Jisung memasuki kamar sahabatnya dan menemukan foto dirinya bersama Chenle. "Kau dimana Le?" kemudian Jisung menemukan sebuah buku kecil di atas kasur. Jisung mengambil buku itu dan membukanya.
"Jisung Park, kapan kau sadar? Ich vermisse dich, Kumpel" Jisung membaca isi buku itu sambil tersenyum kecil.
"Kau itu payah sekali sih, bermain sepatu roda hingga tercebur ke danau dan koma lebih dari tiga hari! Aku kan jadi kesepian."
Jisung tertawa kecil, dirinya merindukan sahabatnya itu.
"Jisung, kapan kau sadar? Aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Mengapa teman-teman di sekolah terkena flu masal? Dan mengapa Aku tidak?"
Jisunh mulai memasang wajah sedih lagi. "Pasti ini gejalanya" lirihnya.
"Jisung, pemerintah mengungsikan orang-orang ke Berlin, entah ada apa?"
"Jisung. Aku harus pergi, kata Mama kita harus pindah ke Berlin. Brandenburg akan diblokade"
"Jisung! Kalau kau sadar kau harus menyusulku ke Berlin. Maaf Aku tidak bisa membawamu, mereka tidak mengizinkanku"
Secercah harapan pun muncul, tadinya, remaja itu sudah merasa sangat putus asa, dia tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan. Tetapi, sekarang, dia tahu apa yang harus dilakukannya, semangatnya untuk terus bertahan hidup pun bangkit. Kemudian Jisung melirik jendela dan melihat langit yang mulai gelap, dia mengambil buku kecil milik sahabatnya, menenteng belanjaannya sambil memegang pisau lalu pulang ke rumahnya.
"Haruskah kususul Chenle?"
"Itu pun kalau mereka masih hidup"
"Ah Jisung setidaknya kau harus berusaha, sampai kapan kau akan berada disini sendirian?""Aku harus memberi pengamanan dulu untuk rumah ini"
Jisung memasuki rumahnya dan memasak makanan dari makanan kaleng untuk makan malam. Setelah itu, remaja laki-laki berambut pirang itu memasuki gudang yang ada di rumahnya. Diambilnya tembak paku yang dibuat oleh ayahnya. Setelah itu, Jisung keluar dari gudang untuk mengemasi barang-barang berharganya dan memasukannya ke dalam backpack-nya.
Setelah berkemas, Jisung keluar menuju halaman belakang rumahnya untuk mematikan saklar generator tadi. "Mein Gott!"
Jisung kembali memasuki rumahnya untuk mengambil tembak paku tadi, ia bersiap-siap untuk menembak kepala zombie kecil yang berada di depan gudang halaman belakang rumahnya itu. "Ya tuhan maafkan Aku"
Jisung menembakkan tembak paku tepat ke kepala zombie kecil itu, zombie itu langsung terjatuh dan tidak bergerak lagi. Jisung begidik ngeri melihat wajah zombie itu yang sudah tidak terbentuk, dia langsung mematikan saklar generator dan masuk ke dalam rumah.
Jisung menutup semua jendela, gorden dan pintu yang ada di rumahnya, beruntungnya, jendela rumah Jisung terpasang terali, sehingga para zombie akan kesulitan untuk menembus rumahnya.
Jisung mengambil senter dan beberapa lilin lalu menuju dapur untuk mengambil makanannya. Dia memakan makanan yang dimasaknya tadi di kamarnya.
Jisung membuka gorden jendela kamarnya yang cukup besar lalu memperhatikan keadaan kotanya yang terlihat dari kamarnya yang berada di lantai dua. "Kota ini sudah mati"
"Sudahlah, yang lalu biarkan saja. Sekarang Aku harus mencoba untuk bertahan hidup."
"Semangat Jisung Park!"
Jisung tersenyum, mencoba menyemangati dirinya, kemudian dia melihat beberapa zombie berjalan di jalanan depan rumahnya. Melihat itu, Jisung menutup gordennya dan menaiki kasurnya yang sudah dia ganti seprainya.
Jisung memeluk guling-nya lalu memejamkan kedua matanya. "Guten Nacht Jisung!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZS - Raus Aus de Zombie Stadt [Remake Jisung Park]
FanficKisah remaja laki-laki yang terbangun dari koma dan menemukan dirinya hanya sendirian di kotanya. Kemana seluruh penduduk kota? Ini remake dari cerita yang judulnya Bleib am Leben di @heyoitsnaddy Murni cerita buatanku wkwk. made on 2017