Dream Comes True

51 11 0
                                    

StOrY bY seokjinhae194


"Kamu mau nggak jadi pacarku?"

"Bukannya kamu terganggu yha sama keberadaanku! Bukannya kamu bilang aku nggak penting!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari ini adalah hari kelulusan bagi anak SMA Dirgantara. Nadysa Aurellia, hari ini dia akan mengutarakan perasaannya kepada Ferdy Alvaro, cowok yang dia sukai selama dua tahun terakhir.

Hei, jangan hujad Nadys. Jangan berpikir Nadys cewek apalah-apalah. Bukannya saat ini adalah masa reformasi bagi kaum perempuan untuk bisa mengutarakan keinginannya atau mengungkapkan perasaannya kepada lawan jenisnya.

Awalnya Nadys berpikir ia tidak mau mengutarakan isi hatinya kepada Ferdy. Namun bagaimana lagi, dia telah berpikir selama beberapa hari dan ia mendapatkan satu kesimpulan dia ingin saat pengumuman kelulusan tiba dia akan mengutarakan perasaannya.

"Ferdy." panggilnya.

"Ada apa?" jawabnya cuek.

"Aku mau bilang sama kamu sebentar aja, tapi nggak disini."

"Kalau mau ngomong yha tinggal ngomong aja."

"U-umm. Aku cinta sama kamu. Aku sayang sama kamu. Udah dari dua tahun yang lalu. Aku mau kamu terima aku jadi pacarmu." ucap Nadys.

"Gue yakin lu gangguin gue selama ini gegara lu suka sama gue kan? Lu itu pengganggu tau nggak sih. Lu tuh gak penting mending jauh jauh dehh. Dan ingat jangan pernah ganggu gue lagi atau lu bakal tau akibatnya. Awas minggir." ucap Ferdy lalu pergi.

Nadys hanya terdiam tanpa membalas perkataan menyakitkan yang telah Ferdy ucapkan tentang dirinya. Namun, dua bulir cairan bening mengalir dikedua pipinya.

Ia terduduk di tepi lapangan sendirian. Padahal semua orang berada di halaman belakang sekolah yang sangat luas.

Nadys menangis dan menyesal telah mengutarakan perasaannya kepada Ferdy. Jika saja ia tak bertindak bodoh, pasti kejadiannya tidak akan seperti ini.

"Nadys, ternyata disini. Padahal udah dicari kemana-mana." ucap Gita temannya. Dan terdengar suara tangis Nadys.

"Dys kamu gak papa kan? Kok nangis sih?"

"Aku bodoh Gi, hiks... kalau aja aku gak bilang sama dia...hiks...dia gak akan jauhin gue, bilang gue pengganggu dan gak penting."

"Kamu bilang sama Ferdy? Yaampun Dys. Kok kamu gak bilang sama aku sih? Kalau kamu bilangkan aku bakal bantuin kamu. Kamu itu sahabatku, semua yang menyangkut kamu aku juga bakal ikut merasakannya."

"Aku harus gimana Gi?"

"Lupain dia Dys, dia udah buat kamu sakit dan nagis kaya gini. Kamu mau sampai kapan nunggu dia. Dan nggak bakal ada perubahan. Semoga akan ada karma untuknya." ucap Gita.

"Aku nggak mau dia kena karma Gi aku cuma pengin dia sadar dengan rasa cinta yang kupunya." ucap Nadys tetap kekeh.

"Hmm oke. Tapi disaat kamu lelah yakinlah akan ada laki-laki yang akan memilihmu. Ataukah bakal Dream Comes True dari Dream Catcher yang ada di jendela kamarmu akan benar berfungsi." ucap Gita.

A few years later....

"Duhh capeknya, lembur terakhir. Besok harus berangkat pagi." ucap Nadys sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya juga meliuk-liukkan badannya.

Saat ini sudah hampir enam tahun berlalu. Nafys sudah bekerja disalah satu perusahaan ternama selama tiga tahun terakhir bahkan sebelum ia diwisuda.

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang