Hari ini Missy genap berusia 17 tahun. Bersama kedua sahabatnya Rei dan Asha mereka merayakan bersama di sebuah café. Rei yang dipercayai Missy untuk membawa kue ulang tahun nya yang ia pesan pada mama nya Rei, mendapat omelan karena gadis itu mengaku lupa membawa benda penting yang harus ada.
Missy duduk bersama Asha yang terus mengelus pundaknya untuk bersabar. Mereka berdua menatap nanar punggung Rei yang sedang menelpon seseorang dengan panik.
Mood Missy yang tadinya sangat jelek sekarang sedikit terobati karena pesanan es krim nya sudah disajikan. Sambil menyantap es krim Missy terus melirik Rei yang kelihatan begitu sibuk dengan ponselnya.
Lima menit kemudian, Rei meminta izin untuk mengambil kue nya di parkiran lantaran Ayah nya sudah ada di sana untuk mengantarkan. Missy sempat bingung karena jeda waktu nya begitu singkat.
"Ayah Rei kayaknya pake sepatu super ya buat kesini? Super fast!" Celetuk Missy mendapat kekehan dari Asha.
Tanpa tahu menahu sosok Jay muncul membawa kue ulang tahun bersama Rei dari belakang. Missy yang terus sibuk memakan es krim tidak menyadari hal tersebut meski posisi Jay sudah berada tepat di belakangnya.
Karena menyerah mereka pun bernyanyi lagu ulang tahun untuk menyadarkan Missy atas sosok Jay. Rencana tersebut berhasil. Missy yang malu karena crush nya ada di sini pun bersembunyi di belakang Rei.
"Ih Rei..." Rengek Missy salting. "Kenapa dia ada di sini? Kan aku ngundang kalian berdua doang."
Rei sebagai tempat persembunyian menarik Missy untuk keluar dari balik punggungnya. Mendorong gadis itu untuk menghadap Jay. Memerintah gadis berambut sepinggang itu untuk meniup lilinya yang kian terbakar.
Usai lilin padam Jay mengacak-ngacak rambut Missy. "Selamat ulang tahun ke-17 tahun, Missy! Udah boleh pacaran dong sama gue?"
"Hah?" Missy terkejut. Ayah nya memang melarang dia untuk berpacaran sebelum menginjak umur 17 tahun. Namun, yang membuat gadis itu kaget adalah perkataan Jay setelah kalimat ucapan selamat.
"I'm falling in love," Jay melangkah, mengikis jarak diantara keduanya. Kemudian mencolek hidung Missy menggunakan cream tart. "With you."
Missy membersihkan creamnya dengan jemari dan sambil menjilatnya ia mengangguk malu. "You have a good taste."
"Heran, kadar kepedean lo gak pernah turun ya?" Kekeh Jay membuat mereka semua tertawa.
"Tapi emang Hello Effect sengaruh itu. Sampe bisa dapetin spek berlian," Rei membicarakan sosok Missy yang berhasil menarik hati pria idaman para wanita.
Missy yang merasa beruntung meringis mendengar perkataan dari Rei. Mereka melanjutkan kegiatan dengan makan bersama, pesanan mereka dibayar tuntas oleh Jay. Dia memang tipikal orang dengan love language act of money. Jadi, tidak heran jika uang Missy selalu utuh jika jalan bersama Jay.
Tiba nya di rumah tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Missy membanting tubuhnya kearah ranjang. Meluruhkan punggungnya yang sedari tadi sakit karena duduk terus menerus.
Terlihat pada meja belajar dekat jendela. Tumpukan novel berwarna biru membuat Missy menghela nafas. Itu adalah cetakan novel Hoonie on Ice yang ke-7 setelah 2 tahun lalu terbit.
100 novel yang ada di meja diberikan padanya untuk ia tanda tangani. Sebab besok akan diambil oleh pihak penerbit, dengan malas Missy berjalan kearah meja. Duduk di sana untuk menandatangani buku-buku tersebut.
"Udah dua tahun tapi belum nemu yang kayak Hoonie..." Rengeknya miris karena sosok Hoonie yang ia tulis pada lembaran novel tersebut tidak kunjung ada di dunia nyata.
Jay pun kalah. Pria itu kadang emosian. Membuat Missy yang ada di dekatnya jadi ikut terbawa suasana.
tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Fictional Man ๑ Sunghoon
Novela JuvenilKetika Cowo fiksi lebih membahagiakan mu. START : Min, 23 Jul 24