Suara guntur yang saling bersahutan tiada hentinya. Diikuti kilauan cahaya yang menyambar-nyambar di tengah kegelapan malam.
Seharusnya rembulan biru bersinar penuh di langit. Namun, kini awan hitam menjadi sang penguasa malam.
Di Atas menara yang tinggi dua sosok bertudung hitam berdiri bersisian. Membuka sebuah relik sihir yang memisahkan kedua dunia.
"Sudah saatnya." Suara yang jernih berkata dengan tegas, membuat sosok yang lainnya mengalihkan pandangan ke arahnya. "Panggillah Sang Pendatang kemari, sebelum semua terlambat."
"Saudaraku." Ucapnya dengan lembut. "Apakah mudah bagi Sang Pendatang untuk menerima takdirnya disini? Sementara dunia ini tiada hubungannya dengan dirinya."
"Aku hanya cemas." Jawab suara yang tegas tadi dengan sedikit lebih lembut. "Sang Kegelapan sebentar lagi akan bangkit. Sementara itu, tanpa Sang Pendatang kita tidak bisa mengumpulkan ketujuh batu itu."
"Bukannya bangkitnya sang kegelapan sudah diputuskan semesta sejak awal?"
Itu bukanlah pernyataan, melainkan sebuah pertanyaan. Ini merupakan sebuah permainan takdir. Akankah sang kegelapan berhasil bangkit? Sedangkan di sisi lain apakah Sang Pendatang bisa menerima takdirnya.
"Aku akan mengirim pesan terhadap semua tetua untuk mempersiapkan pemanggilannya."
Bersamaan dengan itu, dia perlahan menghilang diikuti sosok yang lainnya.
.
.
The Soul Of The Light
a/n : Yeayyy akhirnya yeayyyy.... Di publish ulang ya
Salam Fantasia,
-Sora
KAMU SEDANG MEMBACA
The Soul Of The Light
Fantasy#Book 1 of The Soul Series Dulu dikisahkan tentang sebuah cerita, kisah tentang sebuah batu yang berpendar. Batu yang dapat mengabulkan ribuan pinta. Sebuah batu yang dipeluk erat oleh sang putri cahaya. Walaupun hanya sebuah legenda, cerita itu tel...