Loteng yang sempit dan berdebu akan sangat menyeramkan dengan keadaan gelap gulita. Syukur saja jemari wanita itu segera mencari saklar lampu yang ada. Meskipun tidak terang, tetapi lampu yang berhasil dinyalakan mengurangi suasana tak nyaman.
Di bawah sinar kuning wanita beranak satu itu menggeledah lemari untuk memilah kembali barang yang akan dibuang.
Baru saja membuka laci yang terasa serat, sebuah album foto berukuran 10x7 tampak terjatuh dari atas. Warna pink yang mendominasi sampul sudah terlihat pudar.
Ibu rumah tangga berambut sepinggang itu meraih benda tersebut. Mulai membuka lembarannya dan dikejutkan dengan foto-foto yang ada.
Tercetak polaroid foto dirinya. Hanya dirinya sendiri. Dia mengernyitkan dahi melihat foto tersebut. Dari awal hingga akhir hanya ada foto dirinya, namun ia tidak merasa pernah mengambil foto itu.
"Bunda... Anak kita mau beli es krim, aku izin kamu dulu sebelum beliin dia."
Terduga nama Missy sebagai Ibu rumah tangga, dia menolehkan pandangan. Melihat sosok suaminya yang berada di pintu masuk loteng. Sambil menjawab Missy kembali fokus pada album fotonya.
"Jangan. Dia sudah makan es krim dua batang, kemarin," perkataannya dipahami oleh sang suami dengan asma Jay.
Sebelum sang suami berbalik untuk pergi. Missy menghentikannya dan mulai bertanya pasal album foto tersebut. Karena hanya Jay yang sedari kecil selalu dekat dengannya.
Mendengar hal tersebut, Jay menyusun langkahnya untuk mendekat dan melihat foto-foto di sana.
"Fotonya aneh, aku gak ngerasa ngambil foto kayak gitu. Terus liat deh," jemari Missy menunjuk sebuah polaroid di mana dia duduk di kursi panjang taman dan berpose peace. "Posisi aku kayak lagi foto sama orang. Kepala di miringin mirip menyandar seseorang kan? Aneh lagi tangan aku keliatan lagi ngerangkul lengan."
Jay menelan ludahnya mengingat seseorang yang membuatnya berubah secara drastis pada dulu kala. Tanggapan Jay atas hal tersebut hanya menepuk pelan kepala Missy dan tersenyum lebar.
"Kan ini yang ngambil foto kamu sendiri, Bunda. Mana aku tahu, coba Bunda inget-inget lagi."
"Sayang banget, semakin tua semakin pelupa. Padahal keliatannya kenangan ini berharga, ya kan Daddy?"
Sebagai orang yang mengetahui detail foto tersebut, meskipun Jay berkata tidak menahu tentang. Jay menyetujui perkataan istrinya. Kenangan saat itu memang sangat berharga. Berharga sekali.
"Dari muda Bunda juga pelupa kok orangnya."
Bugh!
Missy memukul lengan Jay menggunakan album buku. Melihat tingkahnya, Jay cukup terkekeh geli karena seseorang yang dicintai ini tidak berubah dari saat pertama kali Jay mengenalnya.
tbc...
Jay.
Missy with her little boy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fictional Man ๑ Sunghoon
Teen FictionKetika Cowo fiksi lebih membahagiakan mu. START : Min, 23 Jul 24