bagian empat

1.1K 82 1
                                    


Kurenai tengah berjalan-jalan setelah melaporkan misi yang ia dapat, misi kali ini tidak begitu sulit karena hanya menginterogasi seorang pebisnis korup di desa kecil perbatasan Konoha, dibantu dengan kemampuan Byakugan Hinata serta sedikit genjutsu miliknya membuat misi dapat diselesaikan dengan cepat.

Kedua mata merah milik Kurenai berhasil menangkap remaja berambut pirang yang berjalan tak jauh dari tempatnya berdiri, Kurenai segera berlari menemui remaja pirang itu, "Naruto-kun!" Seru Kurenai berlari kecil mendekati Naruto.

Naruto menoleh melihat siapa yang memanggil namanya, setelah mendapati Kurenai yang berlari kecil ia tersenyum,"Konbanwa, Ku-chan." Sapa Naruto.

Kurenai mencoba untuk mengatakan sesuatu namun mulutnya hanya bisa mangap-mangap tak berdaya karena otaknya masih dalam keadaan buntu. Setelah beberapa kali percobaan yang tak membuahkan hasil, Kurenai membatalkan niat untuk mengekspresikan isi hatinya melalui kata-kata dan memilih untuk melakukan satu-satunya hal yang muncul di kepala.

Kurenai menarik dan memutar tubuh remaja pirang di depannya dengan paksa, sebelum suara 'plak' nyaring berbunyi untuk sepersekian detik ketika tangannya menampar pipi sang shinobi yang hanya bisa melongo karena tak mengerti kesalahan apa lagi yang sudah dia lakukan untuk menerima hukuman dari sahabatnya ini.

"Dasar kuning bodoh!"

"Apa yang kau lakukan, Yuhi-san."

Special Anbu

Hokage's Tower

Kushina masih tetap setia memeluk Minato keduanya masih terdiam tanpa kata, jalan pikiran mereka dikuasai oleh rasa penyesalan yang sangat dalam, berharap jika mereka dapat melakukan sesuatu hanya untuk mendapat satu kata maaf dari putra sulung mereka.

Akankah semudah itu memaafkan orang tua? Tidak hanya mengusir dari rumah, menjauhkan sang Kakak dari adik kecilnya serta menyetujui segala cara kotor tetua desa untuk menyingkirkan Naruto hanya karena sebuah nama Hokage. Setelah perlakuan keji yang meskipun itu terdapat unsur keterpaksaan bukankah wajar jika sang putra sulung membenci kedua orang tuanya.

Pada akhirnya Minato dan Khusina hanya mampu membenci dirinya sendiri.

Tok! Tok!

"Masuk." Ucap Minato mempersilahkan seseorang dibalik pintu.

Tsunade memicingkan kedua matanya saat mendapati pemandangan MinaKushi yang saling bermesraan, "Oh apakah tempat ini sekarang sudah berganti menjadi kamar pribadi."

Kushina yang memahami maksud Tsunade, mulai melepaskan kedua tangannya yang sejak tadi melingkari punggung besar Minato,"Maaf Tsunade-sama, aku hanya mengunjungi Minato sebentar."

Tsunade melangkahkan kakinya menuju depan meja kerja Minato, setelah dari dekat dia mulai memijit pelan pelipisnya,"Hah~ lakukan sesukamu, lain kali persiapkan tissu untuk menghapus bekas air mata kalian, kalian adalah panutan serta pemimpin Desa ini, dan air mata seorang pemimpin bukan hal yang patut dilihat oleh orang sekitarnya."

Kushina segera membersihkan bekas air matanya,"Aku mengerti." Jawab Kushina serta Minato yang menyudahi kesibukan tidak penting mereka.

"Ada perlu apa anda sampai datang kesini sendiri?" Tanya Minato memulai pembicaraan, kejadian Tsunade datang langsung ke menara Hokage benar-benar sesuatu yang jarang dilakukannya, kalaupun dia berkepentingan pasti dia menyuruh salah satu perawat di rumah sakit untuk menemui Hokage.

Tsunade memberikan beberapa lampiran kertas kepada Minato,"Aku ingin mengambil hak-ku."

"Hak mana yang anda maksud?" Tanya heran Minato.

Re-inkarnasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang