"Gata kamu ngapain kamar Iyan? Hah!" mata Bryan melotot ke arah Gata, kamarnya kini seperti kapal pecah. Sprai berantakan, baju Bryan berhamburan ada yang disana ada yang disitu. AC menyala sangat dingin. Keripik berhamburan di lantai dan sofa. TV pun juga menyala.Gata bangun dari duduknya serta membalas dengan cengiran khasnya "Tadi kenapa tinggalin Gata?"
"Tadi sibuk jadi cepet cepetan, sekarang rapiin ini semua!" perintahnya membuat Gata tersentak kaget.
"Eum. Iyan gak mau bantu?" angguk nya mantap kemudian menatap Iyan berbinar agar meminta bantuan. Sebenarnya Gata malas yang seperti ini. Kalau ada pembantu untuk apa dia yang bereskan.
"Gak! Kamu yang berantakin, ya kamu yang rapiin. Iyan capek!" bentaknya kembali membuat Gata diam bungkam seribu bahasa. Lalu kemudian Gata memulai membersihkan kamar Bryan. Sedangkan Bryan berbaring di keranjangnya sembari memainkan handphone nya.
Regata membersihkan makanan yang berserakan di sofa dan lantai, lalu membuangnya. Kemudian mematikan televisi. Dilanjutkan dengan melipat pakaian Bryan sembarangan. Regata malas.
Saat melipat baju Bryan, Regata melihat Bryan yang tengah berbaring di kasurnya dan memainkan handphone nya sambil senyam-senyum. Regata menatap sendu pria tersebut dan tak sadar liquid bening jatuh membasahi pipinya.
Bryan membenahi posisinya menghadap ke samping kanan. Lalu tersadar bahwa Regata tengah melihatnya, dan Bryan menyadari Regata yang tengah menangis namun tak histeris.
Bryan beranjak dari kasurnya, lalu bersimpuh didepan Gata
"Maafin yang tadi, Iyan tadi capek habis kerjain tugas bareng temen. Jangan nangis! Iyan gak suka lihat kamu nangis" ucapnya yang dibalas anggukan Regata lalu keduanya tersenyum dan melipat baju bersama.
"Gata takut denger Iyan marah kayak tadi. Jangan marah kayak gitu lagi ya" ucap Regata dengan gemetar namun dengan senyuman lalu dibalas dengan senyuman Bryan kembali.
"Iya Iyan janji" janjinya.
Regata yang tampak lelah melipat baju Bryan mulai sedikit mengantuk lalu matanya tertutup dan tidur di pangkuan Bryan. Sedangkan Bryan yang sudah selesai melipat baju nya mengambil handphone dari sakunya dan tangan kirinya mengelus rambut Regata sedangkan tangan kanannya memainkan handphone nya.
***
pukul 19.00
di Basecamp"Jadi gimana El? lo bisa kan malam ini?" rayu seorang perempuan sambil membelai dada bidang Bryan.
"Kalo gua bisa apa yang akan gua dapet by?" angkuhnya sambil menghisap nikotinnya dengan santai.
"one night stand?" ucap Feby menaikkan satu alisnya dengan mengalungkan tangannya di pinggang Bryan.
"Jam berapa? dimana?" sahutnya dengan santai.
Feby yang mendengar jawaban Bryan langsung melepas tangannya dan menjawabnya dengan cepat "Sekarang. Di jalan Rahaju yang baru dideket supermarket yang sering kalian tongkrong"
"Lo yakin Bry? yang dirumah gimana?" ucap Ezra dengan menatap lekat mata Feby tanda tak suka.
"Lo kenapa sih liat gue kayak gitu ? suka sama gue? sorry malam ini cuma El yg boleh." angkuhnya dengan sombong.
Sontak semua yang ada didalam basecamp tersebut melihat jawaban Feby si wanita blablabla.
"Udah deh by kita kita gak ada yg selera sama lo, kalo cuma body aja yg lo punya gak guna buat kita. Hidup juga butuh uang bukan nafsu" sinis Elang kepada Feby sambil melirik Bryan.
Bryan yang malas berbicara pergi pamit dan langsung menarik tangan Feby keluar dari basecamp "Feb ikut gua, gua cabut duluan bro".
"Sakit El! lepasin tangan aku" ringis Feby karena cengkraman erat Bryan.
"Lo tau? dengan cara bicara lo tadi, lo kayak cewe murahan! Lu punya otak ?"
"Maksud kamu apa? bilang aku cewe murahan? kamu nanya aku punya otak? ya pasti punya, kalok gak, engga mungkin kepala ku keras kayak gini"
"Bodoh. Lu mempertaruhkan kehormatan lu hanya demi pertarungan dan seorang cowok ? Dan lu pikir gue mau ? gue bkn cwo brengsek"
"Selagi sama lo, gue fine fine aja" sepele Feby
Bryan yang mendengar jawaban Feby, hanya bisa bungkam. Bagaimana ada wanita seperti dia "Coba lo mikir, kalau seandainya kehormatan lo gua rebut, apa iya nantinya gue akan sama lo? masa depan gue bukan sama lo!" ucap Bryan dengan penuh penekanan
"Terus siapa? Gata? cih cewe tolol gtu?" acuh Feby dengan membuang mata ke arah lain tak menatap manik sang idaman hati.
"Gak usah bawa nama org lain Feb! and then lo lebih rendah dri dia" sargas Bryan. Bryan tidak suka jika ada urusan yg harus disangkut pautkan dengan Regatanya.
"Lo kok gini sih El? berubah! pas itu aja lo pegang sana sini gue, sekarang lo malah bilang gue cewe murahan? bullshit" angkuh Feby dengan mengesedekapkan tangannya didepan dada.
Bryan tak lagi angkat bicara masalah Feby, kini handphone nya berdering. Sudah 5 kali Gata menelfon nya, namun sama sekali tak ada jawaban dari Bryan. Ini kali ke-6 Gata menelfon nya.
"Gue cabut" sinisnya lalu pergi meninggalkan Feby di bawah turunnya air mata sang alam.
Melihat kepergian Bryan hati Feby perih nan sakit, sudah berapa kali dia dijadikan bahan pelampiasan? namun dia tetap kukuh memilih Bryan sebagai kekasihnya. Segala usaha akan Feby lakukan hanya untuk mendapatkan Bryan, dan bagi Feby penghalang dari cintanya adalah Regata Xaviera. Ya Feby sangat membenci Regata.
***
pukul 23.37
di rumah"Udah berapa kali dibilangin? jangan manja" ucapnya sambil bersender di ujung pintu kamar yang terbuka.
Orang yang dipanggil pun menoleh dari ayunan dekat balkon dengan cemberut masam, pasalnya sudah berjam-jam ia menunggu namun tak datang - datang.
"Gata males aja dirumah gak ada iyan, iyan kemana aja? telfon gata gak diangkat angkat" ucap Gata sambil mengayunkan kedua kakinya.
"Tadi di basecamp sama temen-temen, lagi ngomongin tentang liburan" asalnya. Memang dasar Bryan pembual, tak pernah jujur terhadap Gata.
Mendengar kata liburan mata Gata berbinar menatap manik Bryan dengan lekat. Oh sungguh Bryan yang ditatap langsung memalingkan wajah, karena dengan melihat manik Gata, Bryan lemah seakan dia bukanlah seorang pria.
"Liburan? Gata ikut boleh? Gata bosen kalok gak ada iyan" serunya dengan girang
"Tapi bohong hahahaha" utas Bryan mendekati tepat tidurnya. "Sini" ucap Bryan serak sambil menepuk-nepuk kan kasurnya mengisyaratkan Gata agar duduk disampingnya.
Gata bangun dari ayunan nya, sambil bersenandung riang ia menuju ke tempat tidur.
Gata duduk disamping Bryan, dengan posisi Bryan merangkul erat Gata. Mungkin mereka seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran bagi orang lain. Namun bagi mereka itu hal yang biasa.
***
TBC
segitu dulu, semoga kalian yang membacanya suka. jangan lupa voment^^
salam dari mak nya Bryan❣️
06 Februari 2020
YOU ARE READING
BRYANTA
Teen Fiction"Hidup itu sulit, kenapa harus ada penyesalan di akhir? kalau gua jadi profesor gua mau ngubah itu kata jadi penyesalan ada di awal. " - Bryan Ananta Ada kalimat yang paling melekat di Bryan dari Regatanya 'selalu percaya sama tuhan, jangan mengeluh...