#NIGHTMARE 02

104 17 0
                                    

Kaki nya terlihat sudah membengkak biru. Sangat sakit saat ia buat jalan. Ini gara-gara harus terkilir saat jalan di trotoar tadi, masih untung tidak sampai jatuh.

"Sakit ya kak?" Vanya langsung kaget saat melihat Nala sudah berdiri di ambang pintu. Jelas diri nya kaget karena ini sudah jam 1 malam ia belum bisa tidur menahan sakit kakinya. Lampu kamar juga sudah ia ganti dengan lampu tidur jadi lebih redup.

"Ish...Sejak kapan kamu berdiri disitu Nala?" Gerutu nya dengan mendengus kesal. Hampir aja dirinya jantungan karena tingkah adiknya itu.

"Kenapa kakak ga bilang kalau habis jatuh? Mau sok kuat ya tadi di depan Nala, iya?" Vanya mengabaikan adiknya dan menyembunyikan rasa sakit di kaki nya. Ia lalu menatap Nala dengan tersenyum.

"Cuma kekilir tadi di jalan. Tapi udah gapapa" Kaki nya langsung ia tutupi dengan selimut.

"Jangan bohong Nala bukan anak kecil lagi" Ucap Nala berjalan dan duduk di pinggiran kasur. Ia membuka selimut yang menutupi setengah dari kaki Vanya. Nala menatap kakaknya sekilas lalu mengoleskan salep yang ia bawa.

Vanya terharu dengan perilaku adiknya yang sudah dewasa di hadapannya sekarang. Mengingat Nala yang dulu hanya lah seorang anak kecil yang masih belum bisa apa-apa. Harus menerima kenyataan jika diri nya harus hidup tanpa asuhan ibu nya. Vanya selalu menangis jika menatap adiknya itu. Kenapa Tuhan harus memberi nya cobaan seperti itu pada nya dan juga adik nya. Bahkan mentalnya seperti sudah berantakan, setiap hari harus menggantikan ibu nya dan selalu mendapat penyiksaan dari ayahnya.

Vanya meringis saat Nala sedikit memijit kaki nya dan langsung mengusap air mata nya yang sudah keluar sebelum Nala melihat jika ia menangis.

"Tahan sedikit aja ya kak, mungkin ini sakit tapi akan segera sembuh" ucap Nala menatap kakak nya meyakinkan. Vanya hanya mengangguk untuk membalas ucapan adiknya itu. Ia menutup mata untuk menahan sakit saat Nala mengurut kaki nya.

Nala dengan pelan mengusap kaki kakak nya dan sesekali melihat wajah kakaknya yang mengaduh sakit. Senyum tipis terukir di wajah Nala saat menatap kakak nya. Sungguh ia sangat bersyukur mempunyai kakak yang sudah iya anggap menjadi ibu dan juga menjadi kakak nya. Ia membayangkan jika tidak ada Vanya mungkin diri nya tidak akan bisa hidup sampai sekarang bersama ayah nya. Entah apa yang bisa ia balaskan pada kakak nya itu yang sangat sabar mengurus nya dari kecil.

"Kak udah selesai" Vanya langsung membuka mata nya dan melihat Nala yang tersenyum menatapnya.

"Kakak lucu ya ternyata kalau di lihat kaya gitu" kekeh Nala lalu mendapat pukulan pelan dari Vanya. Vanya mendengus kesal melihat adiknya itu. Jelas ia sudah menahan kaki nya sakit malah di goda sama adiknya.

"Sakit tau huh... Bisa bisanya kamu ketawa gitu" gerutu Vanya dengan wajah datarnya.

"Iya iya maaf. Tapi beneran kakak lucu ahaha" Nala terus saja menggoda kakaknya itu dan terus tertawa melihat tingkah kakaknya yang menurut nya lucu.

Di hati nya Vanya sangat senang melihat adik nya tertawa seperti itu. Sangat jarang semenjak kepergian Ibu nya meninggalkan mereka berdua dari kecil Nala menjadi anak yang introvert. Lebih sering mengasingkan diri dari orang lain dan mengabaikan entah apapun itu hal penting atau tidak selain bersangkutan dengan kakaknya.

____<<•••>>____

"Lo ga mikir apa setelah kemarin lo hancurin rapat penting Papa, sekarang lo mau batalin lagi?"

Diri nya sangat emosi menatap orang yang duduk santai memainkan ponsel di ruang kerjanya itu. Bagaimana tidak, dari tadi dirinya berbicara panjang lebar tapi hanya di anggap seperti angin lewat. Sedari tadi ia berteriak, tidak ada niatan sama sekali orang di hadapannya itu mengalihkan pandangan dari layar ponsel nya.

Drrrtttt.... (nada is calling)

"Ada apa?"

...

"Terserah lakukan semau mu"

Ponsel itu langsung di tutup. Lalu ia berdiri dan berjalan mengabaikan orang yang menatap nya tidak percaya. Sangat sia-sia memang jika berbicara dengan pria seperti dia, tidak pernah menghargai keputusan orang lain dan sangat egois hanya memikirkan diri nya sendiri.

"ck SIALAN ARRGGHHHH....gue lagi gue lagi yang bakal kena marah papa. Dasar Gavin brengsek sialan" Zio mengacak rambutnya sendiri dan memukul meja di hadapan nya.

thank you bestie udah baca chapter ini ahaha. SERU GA? jangan lupa tinggalin votment nya ya. have fun and happy reading ❣️🦋

NIGHTMARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang