Light In The Dark (2/2)

5.9K 575 82
                                    

Napas Jisoo memburu setelah menutup pintu. Lututnya terasa lemas hingga jatuh terduduk di lantai. Ia terlalu terkejut. Masih tidak menyangka yang berdiri di hadapannya tadi adalah Taeyong.

Siwon membawa Jisoo dan Yoona menetap di Australia setelah keributan besar dengan Taeyong yang terjadi di rumah mereka. Jisoo baru kembali ke Korea seminggu yang lalu. Itu pun sementara, tidak menetap. Hanya untuk menghadiri pesta pernikahan sepupunya.

"Kenapa? Tadi itu siapa?" tanya pria yang berjongkok dan menatap Jisoo khawatir. Anak laki-laki yang ia gandeng ikut ketakukan.

Jisoo menggenggam tangan pria itu. "Kakak, itu ... Itu Taeyong," lirih Jisoo diikuti air mata yang jatuh ke pangkuan.

Kai, pria yang dipanggil kakak oleh Jisoo, mengelus bahunya penuh pengertian. Berusaha membuat Jisoo lebih tenang meski saat ini ia terkejut. Pria yang menjadi alasan Jisoo terus menangis dan murung, kini ada di sana. Kai tidak tahu harus memukul atau menyambutnya masuk.

"Ayo berang ... Jisoo, kenapa?!" tanya seorang wanita yang keluar dari kamar sambil menarik sebuah koper. Ditinggalkannya koper begitu saja dan berjalan cepat mendekati Jisoo.

Wanita itu, Krystal, merengkuh tubuh Jisoo yang menangis tersedu-sedu. Ia melirik Kai, suaminya. Dengan gerakan mulut tanpa suara, Kai memberitahu Krystal bahwa Taeyong ada di depan pintu apartemen mereka.

"Jisoo ... Kamu tidak ingin menemuinya?" tanya Krystal begitu pelan.

Tentu saja Jisoo sangat ingin menemui Taeyong. Namun, untuk apa? Setelah mereka bertemu, lalu apa? Apakah masih ada celah untuk mereka jalan berdampingan? Apakah mereka harus mengulang tragedi yang menyakitkan itu, ketika ayahnya merendahkan Taeyong?

"Menyia-nyiakan kesempatan adalah hal yang bodoh, Jisoo. Kalian akhirnya bertemu lagi. Kamu tidak tahu apa yang sudah dia lewati, sampai bisa berdiri di hadapanmu dengan jas Brioni Vanquish yang mahalnya mengalahkan setelan jas Armani yang paling mahal sekalipun," ucap Kai sembari mengelus surai Jisoo dan langsung mendapat jitakan dari Krystal.

"Kalian perlu bicara. Dipisahkan tanpa bisa saling mengucap selamat tinggal, pasti banyak yang ingin kalian ungkapkan satu sama lain," kata Krystal.

Ya, Jisoo harus bicara dengan Taeyong. Jika pria itu membenci Jisoo dan keluarganya, tidak mungkin Taeyong mau menemuinya lagi. Setidaknya dia harus meminta maaf. Mengungkapkan pada Taeyong hal yang membebani diri Jisoo selama ini.

Dia membuka pintu. Melongok ke kanan dan ke kiri, tapi tidak ada Taeyong di sana. Sontak Jisoo berlari menuju lift. Menekan tombol untuk membukanya. Begitu terbuka, terlihat di dalam lift, Taeyong menunduk dengan bahu yang melorot. Di sampingnya, ada laki-laki yang tak Jisoo kenal ikut diam mematung.

Jisoo melangkah masuk. Berdiri tepat di hadapan Taeyong. Ketika Taeyong mendongak, hati Jisoo luluh. Wajah tampan itu dibanjiri air mata. Setelah apa yang terjadi, Taeyong masih mencintai Jisoo sebesar dulu. Taeyong rindu pada Jisoo sama seperti Jisoo yang memikirkannya tanpa jeda.

Senyum manis terpatri di wajah Jisoo. Ia melingkarkan tangan ke pinggang Taeyong. Mendekat dan memeluknya erat. Dibalas Taeyong tak kalah erat. Ia sembunyikan isakan di ceruk leher Jisoo. Pundak Taeyong naik turun, menunjukkan seberapa keras ia menangis. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa memeluk Jisoo sekali lagi.

"Aku mencarimu selama ini," bisik Taeyong sendu. Dikecupnya pipi Jisoo berulang kali. Tidak peduli jika wajah Jisoo basah karena air matanya.

Doyoung terpaku berada dalam satu lift bersama dua orang itu. Tidak pernah dia melihat Taeyong begitu cengeng. Di mata Doyoung, Taeyong adalah sosok yang mandiri, sukses, dan tangguh. Ia hanya pernah melihat pria itu melamun kadang-kadang. Tidak menyangka Taeyong lemah dan tunduk pada seorang wanita.

One-Two Shot Stories: A Collection | Jisyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang