"Kalau gak ada kamu hidup aku sesak. Alasannya? karena kamu pasokan oksigen ku. Aku harap kamu mencoba untuk mengerti apa yang ku maksud"–Regata Xaviera
***
Kini bintang tengah berhamburan di tengah dinginnya malam yang sepi, cahaya kerlipnya menerangi dunia, oh bukan cahaya bintang yang menerangi namun bulan. Yap bulan lah yang memberi sinar senju malam ini.
Gata tidak bisa tertidur, dia bermimpi buruk. Ingin rasanya Regata membangunkan Bryannya, namun ia tak setega itu membangunkan pria yang kini tengah tertidur pulas di bawah alam sadar nya.
Gata menuju balkon utama, duduk sambil menghirup udara malam ini. Tersenyum menatap rembu sang bulan yang benerang berwarna putih.
Gata tidak tidur seharian, mimpi nya membuatnya takut untuk tertidur kembali. Padahal besok hari sekolah, seharusnya dia tidur tidak bergadang.
***
pukul 06.30
di tempat yang sama"Hm pagi dunia, pagi Gat-" baru saja matahari membangunkan Bryan, kini ia menyapa dunia dan menyapa Regata, namun saat ia menghadap ke sebelah kiri ranjangnya, Regata nya sudah tidak ada. Entahlah dia pergi kemana. Yang dilakukan nya sekarang adalah bergegas ke kamar mandi.
Butuh waktu 15 menit saja untuk Bryan bersiap - siap berangkat kesekolah. Dia memang pria malas, namun masalah bertapa di kamar mandi dia bukan ahlinya. Mandi saja hanya membutuhkan waktu 5 menit. Itu mandi atau gosok gigi?
Bryan keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar seberang untuk mengecek Gata, tapi nihil. Hasilnya nihil tidak ada Regata. Tas nya juga sudah tidak ada. Hatinya tak tenang jika tak melihat Regata pagi - pagi, seperti orang linglung kalau Regata tak ada disampingnya. Mungkin karena sudah biasa.
Kini ia turun ke lantai utama, ingin ke dapur untuk sarapan. Dan betapa leganya hatinya melihat Regata tengah duduk di meja bundar dapur.
"Pagi - pagi kok udah ngilang. Kamu buat apa?" tanya nya mencubit pipi Regata ,Bryan duduk di depan Regata bukan disamping.
"Aduh sakit!" Gata memukul tangan Bryan namun tak keras. "Gata buat nasi goreng enyak, Bryan pasti suka"
Bryan tak membalas hanya sebuah senyuman kecil yang ia beri, bukan hal yang tidak biasa jika Regata membuat sarapan. Regata layaknya ibu rumah tangga. Bangun pagi lalu memasak untuk seisi rumah bukanlah hal yang sulit baginya. Regata hanya tak suka jika nantinya Bryan memakan masakan orang lain, baginya hanya dia yang boleh memasak untuk Bryan.
Regata bukanlah majikan rumah yang sok pengatur dan melarang pembantu nya ini itu. Namun sekali melanggar semua akan mendapat omelan bagai toa oleh Regata, dan Bryan hanya bisa menutup telinga nya. Sangat menjengkelkan dan cerewet.
"Gata ingin berangkat bersama Iyan, Gata gak mau sama pak kumis" rengek nya kepada Bryan
Pasalnya Bryan kalau mengantarkan Regata hanya seminggu 2 kali. Alasan klasik Bryan selalu diberikan kepada Regata. Entah lah alasannya itu gak penting dan gak usah di denger. Contohnya aja "aduh Gata, Iyan lupa ngambil sempak di Ezra, kayaknya kamu berangkat sama pak Ijan aja biar gak telat" atau "perut Iyan sakit, kayaknya bakalan keluar gas alam terus, kamu gak mau kebau-an kan?" atau semacamnya intinya gak penting!
"Iyan seharusnya ngantar jemput Gata dong! biar kayak resep dokter 2 kali sehari! bukan 2 kali seminggu! pokoknya sekarang Gata mau sama Iyan, gak menerima alasan klasik!" Gata memajukan bibirnya beberapa sentimeter bukan beberapa meter biar gak terlalu maju ntar jontos.
Bryan diam sejenak berfikir ingin membuat alasan yang baru dan rumit agar Gata tidak pergi bersama nya. Pasalnya mana pernah yang namanya Bryan Helzam selalu datang tepat waktu yang ada bolos pelajaran ke 1-3 habis itu baru sekolah.
"Engga usah buat alasan baru biar bisa bolos! intinya Gata berangkat sama Iyan titik!" Gata bangun dari kursinya menghentakkan sendok nya membuat Bryan tersentak.
"Iya sayang, gak usah marah - marah gtu, duduk ayo sarapan lagi" halusnya meraih tangan Regata. Bryan harus berbuat apa lagi? Ratu nya saja sudah marah? rencananya tidak akan berjalan lancar kalau begini.
"Iyan mau bawa bekal kesekolah?" tanya Gata polos sambil menyuap masi gorengnya ke mulut ayam, eh bukan maksudnya ke mulutnya.
Ini nih kalau sudah sarapan ending nya bakal nanya yang kaya gini. Bryan malas kalau sudah membahas tentang membawa bekal, dari satu topik bisa ke topik lain.
"engga usah, iyan udah kenyang" jawabnya malas yang mulutnya masih berisi makanan.
"duh kenapa sih cowo kalau disuruh bawa bekal itu gak pernah mau! gengsian nya terlalu besar, hufh gengsi di gedein" oceh Gata.
Nah kan mulai, pasalnya cowo mana yang mau membawa bekal dengan kotak nasi berwarna pink? bukan mau memperbesar gengsi, namun ingin memperbesar anu. Eh ga deng.
"Gata stop it oke, mau berangkat bareng? ayo udh mau jam 7 ini" ucapnya yg sinis sambil melirik jam tangannya.
Regata tak menjawab dia diam, berdiri, dan pergi ke garasi. Wanita mana yang tidak seperti ini? kalau sudah begini di mata lelaki cewe serba rumit, kalau mata perempuan? cowo serba salah dan kurang pengertian.
***
pukul 07.10
di sekolahMereka tiba disekolah tepat pukul 07.10, sebenernya di dalam mobil banyak perdebatan yang diluncurkan. Namun author malas untuk menceritakan, karena rumit.
Bryan memakirkan mobilnya di parkiran sekolah.
Bryan menoleh ke sampingnya, ya masih sama Regata masih cemberut dengan bibir di monyongkan, Bryan bukan jiji melihatnya namun gemas. Bibir Regata itu merah alami tanpa oles-olesan lipbalsam sama sekali. Mungkin pria lain yang melihatnya ingin segera menciumnya. Nafsu oh nafsu."Masih aja ngelamun, kamuu mau dianter atau jalan ke kelas sendiri?" tanya nya.
Regata memutar bola mata nya, lalu menoleh ke arah Bryan "Gak usah! gak perlu! Gata bukan anak kecil!" jawabnya dengan penuh penekanan!
Oke fine Bryan bukanlah orang yang mudah perhatian. Sekali perhatian lalu ditolak ya bodo amat "Ya udah hati-hati" acuhnya
"Ih Iyan! peka kek, seharusnya kalok Gata marah ya di bujuk, dihibur kek atau apa. Emang gak pengertian" tegas nya dengan menahan tangan Bryan.
Nah serba salah lagi, kalau sudah begini Bryan yang malas mood nya menjadi turun seperti tensi. Kayak cewe pe em es.
"Gata please ok! jangan manja - manja, kenapa sih susah dibilangin? kamu kayak batu susah dibilangin! apa yang kamu mau harus dilakuin, Iyan bukan robot paham!" bentaknya lalu pergi keluar dari mobil, meninggalkan Gata sendirian.
"Gata bukan batu, Iyan yang batu. Gata cuma pengen Iyan selalu ada buat Gata dan mengerti gata. Gata bukan memaksakan Iyan untuk melakukan sesuatu, namun gata hanya ingin bersama dengan Iyan tanpa penghalang" batin Gata pedih meninggalkan mobil yang terparkir di suasana sunyi nya.
***
TBC
Semoga kalian suka dan jangan lupa voment oke^^ karena setiap saran dari kalian itu penting
salam dari mak nya Bryan❣️
19 Februari 2020
YOU ARE READING
BRYANTA
Teen Fiction"Hidup itu sulit, kenapa harus ada penyesalan di akhir? kalau gua jadi profesor gua mau ngubah itu kata jadi penyesalan ada di awal. " - Bryan Ananta Ada kalimat yang paling melekat di Bryan dari Regatanya 'selalu percaya sama tuhan, jangan mengeluh...