Ternyata

4.1K 149 3
                                    

Kesibukan Shera bertambah, sebagai seorang mahasiswi kedokteran tiada hari tanpa belajar,  tugas, nyicil skripsi, dan sebagainya.

"Eh Shera malam ini kita jalan kemana gitu, sekali-kali ya kan,  itung-itung refresh otak" Ucap Indira.

"Oh bole--" Ucapan Shera terhenti lantaran telponnya berdering.

"Assalamu'alaikum Bunda, iya ada apa?"

"Wa'alaikumsalam sayang,  malam ini bisa gak kamu jangan kemana-kemana dulu,  soalnya kita akan makan malam sama keluarga calon suami kamu"

"Hmm...ya udah kalo begitu"

"Maaf ya In, aku diajak Bunda makan malam" Ucap Shera tak enak hati.

"Loh,  emang biasanya begitukan"

"Tapi kali ini outdoor"

Indira menganggukan kepalanya. "Oke kalo begitu,  santai aja kok" Ucap Indira. "By the way emang mau makan di mana?" Tanya Indira.

"Emm...gak tau deh, aku si ngikut aja"

"OH--ASTAGHFIRULLAH!" Teriak Indira setelah melihat jamnya.

"Kenapa In?" Tanya Shera Khawatir.

"Aku harus ketemu pak Reza di ruangannya,  yaudah aku duluan ya" Ucap Indira sambil membereskan buku-bukunya.

"Assalamu'alaikum" Salam Indira

"Wa'alaikumsalam" Shera geleng-geleng kepala melihat tingkah laku temannya.

Shera kembali berkutat dengan laptopnya.

                   🐌🐌🐌🐌🐌🐌🐌🐌

Di kediaman keluarga Adinata sedang bersiap-siap untuk pergi ke sebuah restoran terdekat. Untuk makan malam bersama calon istri anaknya.

"Haduh Raihan kamu ini gimana sih,  kamu itu mau ketemu calon istri Han, masa pakaian kamu kaya mau nemuin clien, ganti cepet yang lebih casual"Rena heran sama anaknya ini. Dia kan mau ketemu calon istri masa pake baju kaya mau ke kantor.

"Mah Han tuh baru pulang, lagian kalo mau Han pakai baju santai ya gak usah buru-buru kali"

"Gak bisa Han, lagian siapa suruh pulang kesorean,  kan mamah sudah katakan untuk pulang cepat"

"Ya makanya biarin Han mandi dulu"

"Tapi kelamaan Han"

"terserah mamah ajalah"

Perdebatan mereka tak ada habisnya. Akhirnya sesuai keputusan Adnan mereka berangkat dengan Raihan masih mengenakan pakaian kantornya. Karena takut keluarga calon istri anakny menunggu terlalu lama.

Di lain tempat, Aida sedang menatap putrinya dengan takjub. Hanya mengenakan jilbab berwana coklat yang cantik serta khimar yang menutup sebagian tubuhnya menambah kecantikan putrinya.

"Cantiknya anak Bunda" Aida mengelus puncak kepala putrinya.

"Terima kasih bundaku sayang"

"Nak, nanti ketika kamu telah menjadi istri, patuhi apa yang suami mu minta nak, jika itu masih dalam kebaikan dan sesuai ajaran islam, berbicaralah dengan lemah lembut. Jangan sekali-kali berani melawan perintah suami selagi itu masih dalam kebaikan. Nak meskipun kamu nanti telah menikah,  kamu tetap putri bunda yang bunda sayangi" Ucapan Aida diiringi oleh lelehan air mata. Sebentar lagi putrinya akan menikah, maka akan jarang sekali ia akan bertemu dengan putrinya yang ia rawat dengan kasih sayang.

Tak Lagi SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang