Sakit. Hal pertama yang aku rasakan ketika membuka mata adalah rasa sakit yang menyerang kepalaku. Semuanya terasa semakin parah saat netraku menangkap bayangan ibu kandungku yang duduk seraya menatap sengit kearahku.
"Sudah bangun, Tuan Muda?" sindirnya. Aku mendengus kasar lalu menutup wajahku dengan bantal dan selimut. "Enyah." sergahku kasar seraya berbalik membelakanginya.
"Beginikah caramu memperlakukan ibumu, Seungmin? Aku jauh-jauh datang dari Busan saat mengetahui kau jatuh ke kolam dan pingsan setelahnya!"
Aku mendengus kasar lalu berbalik menatapnya. "Tidak ada yang memintamu kesini untuk datang." dengusku sebal. "Pergilah, kau mengganggu waktu istirahatku. Lagipula aku sangsi kau datang dengan niat tulus." cibirku pelan.
Sejenak aku mendapati gurat terluka terpatri di wajah ibuku, namun kemudian ia tersenyum mengejek dan berjalan angkuh keluar dari kamarku.
Meninggalkan aku sendiri yang terpaku dalam kesendirian. Ibu memang tidak mencintaiku...
x
x
Dulu. Dulu sekali, saat aku hanya tinggal berdua dengan ibu, rasanya dunia terasa terang dan menyenangkan.
Saat itu umurku tujuh tahun dan aku menghabiskan banyak waktuku menemani ibu berbelanja sayuran untuk kami santap malam nanti. Tentu bukan kualitas yang bagus, ibu sengaja datang lebih siang dari orang kebanyakan agar mendapatkan beberapa ikat sayuran layu dengan setengah harga.
Aku akan tersenyum saat berjalan melewati gang sempit menuju rumah kami sebelum aku terjatuh ke selokan karena berlari tak tentu arah. Aku akan menangis kemudian melihat kearah ibu untuk meminta pertolongan walaupun berakhir dengan ibu yang hanya menatapku lalu berjalan mendahuluiku.
Aku akan kembali bangkit dan tertawa seraya mengejar langkah ibu yang menjauh.
.
.
Tidak seperti biasa, malam itu sangat dingin. Selimut lusuh yang biasanya menghangatkanku terasa begitu dingin dan harapanku satu-satunya hanyalah pelukan ibu yang tertidur disebelahku.
Tidak ada kasur hangat atau sekadar alas tidur untuk kami. Tidur beralaskan lantai sudah sangat nyaman bagiku saat itu.
Kemudian terdengar ketukan dari arah pintu bersamaan dengan turunnya hujan. Aku meringkuk takut karena suara ketukan itu semakin terdengar keras saat tidak ada yang membukakan pintu atau menjawab panggilan dari luar pintu.
Ibu mengusap kepalaku dan menyuruhku untuk tetap berada disana selagi ia membuka pintu. Aku ingin menangis saat ibu berjalan meninggalkanku seraya berjalan kearah pintu. Tepat setelah pintu dibuka, aku mendengar ibuku berteriak seraya mencoba menutup pintu rumah kami.
Aku tidak tau apa yang terjadi karena aku begitu takut dan menutup wajahku dengan selimut. Tapi aku mencium bau harum yang menyengat seraya langkah kaki yang mendekat kearahku. Dengan pelan aku membuka selimutku dan mendapati seorang pria dewasa menatapku dengan mata berkaca-kaca dan senyum diwajahnya.
"Seungmin..."
Aku menatap takut kearahnya. Saat netraku bertabrakan dengannya, lelaki itu langsung memelukku. "Seungmin... Seungmin..." racaunya seraya mengeratkan pelukan padaku.
Aku tidak tau harus apa saat itu. Apa aku harus ikut menangis atau terlena karena bau harum yang menguar dari tubuhnya menyapu indra penciumanku. Antara bau yang wangi bercampur kontras dengan bau lumut yang lembab dirumahku.
.
.
"Seungmin." ibu memelukku erat seraya menatap dalam mataku. Lelaki tadi baru saja pulang dan sebelum aku sempat menanyakan apapun pada ibu, ia sudah merengkuhku.
"Apa Seungmin mau menjadi pangeran?" tanyanya. Sejenak mataku berbinar dan dengan cepat aku mengangguk. "Mm!"
Ibu tersenyum lalu mengecup pipiku berulang kali. "Seungmin mau tinggal bersama ayah?" aku tertegun sejenak. "...Ayah?" ujarku ragu.
"Seungmin punya ayah...?" tanyaku pelan. Ibu mengangguk lalu mempererat pelukannya padaku. "Tentu. Lelaki tadi adalah ayah Seungmin. Kalau Seungmin mau menjadi pangeran, Seungmin harus ikut dengan ayah."
Aku tertawa dan mengangguk senang. "Tentu! Kita akan menjadi pelindung ibu dirumah!"
Senyum ibu perlahan menghilang. "Tidak bisa.. Ibu tidak bisa ikut kesana karena Seungmin akan punya ibu baru disana. Ibu yang sangat cantik dan baik."
Aku menatap ibu dengan mata berkaca lalu menggeleng. "Kalau begitu aku tidak mau.. Aku ingin bersama ibu, aku tidak ingin menjadi pangeran!"
"Tidak.." ibu menatapku lalu mengecup pelan keningku. "Ikutlah dengan ayah dan jadi pangeran disana. Seungmin suka kerajaan kan?"
"Seungmin tidak suka... Seungmin suka bersama ibu.."
"Ikutlah dengan ayah, setidaknya biarkan ibu bahagia dan hidup dengan baik. Ibu mohon.. Seungmin mau kan melakukannya demi ibu?"
Aku tidak bisa berhenti menangis malam itu, dan ibu tidak berhenti memelukku sampai fajar datang menjemput keesokan harinya.
.
.
Pagi itu aku diberikan baju baru oleh ibu. Ibu mendandaniku dengan kemeja biru tua dan celana pendek dengan balutan sepatu putih yang tampak pas denganku. Ibu juga memakaikanku sesuatu sehingga badanku mengeluarkan bau harum seperti lelaki yang datang semalam.
Sejenak aku menatap rumah yang ku tinggali bersama ibu. Beberapa bagian sudah bocor, bahkan dindingnya berlubang dan ditutupi lumut. Ibu bekerja sebagai pelayan di kedai ayam goreng dan pemiliknya dengan baik hati meminjamkan kami lantai dua dari kedainya untuk tempat kami tinggal.
Bau ayam goreng bercampur dengan bau pengap dari lumut yang rasanya tidak akan pernah bisa aku lupakan. Antara tidak bisa membedakan aku menyukainya atau sudah terbiasa dengan perpaduan bau yang berlainan itu.
Sesampainya dirumah ayah, aku benar-benar tidak bisa berkedip melihatnya. Rumahnya terlihat besar dan bagus dibanding rumahku dan ibu. Saat masuk kedalam, aku mengeratkan pegangan tanganku ke ibu.
Di ujung ruangan aku melihat beberapa orang berkumpul dan kemudian lelaki yang datang semalam mendekatiku lalu memelukku erat.
"A...yah?" ujarku terbata. Lelaki itu tampak menegang sejenak lalu mengangguk seraya mengeratkan pelukannya. "Ya.. ini ayah."
Beberapa anggota keluarga lain menatapku lalu perhatianku teralih saat aku melihat ibuku dipaksa keluar dari rumah oleh beberapa orang.
"Ibu!" aku berusaha mengejar ibu namun sebuah tangan menahanku. Aku menatapnya takut lalu ia menarik tanganku mendekat kearahnya.
Ia mengeluarkan sebuah spidol lalu menuliskan sesuatu ditanganku. "Namaku Lee Hyunjae, dan aku adalah ibumu sekarang. Aku harap kau tidak membuat aku dan Younghoon malu kedepannya." ia tersenyum lalu menatap telapak tanganku. "illegitimate child...?" ujarku seraya menatap ibu tiriku dengan bingung.
"Ya, mulai sekarang itulah namamu."
Saat itu aku tidak tau bahasa inggris ataupun mengerti bahasa tersebut. Hanya satu kosakata yang aku tau setelah ibu tiri menuliskannya ditanganku. Ia bilang aku harus mengingatnya dan bisa mencari tau artinya di kamus saat aku sudah dewasa nanti.
Dan akhirnya aku mengerti. Kosakata pertama yang aku dengar dan lihat, illegitimate child tidak lain adalah anak hasil dari hubungan diluar nikah, atau biasa disebut sebagai anak haram.
.
.
Hyunjin bakalan muncul resmi di part selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Prince Syndrome
Fanfiction+ hyunjin, seungmin. Jika di dongeng sang pangeran lah yang menyelamatkan Cinderella, lalu di dunia nyata ini apa ada yang akan menyelamatkan Cinderella 'palsu' dan mata duitan seperti Kim Seungmin?