruangan Reynan. Memang tidak jauh tapi... Aku harus menyiapkan kopi... dengan peserta rapat sepuluh orang. Harus buat sendiri. Karna kopi di luar sangat mahal. Ya iyalah kan di samping kantor ada Starbuck. Kalau beli di luar bisa jatuh miskin aku.
Aku merapikan dan membersihkan meja rapat, tidak lupa juga untuk membuat kopi di lantai satu.
Syukurnya aku tepat waktu untuk menaruh kopi di meja rapat, kalau tidak mungkin aku akan di penggal. Selama rapat berlangsung, aku tidak ikut masuk ke dalam, tetap di meja sebelumnya.
Reynan keluar dari ruangan rapat yang artinya rapat sudah selesai.
Cepet amat, batinku.
Dia berjalan ke arah meja ku. "Karna saya gak tertarik," bisiknya.
SIAP, TERSERAH. AKU NYIAPIN 30 MENIT SEDANGKAN RAPATNYA CUMAN 10 MENIT. TER.SE.RAAAHHHHH...
BENTAR
KOK
DIA
ANEH...
Aku menekuk alisku dan tanpa sengaja aku melontarkan. "Hah?"
SERAH LU FLA, GAK SOPAN AMAT DAH.
Dia mungkin mendengar tapi dia langsung memasuki ruangannya. Aku memukul mulutku berkali-kali sebagai hukuman.
YOU ARE READING
Diary dan Bulan, katanya.
Novela JuvenilAku mempunyai sebuah penyakit yang mungkin bisa terbilang aneh dan langka. Aku mengidap penyakit ini semenjak kecelakaan besar yang merenggut kedua orang tuaku, hanya aku yang selamat dari kecelakaan besar itu. Aku selalu melupakan kejadian atau k...