Jika dengan kehilanganku membuat mereka menangis, kumohon tuhan biarkan aku hidup lebih lama lagi, walaupun hanya sebentar.
Mata sembab rinjani membuatnya harus mengulur waktu pulang, jika ia pulang dengan keadaan sepeti tadi yakin 100% orang tuanya akan menyuruhnya pindah kampus, dlihatnya banyak anak lelaki seusianya yang sedang bergelombol membelakanginya, mungkin itu mahasiswa yang sedang demo, rinjani masuk kedalam grombolan itu, karena itu satu satunya jalan tercepat untuk segera sampai dirumah karena dia sudah janji untuk tidak pulang telat hari ini, 'prangkkk' suara besi beradu berhasil membulatkan mata rinjani, dia melihat sekeliling bukan mahasiswa yang sedang demo melainkan tawuran, sial kenapa dia tidak bisa membedakan mana tawuran dan demo. Kaki rinjani membeku seketika, mlutnya kelu tidak bisa berkata apa apa dia bingung harus berbuat apa pikirannya kacau ia hanya mau pulang, genggaman tangan sontak membuat rinjani kaget ia menoleh
"hai cantik, kamu ngapin disini? Kamu mata mata deren bukan?"
Matanya membuat 'deren' apa anak itu ikut dalam tawuran ini , rinjani hanya diam dia takut bahkan sangat takut
"dibayar berapa lo sama deren duat jadi mata mata ha?" seketika genggaman itu semakin kuat, tangannya sakit dan rinjani meringis karena tangannya mulai mmerah akibat cengkraman kuat laki laki itu/
Mata deren membulat ketika melihat gadis itu berada di tengah tengah mereka, entah apa yang cewe itu pikirkan sampai bisa masuk kedalam tawuran ini, "pintar tapi bodoh" umat deren yang terus berkelahi, seketika pukulan nya berhenti ketika ia melihat fero mendekati gadis itu dan mencengkram tangan gadis itu kuat membuat nya tau seberapa kerasnya fero mencengkram tangan gadis itu.
"lepasi dia" kata deren yang terus melepaskan lengan gadis itu dan menariknya
"tenang bro, gue Cuma megang tangannya santai ajah. Cantik juga cewe lo"
Bughhh
Satu pukulan tepat mendarat di rahang fero membuatnya jatuh terkapar, namun fero bangkit dan mulai membalas pukulan itu. Mereka berkelahi membabibuta membuat kepala rinjani pusing dan mual karena bau darah yang ada di mana mana, seketika itu juga pandangannya kabur tan tubuhnya ambruk.
"bos, lo yakin dia ngga papa?" Tanya altar
"hm"
"kalo dia mati gimana"
"kalo dia amnesia, kalo dia lapor polisi gimana"
"bacot loh" kata deren
Anjani perlahan membuka matanya, langit langit ruangan yang kusam membuatnya berfikir apa yang terjadi padanya, matanya tertuju pada empat orang yang tengah duduk di sofa membelakangi diri, dia ingit kenapa dia pingsan, langsung dia melihat arlojinya 'gue telat papsti mamah kawatir' katanya dalam hati
"makasih udah nolongin gue, gue mau pulang" katanya pada keempat laki laki itu
"hei cantik, ketemu lagi, masih ingit sama gue kan" kata aldi
"hmm, gue ngga punya banyak waktu, sekarang kasih tau gue ini daerah mana, gue mau pulang"
Deren bangkit dari duduknya dan mendekati gadis itu, reflex rinjani melangkah mundur
"lo mau apa hah?"
"lo ngapain di sana tadi hah" Tanya deren dengan tangan turus ketembok mengunci tubuh rinjani disana, gugup itu satu kata yang bisa menggambarkan nya sat ini bagaimana tidak sekarang dia bersama empat orang laki laki yang dia tidak kenal dan entah dimana ia sekarang.
"em..em..gu..gue kira tadi demo" jawaban anjani justru membuat ketika teman deren tertawa keras
"apa yang llucu?" Tanya rinjani

YOU ARE READING
RINJANI
Novela JuvenilRinjani menyukai hujan, tapi ia harus menghindarinya. Rinjani menyukai pantai tapi alam tidak bersahabat dengannya. haruskan rinjani menghindar dari seseorang yang sudah membuatnya jatuh cinta untuk yang kedua kalinya? adakah yang terluka lagi? Atau...