ASOR (1)

3.9K 107 2
                                    

"Kirana mau kemana?!" Kirana hanya mencebik bibir kesal dan berjalan tanpa memperdulikan teriakan Dinda yang membahana di koridor kampus.

Untung saja koridor yang Kirana lewati kosong, Kirana paling tidak suka menjadi pusat perhatian.

Kirana berhenti mendengar teriakan sahabatnya mengatakan dia berhenti dan memutar badannya menghadap Dinda yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Dengan berlari kecil, akhirnya Dinda sampai di depan Kirana dengan nafas memburu. "makanya jangan pendek Din." Dinda mendongak dan menatap Kirana kesal.

"Jangan mulai deh Ki" Dinda menatapnya kesal. Kirana hanya mendengus geli dan menarik pergelangan tangan Dinda menuju ruang bimbingan skripsi Kirana.

"Aku gak ikut masuk!" tolak Dinda. Kedua gadis itu berhenti di depan pintu ruangan bimbingan skripsi Kirana yang sepi.

Kirana mengernyit heran. "kenapa?"

"takut meleleh kalau ketemu pak William" Cengiran Dinda semakin lebar dengan mata menggoda Kirana.

Kirana mendengus kesal, "berlebihan. aku masuk dulu".

Dinda mengangguk, lantas berlari menjauhi Kirana, "aku ke kantin daripada nunggu kau berduaan dengan pak William. Hati-hati ya Ki jatuh cinta sama bapak itu".

Setelah Dinda menjauh, Kirana mengetuk pintu dosennya sepelan mungkin sambil berdoa agar pak William sedang mengajar di kelas. Tapi doanya tidak terkabul melihat pintu di depannya perlahan terbuka.

"selamat siang pak" William terkejut melihat Kirana berdiri dihadapannya. namun sedetik kemudian berubah menjadi datar.

"Ada apa?" William membuka pintu ruangannya lebar, kemudian meninggalkan Kirana yang masih berdiri tanpa bergerak sedikitpun. "kenapa tidak masuk?" segera mungkin Kirana masuk kedalam ruang kerja dosennya itu ketika mendengar suara  William.

"Boleh saya duduk pak?" Kirana menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tidak berani menatap kedua bola mata dosennya yang menatapnya tajam.

William tersenyum tipis mendengar panggilan Kirana kepadanya, "tentu" Dan Kirana mulai risih saat William menatapnya setajam mungkin. "Jadi apa yang membawamu kemari Nona Sheehan?"

Kirana mendongak dan membuang muka saat matanya beradu dengan mata tajam itu, "saya ingin memberikan dokumen skripsi saya pak. Ini " Kirana menyodorkan skripsi yang disusunnya berbulan-bulan lalu dengan cemas.

William berdecak kagum ketika selesai membaca skripsi yang disusun Kirana. 'bagaimana bisa gadis ini membuat skripsi sesempurna ini?' batin William.

"Ini yang namanya skripsi?"

Kirana berjengit kaget mendengar perkataan William yang datar.

"i-iya pak"

"Apa yang ada dipikiran mu sehingga memberikan skripsi banyak kesalahan seperti ini padaku? Apa kau sudah merasa pintar sehingga selama kelas bimbingan kau tidak pernah datang selama ini?" Kirana meringis pelan mendengar nada dingin dari dosen pembimbingnya itu.

"Sorry?" William menatap Kirana tanpa ekspresi dan berdiri dari tempatnya. "apa yang anda lakukan?" Kirana sangat takut saat William berjalan mendekatinya dan memeluk pinggangnya tiba-tiba.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Kirana menegang saat deru nafas William menerpa lehernya. "Rambut mu sangat wangi" Kirana memejamkan matanya takut ketika William mencium puncak kepalanya lembut.

"Anda terlalu dekat pak" Kirana tidak dapat mengontrol detak jantungnya saat hidung William menyentuh hidung mancungnya dengan gerakan lambat.

William mendekatkan bibirnya ke pipi lembut Kirana dan menciumnya perlahan. "Perbaiki skripsi mu Nona Sheehan. aku menunggu mu" William mengecup ujung bibir Kirana sekilas dan berdiri tegap seraya membantu Kirana berdiri.

"Saya bisa sendiri pak" Kirana melepaskan tangan besar William yang melingkar di pinggangnya dan keluar dari ruangan William dengan tergesa-gesa.

sedangkan William tersenyum tipis saat melihat gadis itu salah tingkah dengan tindakannya barusan.

****

Dinda mengernyit heran, "kenapa? tidak diterima?"

Kirana mengangguk lesu

"kok bisa?"

Kirana menggeleng lemas

"aku aja kagum dengan kripsi mu Ki. kok bisa sih tidak diterima?"

Kirana menghela nafas panjang, "Aku tidak tau Din. Pak William bilang skripsi ku banyak kesalahan. apa benar?"

"Tega sekali Pak William mengatakan seperti itu kepadamu" Kirana menyeruput milshake cokelat milik Dinda dengan kesal.

"Dengar Kirana, buat kejadian barusan menjadi pelajaran. dan yang terpenting jangan menyerah. kau tidak lupa bukan dengan tujuanmu selama ini?"

Kirana menghela nafas panjang, "tentu. aku tidak akan lupa hal itu"

Dinda tersenyum mendengar nada penuh keyakinan dari perkataan Kirana. "langsung pulang nih ceritanya?"

Kirana mengangguk. lalu berjalan berdampingan dengan Dinda ke arah parkiran. "aku kerumahmu ya Ki. aku bosan dirumah sendirian"

Kirana menggeleng

"Kok tidak bisa? oh aku tau, kau pasti sudah mempunyai sahabat baru kan?"

pletak

"Suka banget sih nonyor kepala orang! sakit banget lagi"

Kirana hanya tersenyum tipis mendengar cibiran sahabatnya itu. "emangnya mobilmu kemana?" tanya Kirana bingung. Kirana merogoh tas selempang yang ia pakai dan mulai mencari kunci mobilnya

Dinda mendesah kesal, "dipake kak Dave untuk mengencani ceweknya yang kesekian dan terima kasih"

Kirana memutar bola mata malas ketika nama Dave disebutkan. mengapa? kalian pasti sudah tau jawabannya. Dave dan keplayboyannya.

"Hei.....Kirana!" Kirana memutar tubuhnya ke arah suara. begitu juga dengan Dinda.

Dinda memutar bola mata malas, "Kok kau bisa betah sih dekat sama alien itu?"

Kirana hanya tersenyum tipis mendengar nada benci dari bisikan sahabatnya itu. "ada apa Yo?"

Rio berdiri tegap di depan kedua gadis itu dan melempar senyum ramah andalannya yang mampu membuat Dinda terpesona. sedangkan Kirana memutar bola mata melihat kedua orang dihadapannya itu."Boleh ngomong sebentar tidak Kirana? tapi kita berdua aja"

Kirana melirik Dinda sekilas yang dijawab Dinda dengan lirikan tak setuju.

"sepuluh menit".

Kirana mengangguk yang membuat Dinda mendengus kesal. Kirana mengikuti Rio menjauhi Dinda dan mulai tau arah pembicaraan Rio kali ini.

"Dinda lagi Yo?"

Rio menghela nafas panjang, "Dia udah benci sama ku Kiran. bantu aku untuk menghilangkan rasa bencinya kepadaku, please..."

Kirana menatap Rio sebentar, lantas menggeleng, "itu salah mu Rio. aku tidak bisa membantu-"

Rio mengsusap wajahnya marah. "aku ngaku salah, Oke? makanya bantuin aku Kiran"

Kirana mendesah jengah, "aku bosan kau mengatakan kalimat yang sama setiap kau berbuat salah kepada Dinda Yo. kali ini aku tak bisa membantumu sepupu"

****

Thanks buat yang mau baca, vote atau komen.

a sacrifice of romanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang