Bab 16.

2.3K 185 34
                                    

Kai mengendarai motornya dengan kecepatan penuh membelah jalan raya Korea. Ia sudah kehabisan akal sehatnya usai menerima pesan dari nomer pribadi yang berisikan pesan ancaman dan juga foto dimana Jian di ikat disebuah kursi dengan mulut yang tersumpal lakban hitam. Tak perduli lagi dengan nyawanya, Kai memacu kecepatan motornya tinggi. Baginya keselamatan Jian lebih dari segalanya.

Ia tak pernah menduga bahwa Tao, musuh besarnya itu akan menjadikan Jian sebagai alat balas dendam baginya. Seharusnya ia sudah menyangka dari awal, tapi aksi yang begitu licin tak sampai membuat Kai berfikir bahwa mungkin Tao lah yang akan menjadi dalang dari hilangnya Jian beberapa waktu kemarin.

Hingga akhirnya Kai tiba disebuah bangunan tua bekas camp militer yang sudah lama tidak di gunakan. Sesuai dengan titah, Kai datang seorang diri tanpa meminta bantuan orang lain terlebih lagi kepolisian. Akan lebih baik jika ia menangani hal ini sendiri. Bahkan ia mengabaikan pesan Donghae untuk menghubunginya jika sudah mendapatkan kabar dari Jian.

Kai turun dari motornya, kemudian berjalan memasuki area gedung. Ia menyusuri lorong dan ruangan kosong disana namun ia masih belum menemukan keberadaan Jian. Hingga sebuah suara teriakan dari arah Basement mengalihkan perhatian Kai.

Dengan tergesa-gesa Kai berlari ke arah basement gedung terbengkalai itu. Menuruni tangga dengan tidak sabarnya. Di dalam sana, keadaan gelap gulita. Hanya terdengar beberapa teriakan dan ringisan yang keluar dari mulut Jian. Kai merogoh ponselnya dan menyalakan flash ponselnya untuk penerangan.

Kai menyusuri lebih dalam basement itu hingga melewati ruangan lain yang ada disana. Suara jeritan Jian semakin nyaring terdengar di telinganya. Kai terus melangkah, dengan sorotan cahaya flash Kai malah mendapati sebuah Recorder yang tengah berbunyi. Berikutnya, Kai menyumpah. Dia dijebak.

BRAK.

Pintu besi ruangan yang Kai lewati itu tertutup, dan di detik berikutnya lampu menyala dengan terang di ruangan itu. Menampakan beberapa perawakan laki-laki yang tersenyum bengis, seolah menyambut kedatangan Kai.

Sial, umpat Kai dalam hati.

Kai mengenali beberapa wajah mereka. Wajah komplotan bengis Tao, yang pernah mengeroyoknya beberapa waktu yang lalu.

"Dimana Wu Jian?"

Seorang laki-laki menjawab Kai dengan menggerakan kepalanya ke arah samping. Dari sana, Kai mendapati Jian berada di ruangan lain bersama dengan Tao yang tengah memainkan wajah Jian dengan pisau lipatnya dari balik jendela kaca yang ada disana.

Kai mengepalkan tangannya begitu erat ketika Tao terlihat nampak sengaja menggoreskan leher Jian dengan pisau lipatnya.

"KEPARAT! BEDEBAH! AKAN KU BUNUH KALIAN JIKA BERANI MENYAKITI JIAN!" Ucap Kai, gusar.

Kini dengan kewarasan yang sudah mulai berkurang, Kai menghajar sekongkolan Tao dengan bengis. Melayangkan beberapa pukulan membabi buta. Aksi perlawanan terus berlangsung, namun nampaknya keberuntungan sedang tidak menyertai Kai. Dari arah belakang, seseorang menghantamkan tongkat besi baseball tepat mengenai tubuh belakang Kai hingga membuatnya meringis dan jatuh terkapar seketika.

Dengan kesadaran yang mulai terenggut oleh bayangan hitam, Kai memandang Jian sebelum semuanya menggelap.

.

.

.

.

.

Kesadaran Kai mulai muncul ketika sebuah suara familiar memekakan telinganya. Kai mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha untuk menyesuaikan cahaya pada indra penglihatannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRINCESS HOUR • CHANYEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang