Pertemuan

11 4 0
                                    

"Hoii bangun"

"Bangun bodoh"

"Belum puas tidur?"

"Kerjaan kamu hanya tidur saja"

Suara suara yang membuat ku kesal muncul kembali di otak ku pada pagi hari ini, aku yang tidak tahan mendengarnya pun berteriak.

"Diam kalian semua"

Sembari menutup telinga ku.
Namun suara suara itu masih masih saja menggangu ku.

"Dasar pemalas"

"Jangan hanya diam disitu"
Dengan nada yang aga nekan.

Suara suara ini benar benar menyebalkan.
Tak lama kemudian pintu pun terbuka, ibu memasuki kamar ku dengan wajah cemasnya.

"Hebi? ada apa? penyakit kamu kambuh lagi? "

Aku tak bisa membedakan suara ibu ku dengan suara yang masih ku dengar di dalam otak ku, aku hanya diam dan terus menutup telinga ku. Hingga akhirnya ibu memeluk ku dengan erat, mengusap kepalaku, mencoba menenangkan ku.

Berkat usaha ibu, akhirnya suara suara itu pun hilang. Aku mulai melepaskan tangan dari telinga ku.

"Hebi? Sudah baikan?" ucap ibu.

Aku menganggukan kepala, dan mengucapkan terima kasih kepada ibu.

"Terimakasih bu"

Ibu tersenyum lebar dan wajahnya sudah tidak cemas lagi.

"Iya Hebi"

                                          **

"tuk tak tuk tak"

Suara jam dinding di kamar ku, jarum pendeknya sudah menunjuk ke arah angka 11, dan jam 1 nanti aku harus sudah di sekolah, karna jarak ke tempat sekolahnya yang cukup jauh, itu artinya aku harus bersiap siap dari sekarang.

Aku bergegas mandi, pakai seragam, memakan makan siang, pakai sepatu, dan masuk ke dalam mobil.

Setelah itu ibu mengantar ku tuk pergi bersekolah, aku bersekolah di Sekolah luar biasa di Jakarta karena penyakit Skizofrenia yang aku derita, aku mendapatkannya karena turunan dari ayah ku, beliau meninggal dua tahun yang lalu karena penyakit ini.

Penyakit ini membuat orang orang yang di deritanya berhalusinasi, delusi, sulit dalam berfikir. Sering sekali aku membuat kekacauan karna penyakit ini.

Setelah satu jam perjalanan akhirnya gerbang sekolah mulai terlihat, aku bersiap tuk turun dan berpamitan kepada ibu.

"Bu, aku pergi dulu"

"Iya Hebi, nanti jangan jajan yang aneh aneh ya" jawab ibu yang selalu mengkhawatirkan ku.

"Siap bu"

Aku beranjak keluar pintu mobil dan memulai langkah ku tuk pergi ke dalam kelas. Ngomong-ngomong saat ini aku kelas 11 atau 2 SMALB, kehidupan ku di sekolah sangat suram, aku hampir tidak mempunyai teman di kelas.

Tempat duduk ku berada di paling belakang, duduk sendiri tak ada teman semeja, benar benar menyedihkan.

Mereka semua menjauhi ku karna aku sering sekali berteriak di dalam kelas, ini semua karna orang orang menyebalkan yang muncul di otak ku.

Pelajaran pun di mulai, di awal jam kami bertemu dengan pelajaran matematika, aku tak suka dengan pelajaran ini membuat ku harus banyak berfikir, menyebalkan.

Detik waktu terus berjalan, jam jam pelajaran pun aku lewati, hingga akhirnya waktu pulang pun tiba.

"teeettt"

Bel pulang di tekan, kami semua yang ada di kelas mulai memasukan buku ke dalam tas dan membaca doa sebelum pulang, setelah itu kami di ijinkan keluar kelas.
Aku yang sangat bersemangat untuk pulang pun berlari keluar kelas, terus berlari hingga saat sudah mulai dekat dengan gerbang keluar sekolah aku tak menyadari ada seseorang yang ingin masuk ke sekolah, Aku tidak sengaja menabraknya dan membuatnya terjatuh.

"gubrakk"

suaranya terdengar lumayan kencang, karna itu orang orang mulai melihat ke arah ku dan menanyakan apa yang terjadi.
"Ada apa ini? " tanya orang orang di sekitar.

"Dia ngedorong aku" ucap orang yang barusan ku tabrak.

"Maap, aku ga sengaja" balas ku, tuk mencari pembelaan.

Takut, itu yang ku rasakan sekarang karna tatapan orang orang di sekitar ku, mereka menatap ku seolah olah aku mencoba mencelakakan orang, pikiran ku mulai kacau dan suara suara pun mulai muncul kembali di otak ku.

"Apa yang kamu lakukan? "

"Jahat sekali kamu"

"Haha sukurin, suruh siapa lari larian "

"Lihat! , mereka semua menatap mu"

"Gara gara kamu dia jadi kesakitan tuh"

Emosi ku meluap ingin sekali aku berteriak, tapi dilain sisi aku tidak mau menambah masalah ku.

"Aku ga sengaja, aku bener bener ga sengaja" aku terus mengucap kata kata ini dan berharap mereka mempercayai ku.

"Tapi kamu nabrak aku kencang banget, sakit tau" orang itu membalas perkataan ku lagi.

Bingung, aku tak tau apa yang harus ku lakukan aku hanya bisa menutup kuping ku, tak sadar air mata pun mulai menetes.

Lalu entah datang dari mana, seorang wanita seumuran dengan ku mulai menghapiri ku, hanya dia saja yang mau menghampiri ku.

"Hei, kenapa kamu nangis?" wanita itu bertanya.

Karena penyakitku yang kambuh, aku tak tau apa yang dia ucapkan, suara suara di otak ku ini sangat mengganggu, karna itu aku hanya diam dan terus menangis.

Orang orang di sekitar pun menjelaskan kepada wanita itu apa yang terjadi, lalu dia menarik tangan ku yang sedang menutup telinga.

"Dengerin aku!, kalau kamu ga salah jangan nangis, buktikan kalo kamu ga salah" ucap wanita itu dengan nada tinggi.

Aku masih sulit mendengarkan suaranya, karna itu aku masih tak menjawab perkataannya, tapi aku yakin dia sedang mencoba menenangkan ku.

"Hei dengar tidak?" ucap wanita itu yang masih mencoba berinteraksi.

Lagi lagi aku masih tak dapat mendengarkannya. Lalu wanita itu mengusap air mata ku.

"Sudah ku bilang jangan nangis" wanita itu berkata lagi.

Setelah apa yang di lakukan oleh wanita itu aku mulai tenang kembali, perlahan suara suara di otak ku mulai menghilang, dan air mata ku pun berhenti.

Guru pun akhirnya datang, lalu membawa aku dan orang yang ku tabrak tadi ke UKS,
meninggalkan orang orang yang melihat tadi dan wanita itu.

Aku memohon maaf lagi kepada orang yang ku tabrak tadi, dan orang itu akhirnyan memaafkan ku, tapi aku belum berterima kasih kepada wanita yang sudah menenangkan ku tadi.

"Siapa orang itu ya?"

Itu yang ku pikirkan, terus bertanya tanya tentang wanita itu.

"Kalau ketemu dia lagi, aku harus berterima kasih" ucap ku di dalam hati.

********

SkizofreniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang