quattro

441 71 3
                                    

Difficile da Fare__

Seperti apa yang telah kukatakan jauh-jauh hari padamu, Renjun. Waktu itu kejam, karena ia terus bergulir tanpa menghiraukan keberadaanmu. Terkadang meninggalkanmu jauh di belakang, beserta jerat yang berusaha mencegahmu melangkah pergi.

Aku ingat betul, aku terus-terusan memintamu agar jangan berbalik haluan, jangan melirik ke balik punggungmu, tetap melangkah saja!

Sayangnya, aku tidak mampu membenarkan perkataanku sendiri.

Hei!
Jangan kebingungan setelah kau membaca kalimat itu. Karena maaf, nampaknya aku akan membuatmu jauh lebih bingung lagi setelah ini.

Renjun, apa kau ingat kapan pertama kalinya kau curhat padaku soal cinta pertamamu? Benar! Saat semester awal perkuliahan dan tepat ketika musim gugur pertama berlangsung di tahun itu.

Aku ingat kau memohon padaku di bawah pohon Mapple tua, kau bilang kau tak sanggup menahan ledakan dalam hatimu, jadi kau ingin aku mendengarkannya.

Dan wah...

Aku diam terpaku sepanjang kau berceloteh tentang betapa menariknya dia, betapa hebatnya dia dalam setelan olahraganya, betapa menpesonanya senyuman gadis itu, dan jutaan hal gila yang kau bayangkan mengenai dia.

Tapi hal gula lainnya yang tak kau sadari detik itu, aku sama sekali tak mengulaskan satu senyum pun.

Aku marah tahu! Aku ingin memukulmu dan sedih dan kecewa dan dan dan... aku merasa kau baru saja sengaja melukaiku dengan cerita-cerita bahagiamu. Kau menyayat hatiku dengan cara yang benar! Tidak ada hal yang salag, tentu saja.

Aku kebingungan setengah mati sampai bayangan senyummu terlintas di benakku. Hei, apa masalahnya? Kau tersenyum kok! Lantas apa alasanku untuk tidak? Karena ketika kau bagagia, maka aku semestinya juga.

Yah, semestinya.

Sampai kau benar-benar mengencani gadis beruntung itu, kurasa aku tidak baik-baik saja. Ada yang salah denganku, musim gugur nampaknya melandaku juga.

Aku terus mencari tahu masalahku, berusaha mengakui hal yang sebelumnya tak kubayangkan, menyadari hal yang dulunya ku abaikan, mengingat-ingat apa saja yang mungkin terlewatkan, dan pada akhirnya jawaban itu datang padaku.

Renjun, hari ini aku memberi tahunu jawaban itu juga---hal yang tak pernah kau sadari (atau mungkin kau tahu tapi kau memilih diam)

IYA HUANG RENJUN! AKU JATUH CINTA PADAMU SEJAK SEKOLAH DASAR! AKU RAHU AKU BODOH, TAPI KAU JUGAAA!

Waaaah, akhirnya aku menuliskan keresahanku selama ini. Mungkin aku akan mati dengan tenang besok. Lol, kidding.

 Difficile da Fare (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang