Prolog

75 16 13
                                    

Suara guntur yang saling bersahutan tiada hentinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara guntur yang saling bersahutan tiada hentinya. Diikuti kilauan cahaya yang menyambar-nyambar di tengah kegelapan malam.

Seharusnya rembulan biru bersinar penuh di langit. Namun, kini awan hitam menjadi sang penguasa malam.

Di Atas menara yang tinggi dua sosok bertudung hitam berdiri bersisian. Membuka sebuah relik sihir yang memisahkan kedua dunia.

"Sudah saatnya." Suara yang jernih berkata dengan tegas, membuat sosok yang lainnya mengalihkan pandangan ke arahnya. "Panggillah Sang Pendatang kemari, sebelum semua terlambat."

"Saudaraku." Ucapnya dengan lembut. "Apakah mudah bagi Sang Pendatang untuk menerima takdirnya disini? Sementara dunia ini tiada hubungannya dengan dirinya."

"Aku hanya cemas." Jawab suara yang tegas tadi dengan sedikit lebih lembut. "Sang Kegelapan sebentar lagi akan bangkit. Sementara itu, tanpa Sang Pendatang kita tidak bisa mengumpulkan ketujuh batu itu."

"Bukannya bangkitnya sang kegelapan sudah diputuskan semesta sejak awal?"

Itu bukanlah pernyataan, melainkan sebuah pertanyaan. Ini merupakan sebuah permainan takdir. Akankah sang kegelapan berhasil bangkit? Sedangkan di sisi lain apakah Sang Pendatang bisa menerima takdirnya.

"Aku akan mengirim pesan terhadap semua tetua untuk mempersiapkan pemanggilannya."

Bersamaan dengan itu, dia perlahan menghilang diikuti sosok yang lainnya.

.

.

The Soul Of The Light

a/n : Yeayyy akhirnya yeayyyy.... Di publish ulang ya

Salam Fantasia,

-Sora

The Soul Of The LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang