-1. first impression

76 13 5
                                    

Kalian pasti penasaran, bagaimana pertemuan pertamaku dan Lee Jeno, kan?

Well,  semua itu dimulai dari beberapa tahun yang lalu, saat dia membantuku membuat papan nama yang digunakan kala MOS di SMA Neo Dream

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Well, semua itu dimulai dari beberapa tahun yang lalu, saat dia membantuku membuat papan nama yang digunakan kala MOS di SMA Neo Dream.

Lee Jeno adalah anak yang baik. Sementara teman sekelas yang lain mengerjakan papan nama mereka sendiri dan tak peduli bahwa aku sedang kesusahan, Jeno justru datang menghampiriku.

"Butuh bantuan?" tanya Jeno sembari ikut duduk di sebelahku. Aku menoleh menatapnya, "lo jago gambar nggak?"

Karena yang paling menyulitkanku adalah gambar logo sekolah yang susahnya minta ampun.

Tanpa diduga, Jeno tersenyum. Kedua matanya membentuk bulan sabit. Aku terpana sesaat.

Dia... Tampan.

"Bisalah, sini sini," katanya, mengambil alih papan nama yang nampak menyedihkan dari tanganku. Jeno membersihkan hasil karyaku, lalu dengan cekatan menggoreskan pensil di atasnya.

Aku terkejut melihat sketsa yang dia buat melebihi ekspetasiku.

"Lo berbakat," kataku sembari tersenyum, namun senyuman itu tak bertahan lama kala melihat tatapan murung Jeno.

"Buat apa berbakat kalo nggak diakui?" katanya skeptis. Aku terdiam.

A...ah.

Aku mencoba mendukungnya, "berarti lo harus terus buktiin kalo lo berbakat."

Giliran Jeno yang terdiam. Dia menatapku tepat, selama lebih dari dua menit. Aku jadi gugup.

"Thanks," ucapnya singkat, lalu mengambil spidol hitam untuk menebalkan gambarnya.

Tanpa memandang lawan bicaranya, Jeno bertanya, "nama lo siapa?"

Terbiasa, aku menjawab, "Livia, Livia Nirwasita."

Jeno tersenyum tipis. Aku tidak tahu karena apa. Dia terus mengerjakan papan namaku, hingga mau repot-repot menuliskan namaku di sana.

"Gue, Lee Jeno, panggil Jeno aja gak papa."

Aku mengangguk.

Setelahnya, kami jadi teman.

Aku tidak tahu jika kami ternyata bisa lebih dari itu.

-


xoxo,
vanilla.

irreplaceable [jeno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang