cinderella's mother(s)

159 18 3
                                    

Pesta. Seluruh orang kaya senang mengadakan hal semacam ini, dengan berbagai alasan agar sebuah pesta dapat di gelar dan tentunya agar uang mereka lenyap dengan cepat.

Tentu saja hal itu berlaku dikeluarga ku. Aku menyukai pesta, sungguh! Menurutku ini adalah kesempatan yang bagus untuk memamerkan seberapa kaya keluarga ku dihadapan semua orang.

Melihat rakyat biasa takjub seraya menonton televisi yang menyiarkan seberapa megahnya pesta kaum borjuis seperti kami menjadi kesenangan tersendiri bagiku. Salah siapa mereka terlahir miskin?

Dan karena alasan inilah aku berteriak senang saat ayah memberi tahuku bahwa minggu depan, keluarga ku akan mengadakan sebuah pesta ulang tahun yang digadang-gadang sebagai pesta termewah tahun ini.

Tentu saja pesta tersebut untukku!

.

.

.

Malam ini adalah puncak dari perayaan ulang tahun ku yang ke 17. Setelah menghabiskan waktu sekitar dua jam untuk menyiapkan diri, aku kembali mematut tubuhku didepan cermin.

Sempurna! Hanya tinggal menunggu pesanan tuxedo ku, maka penampilan ku akan semakin luar biasa!

"Seungminnie?"

Ah, sial. Kenapa lelaki tua ini malah datang?

"Apa yang kau lakukan disini? Ku rasa aku tidak pernah mengirimkan undangan untukmu?"

Lelaki itu tertawa renyah lalu mendudukkan dirinya disampingku, kemudian menyentuh rambut dan mencubit hidungku dengan keras. "Beginikah caramu berbicara pada ibu kandungmu?"

Aku tersentak lalu mendorong tangannya menjauh dari wajahku. "Hei! Jangan mencubitnya terlalu keras, hidungku baru saja dibenarkan sebulan lalu!"

Sejenak, lelaki itu terdiam dan menatap sangsi padaku. "Heol. Kau melakukan operasi plastik?" menghela nafas lalu ia memukulku pelan. "Kenapa tidak memberi tahuku? Aku yang melahirkan mu, apa hidung yang ku turunka padamu tidak bagus, hah?"

Aku mendengus lalu mendorongnya menjauh, "Ji Changmin, menjauh dan jangan menyentuhku!" aku berbalik lalu menatapnya nyalang. "Apa uang yang diberikan ayah masih kurang? Kau menjual semua asetmu?"

Ibu tertawa pelan kemudian memelukku. Sejenak aku merindukan pelukannya, tetapi semua terasa berbeda. Aku merasa tidak mengenalnya, dia berubah dan aku tidak bisa menjangkaunya lagi. Daripada aku tertinggal, lebih baik aku ikut berjalan menjauhinya.

"Apa yang kau lakukan, Changmin-ssi?"

Di samping pintu, ia menyandarkan tubuh tinggi dan berisi miliknya. Menatap dingin kearah kami lalu mendekat seraya menarik jauh tubuh Changmin (ibuku).

"Hyunjae hyung! Ah, aku rindu sekali padamu. Apa kabar?" raut wajah ibu mendadak bersahabat. Ia merangkul lalu menatap jam tangan yang dipakai ibu tiriku.

"Bukankah itu jam tangan edisi terbatas? Indah sekali.." aku ingin berteriak saat ibu mengelus pelan jam tangan mahal milik Tuan Lee.

Tuan Lee. Hyunjae, istri ayahku. Ibu tiriku. Ia tidak benar-benar jahat, namun tidak baik juga. Setidaknya ia mengajarkanku bagaimana menjadi seorang tuan muda dari keluarga kaya yang mata duitan namun tetap berkelas.

"Ambil." Hyunjae melepas lalu menyerahkan jam tangannya pada ibu. "Ah, kenapa repot-repot? Aku kesini hanya untuk berkunjung.." ujarnya seraya mengambil lalu menyelipkan jam tersebut di saku blazernya.

"Apa kau akan mengenakan tuxedo ini, Seungmin?"

Aku mengangguk. Ibu menatap ku kasihan lalu mengehela nafas pelan, "Warna nya terlalu tua untuk remaja seusia mu, lebih cocok kalau aku yang memakainya." Belum sempat aku membalas, ibu sudah menenteng setelan itu lalu mencocokkan ditubuhnya. "Lumayan.."

Hyunjae yang dari tadi diam mulai menatap jengah kearah ibu. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan secarik kertas kemudian mengambil bolpoin di meja belajarku. Sedikit merobek sisi kertas lalu menyerahkannya kepada ibu.

"Ambil ini dan pergilah. Jangan mengacau di pesta ini." ujarnya dingin yang disambut senyum bahagia dari ibu. Ibu mengangguk lalu dengan cepat merebut cek itu dan mengecup pipiku pelan.

"Ah, sayang sekali ibu tidak bisa hadir di pestamu. Teman ibu mengadakan perayaan di Paris besok. Nikmati pestanya sayang, ibu mencintaimu." ujarnya seraya mencium pipiku dan berlalu dari kamarku begitu saja.

Aku tidak tertarik dengan ucapannya, yang aku lakukan hanya melihat nominal uang yang diberikan oleh ibu tiriku padanya.

Heol. Dua ratus juta won. Nominal yang cukup fantastis untuk menendang keluar ibu kandungku.

Hyunjae berdeham lalu menatap refleksi ku di cermin. "Bersiaplah, aku akan mengirimkan tuxedo baru untukmu." ujarnya sebelum berjalan keluar dan menutup pintu kamarku.

Meninggalkan ku dengan segelut pemikiran yang menyakitkan.

Tidak ada yang mengucapkan ulang tahun untukku..

Fake Prince SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang