2.Tugas

32 7 1
                                    

Aku menatap ragu uluran tangan gadis itu. Aku menepisnya.

"Hei kau tidak tahu terimakasih ya, aku sudah menyembuhkan lukamu itu."

Oh...

Ternyata dia yang menyembuhkan lukaku.

"Kalau begitu terimakasih"

"Heiii...." gadis itu berteriak tapi berhasil di bungkam oleh sosok pria berambut hitam di belakangnya.

Ngomong-ngomong warna rambut gadis ini pirang, sangat indah. Matanya sebiru langit. Jika dia bisa sedikit sopan dan kalem, mungkin dia akan benar-benar menjadi sosok tuan putri.

"Baiklah Tuan, kau bisa mengikutiku." ucap pria itu.

Seperti yang mereka katakan, aku mengikuti di belakang mereka.

Kami berjalan di lorong istana dengan karpet merah sebagai pijakannya. Aku hanya bisa menatap takjub dengan apa yang aku lihat.

Tembok tinggi dan pilar-pilar berwarna putih nampak senada dengan cahaya lampu kristal di atas. Vas bunga dan lukisan perang berjajar rapi dengan interval yang sama di sepanjang jalan.

Anehnya adalah aku sama sekali tidak melihat prajurit.

"Kalian bilang ini istana bukan? Tapi mengapa terasa sepi sekali."

"Ini hanya reruntuhan." jawab gadis itu cepat.

"Oh..." aku hanya bisa ber-oh ria dengan jawaban yang seperti itu.

"Lalu kita akan kemana? Dan mengapa kalian tinggal di reruntuhan istana ini, istana ini nampak masih sangat terawat dan sebenarnya kalian siapa dan tujuan kalian—"

Bugh!

Gadis itu menendangku dengan keras sekali. Masa depanku nyaris terancam.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku.

"Bisa tidak kau diam dan mengikuti kami saja?" balas gadis itu masih dengan nada menyebalkannya.

Cukup.

"Tidak sopan."

"Yang tidak sopan itu dirimu" balas gadis itu.

Baiklah mungkin itu benar. Mereka terhenti ketika sudah sampai pada pintu kayu besar. Kurasa ini belakang istana.

Pria itu membukan kunci gerbang itu. Ini aneh sekali. Jika ini reruntuhan kenapa mereka bisa memiliki kunci. Jangan-jangan ada rahasia di balik istana ini. Ah, sudahlah tidak penting.

"Ayo," lagi, gadis itu menarikku keluar. Cahaya terang yang tiba-tiba, membuat mataku spontan terpejam. Aku dapat merasakan angin sejuk mengenaik diriku.

Perlahan, aku membuka mata. Aku di buat takjub dengan apa yang aku lihat.  Sebuah danau luas dan padang rumput berwarna keunguan. Ini jelas tidak ada di bumi.

Aku melangkahkan kakiku ke pinggir danau. Aku dapat melihat danau berwarna biru itu. Dan kini aku menyentuh airnya. Sungguh sangat menyegarkan.

Tiba-tiba ada yang menggangguku.

Turun salju?

"Ini adalah salah satu tanda kemunculan sang kegelapan."

Sudah kuduga mereka pasti ingin aku menyelamatkan dunia ini. Mereka gila!

Sosok pria itu duduk di sampingku, membuatku mau tidak mau harus mensejajarkan posisiku dengannya.

"Nah, Tuan ... Bolehkah saya mengetahui namamu?" tanya pemuda itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Soul Of The LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang